Kannoya Academy

Memorial place



Memorial place

2"Apakah masih jauh, Yukina? Aku lapar." Kata Kurosa.     

"Tenang, di sana kita bisa makan." Kata Yukina.     

"Yeee!" Kata Kurosa.     

"Seperti apa ya kira-kira?" Tanya Ermin.     

"Kalau Yukina, sepertinya akan sedikit misterius." Kata Rheinalth.     

Setelah beberapa menit, akhirnya Yukina berkata,     

"Kita sudah sampai, teman-teman."     

Semua mata tertuju pada suatu pemandangan indah, sebuah sakura biru di ujung bukit. Sungguh pemandangan yang jarang dan tak masuk akal.     

"Wah! Sakura indah! Tapi kok biru?" Tanya Kurosa.     

"Aku suka pemandangan kota di bawah bukit ini." Kata Denzel.     

"Bagaimana, teman-teman?" Tanya Yukina sambil melihat ke belakang. Tetapi Yukina terkejut saat melihat Ermin dan Rheinalth. Mereka berdua seperti hampir meneteskan air mata.     

"Ada apa, Ermin? Rheinalth?" Tanya Yukina.     

"Hooh? Kok ekspresi nya begitu?" Tanya Kurosa.     

"Tak mungkin, Rheinalth.." kata Ermin.     

"Benar-benar...." kata Rheinalth.     

"Rupanya kita sudah lama melupakannya , tetapi..." kata Ermin sambil meneteskan satu tetes air mata.     

Beberapa tahun yang lalu, saat Ermin dan Rheinalth masih SMP kelas 1.     

"Hey Ermin." Kata Rheinalth.     

"Ya, Rheinalth." Kata Ermin.     

"Lihat ini.. tunas sakura yang amat kecil ini, sepertinya sebentar lagi mati ya?" Tanya Rheinalth.     

"Benar, itu sudah pasti." Kata Ermin.     

"Yah, kasihan, padahal dia baru mau memulai kehidupannya." Kata Rheinalth.     

"Kenapa? Dia kan cuma tumbuhan." Kata Ermin santai.     

"Tapi nanti dia tidak bisa berbunga seperti yang lainnya." Kata Rheinalth.     

"Terus, kita mau apa?" Tanya Ermin.     

"Begini saja." Kata Rheinalth.     

Rheinalth memberinya sihir es dan air pada tunas itu.     

"Hey, nanti mati lho." Kata Ermin.     

"Tidak kok, Ermin, beri dia sihir tumbuhan milikmu." Kata Rheinalth.     

"Yah, terserah kamu deh." Kata Ermin sambil memberinya sihir tumbuhannya.     

"Dengar ya, dia akan tetap berbunga meskipun musim panas, meskipun musim dingin, dia tak akan layu dan akan terus bertumbuh dan berbunga. Akarnya akan terus bertumbuh. Ini bagaikan ilustrasi persahabatan kita berdua. Meskipun kita sudah melupakannya, bunga sakura ini tidak akan pernah melupakannya, karena dia yang menyimpan perjanjian kita berdua." Kata Rheinalth.     

"Benar juga. Jadi kamu yang membuat dia bertumbuh agar persahabatan kita tetap ada ya?" Tanya Ermin.     

"Tentu saja. Meskipun kita terpisah jauh-jauh, tetapi persahabatan kita tetap ada." Kata Rheinalth.     

"Hey, Rheinalth, bunga sakuranya berubah menjadi biru." Kata Ermin.     

"Benar juga. Tetapi dia akan tetap bertumbuh." Kata Rheinalth.     

"Mulai sekarang persahabatan kita tidak akan hancur ya, Rheinalth." Kata Ermin.     

"Tentu saja!" Kata Rheinalth.     

"Mulai sekarang..." kata Ermin.     

"Persahabatan kita.." kata Rheinalth melanjutkan perkataan Ermin.     

"Tidak akan hancur dan akan terus bertumbuh." Kata Rheinalth dan Ermin bersamaan.     

Yukina pun tersenyum saat melihat mereka berdua.     

Kurosa dan Denzel pun ikut berbahagia.     

"Sungguh tempat memorial ya, Yukina?" Tanya Kurosa.     

"Ya." Kata Yukina.     

"Sungguh pemandangan nan indah. Aku tidak ingin kehilangan momen ini." Kata Yukina.     

"Heeh.. Yukina selalu memakai kata-kata yang rumit." Kata Kurosa.     

"Tidak juga." Kata Yukina.     

"Teman-teman, makan yuk?" Kata Denzel sambil mengeluarkan kotak yang berisi makanan.     

"Wah Denzel bawa makanan! Asik!" Kata Kurosa.     

"Yuk makan." Kata Ermin.     

"Ok." Kata Rheinalth.     

Akhirnya mereka semua makan di bawah pohon sakura biru itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.