Xiao Qiqi, Kamu Kejam Sekali (2)
Xiao Qiqi, Kamu Kejam Sekali (2)
Walaupun pria itu tidak mengurung tangannya, namun pengawal ketujuh tetap saja tidak akan bisa melepaskan diri dari pria di depannya. Jika hanya dengan kemampuan bela dirinya saat ini.
Tubuh wanita di bawah Du Heng menggeliat, disertai dengan suara yang menggoda. Serta lengan ramping putih dan lembut, yang dilingkarkan di lehernya ini. Apalagi ketika melihat dua buah dada montok yang menggoda, hal tersebut benar-benar membuat Du Heng hampir gila dibuatnya.
Tapi, pertanyaan yang diutarakan oleh wanita itu malah terdengar seperti air dingin yang langsung diguyurkan ke semangat. Serta nafsunya yang sedang menggelora di puncaknya.
Setelah tercengang sebentar, Du Heng kemudian melengkungkan bibirnya dan tersenyum. Tatapan mata indah bagai bunganya yang terlihat mendung tadi, saat ini tiba-tiba sudah berubah menjadi bersinar dan penuh semangat lagi. Setelah itu dia pun langsung menarik wanita itu ke pundaknya.
Du Heng lalu pergi dengan cepat, dan mengunci pintu kamar dengan menggendong pengawal ketujuh di pundaknya. Setelah mengunci pintu, tatapan matanya kemudian segera jatuh kepada tiga ranjang yang ada di dalam kamar tersebut.
Ranjang pertama sangat biasa dan sederhana, yakni dilapisi dengan sprei dan selimut yang cukup anggun. Kemudian, bantal yang juga anggun tampak berada di sebelah kiri ranjang. Lalu, di sampingnya ada tumpukan beberapa buku.
Melalui tirai tipis berwarna kuning muda yang hangat, bisa dilihat kalau buku itu berjudul 'Atlas Gunung dan Lautan'. Kemudian di sebelah kanan bantal ada beberapa kantong wewangian, dan juga sebuah lampu malam kecil.
Sedangkan ranjang di tengah terlihat lebih mencolok. Di sana hanya terdiri dari benda-benda berwarna merah muda, mulai dari selimut merah muda, sprei merah muda dan juga tirai ranjang merah muda.
Hanya bantalnya saja yang berwarna putih, dan bantal itu berbentuk kelinci putih kecil yang imut. Kemudian samping bantal itu ada beberapa gulungan buku, yang sepertinya itu adalah buku sembilan belas teori jurus seni musik yang ditulis oleh Nie Zitan.
Yang terakhir adalah ranjang ketiga. Yakni sebuah ranjang yang sangat tidak mencolok dan tampak biasa sekali. Hanya saja, tirai ranjang yang berwarna merah cerah itu lah yang membuat Du Heng tanpa sadar melengkungkan bibirnya.
Du Heng pun langsung berjalan sambil tetap menggendong wanita itu di pundaknya ke arah ranjang itu. Dia lalu membuka tirai ranjang yang berwarna merah cerah itu, kemudian dia langsung melemparkan pengawal ketujuh ke atas ranjang tersebut. "Penyakitku sudah sembuh apa belum, coba saja sendiri maka kamu akan tahu dengan sendirinya," ucapnya setelah itu.
Setelah melemparkan pengawal ketujuh ke atas ranjang, kemudian Du Heng mulai melepaskan baju hijaunya. Hal tersebut membuat pengawal ketujuh mengernyit dan menaikkan alisnya. Dia pun berusaha duduk di ranjang, lalu membuka baju merah di tubuhnya sampai ke lengan, hingga menunjukkan pundaknya yang indah dan lembut.
Dengan cara seperti ini, setengah dari dua buah dada putih yang sangat montok itu pun menjadi terlihat dari luar. Pengawal ketujuh juga menggerakkan tubuhnya secara perlahan. Gerakan ini, sepenuhnya seperti bisa membuat napas orang lain jadi tercekik ketika melihatnya.
Du Heng menelan ludah di tenggorokannya, karena ternyata semua ini belum selesai. Setelah pengawal ketujuh melepas sedikit baju merahnya, dia juga menaikkan roknya sedikit lebih ke atas dengan tangan putih dan rampingnya. Sehingga membuat kaki panjang putih dan lembut itu sepenuhnya masuk ke dalam pandangan mata pria ini.
"Xiao Qiqi, kamu mau menggodaku lagi?!" kata Du Heng. Semua gerakan ini langsung membuat semua saraf pria itu terbangun dan jadi kencang. Dia sudah tidak peduli lagi kalau bajunya yang belum dilepas sepenuhnya. Tanpa pikir panjang, Du Heng langsung naik dan melompat menuju wanita cantik berbaju merah di atas ranjang.
Namun, tepat ketika pria itu naik ke atas tubuh pengawal ketujuh, tapi pengawal ketujuh langsung menaikkan kakinya ke bagian tubuh Du Heng yang sangat krusial. Sayangnya, reaksi pria itu ternyata sangat cepat, jadi dia dengan cepat mengambil pergelangan kaki wanita itu.
Kemudian, tangannya yang lain langsung digerakkan untuk memegang seluruh buah dada seputih salju yang menggiurkan tersebut. Hal ini membuat wanita itu segera menepis tangan Du Heng, dan langsung menampar pria itu lagi.
Sedetik berikutnya, setelah pengawal ketujuh sudah tidak bisa menarik kakinya yang telah dipegangi oleh pria itu dengan erat. Jadi, dia langsung melayangkan tamparannya ke wajah tampan pria itu lagi.
Tenaga tamparan itu sangat besar sampai-sampai udara di sana seolah ikut bergetar. Dengan demikian, bekas tamparan di wajah kanannya tampak lebih jelas, dibandingkan dengan bekas tamparan di wajah kiri Du Heng.
Du Heng lalu menaikkan alisnya dan membelalakkan mata phoenixnya yang indah. Dia sudah malas untuk meladeni permainan dari Xiao Qiqi-nya. Jadi dia langsung mengurung dua tangan tersebut di atas kepala ranjang. Lalu, dengan cepat mengeluarkan tali tebal dari cincin ruang sihir untuk mengikat tangan pengawal ketujuh.
Pengawal ketujuh seketika memicingkan mata, mengangkat kakinya dan menendang sesuatu di antara kedua kaki pria itu.