My Husband from My First Love

identitas orang tua Sinta yang sebenarnya



identitas orang tua Sinta yang sebenarnya

0"Sayang, kenapa dia mirip sekali denganku? Apakah dia adalah ibuku?" Tanya Sinta, dia tidak melepaskan tatapannya sama sekali dari foto itu.     

Daffin mengangguk dan dia pun menjawab.     

"Iya, sepertinya mereka adalah kedua orang tua kamu. Aku sungguh merasa penasaran kenapa mereka meninggalkan kamu dan menitipkannya kepada nenek kamu itu," ucap Daffin. Dia langsung melihat ada surat dan membaca isi surat itu.     

Isi surat.     

Teruntuk putri kecilku tersayang.     

Ibu minta maaf karena tidak bisa menjaga kamu dengan baik. Ibu terpaksa menitipkan kamu karena masalah ini sedang mendesak.     

Mungkin setelah kamu membaca surat ini, ibu sudah tidak ada didunia ini. Ibu minta maaf karena sudah menjadi ibu yang buruk untuk kamu, tapi ibu mohon kamu jangan marah pada ibu karena ibu sudah menyembunyikan kamu selama ini.     

Sinta putriku tersayang, ibu dan ayah sangat menyayangi kamu dan itulah mengapa ibu menitipkan kamu karena nyawa kamu jauh lebih penting dari pada nyawa ibu.     

Ibu dan ayah akan selalu mencintai kamu dan saat kamu membaca surat ini, ibu berharap jika kamu bisa mencari ayah kamu dan katakan padanya jika ibu sangat mencintainya. Ibu tidak bermaksud meninggalkannya, ibu melakukan ini semua karena ibu tidak mau ayah kamu mendapat masalah lebih besar lagi dari kedua orang tua dan juga keluarga besarnya. Ibu tidak mau jika ayah kamu menjadi anak durhaka terhadap kedua orang tuanya karena ibu. Maka dari itu ibu pergi meninggalkannya tanpa penjelasan apapun.     

Namun, ibu tidak tahu jika ada banyak yang mengincar nyawa kita. Sehingga ibu harus menitipkan kamu demi keselamatan putri satu-satunya yang menjadi bukti cinta ibu dan ayah kamu.     

Sinta, jika kamu bertemu dengan ayah kamu. Tolong katakan juga, jika musuh sebenarnya dalam keluarganya bukanlah orang lain melainkan adik sepupunya sendiri yang bernama Zhein.     

Dialah yang mengejar kita dan juga dialah yang membuat ayah kamu gagal dalam misinya.     

Di dalam kotak putih terdapat kalung yang menjadi bukti dari cinta ayah kamu kepada ibu, kamu berikan padanya dan katakan jika ibu selamanya hanya mencintainya dan tolong jaga ayah kamu nanti karena Ibu percaya jika Sinta adalah putri ibu yang baik dan pasti mau menemui ayahnya suatu hari nanti.     

Mungkin hanya ini yang bisa ibu katakan karena waktu ibu tidaklah banyak. Terima kasih karena kamu masih hidup dengan baik dan katakan pada nenek yang mengasuh kamu jika ibu sudah banyak merepotkannya.     

Selamat tinggal putriku sayang. Ibu akan selalu mencintai kamu sama seperti ibu mencintai ayah kamu.     

Peluk cium dari ibu.     

( Kate )     

***     

Sinta tidak bisa mengucapkan sepatah kata apapun. Tubuhnya langsung lemas dan tubuhnya hampir saja jatuh.     

Namun, Daffin langsung menangkap tubuh Sinta hingga jatuh kedalam pelukannya.     

Daffin mengerti jika kenyataan yang Sinta temukan sangatlah berat. Apalagi didalam surat itu mengatakan jika keadaan keluarganya saat dia bayi terlihat sangat rumit, bahkan hubungan mereka tidak mendapat restu dari kedua orang tua ayahnya.     

Air mata pun mulai mengalir deras dari sudut mata Sinta. Dia pun melihat kearah kotak putih dan langsung mengambilnya lagi.     

Sinta menatap kotak putih itu bersamaan dengan foto keluarga yang disana ada foto, ibu, ayah dan dia saya masih bayi.     

"Ayah, ibu. Jadi kalian lah orang tua ku yang sebenarnya. Tapi kenapa? Kenapa aku yang harus menjadi korbannya?!" Ucap Sinta, dia menangis dan hatinya terasa sangat sakit.     

Daffin memeluknya dengan erat dan mengecup dahinya.     

"Bukankah didalam surat itu sudah jelas jika ibu kamu terpaksa meninggalkan ayah kamu karena dia ingin melindungi kamu dan juga ayah kamu dan coba kamu lihat dibelakang foto itu, apakah ada pesan yang lainnya?" Tanya Daffin.     

Sinta membalikkan foto itu dan melihat keterangan tentang nama ayah Sinta.     

Tertera dibelakang foto itu dengan tulisan.     

"Teruntuk istriku tercinta, Kate.     

Dari suamimu tersayang, Jacob Hudson.     

Semoga keluarga kecil kita bahagia untuk selamanya."     

Daffin merasa terkejut dengan nama pria yang ada di foto itu.     

Karena Daffin mengenalnya.     

Daffin terdiam sejenak dan mengingat-ingat pria di foto itu. Dia mengingat dengan jelas, jika pria itu adalah atasannya saat di Rusia.     

Saat Daffin masih pelatihan disana. Dialah guru pembimbingnya.     

Daffin terdiam sejenak dan meyakinkan dirinya jika pria itu adalah benar pria yang ada didalam foto itu.     

Memiliki paras pria khas Eropa dan bermata biru.     

Karena Sinta mirip sekali dengan ibunya. Tidak ada yang mirip dengan ayahnya kecuali kulit putih bening yang mirip dengan ayahnya.     

Sinta menatap kearah Daffin yang masih diam sambil menatap foto itu.     

"Sayang, kamu kenapa?" Tanya Sinta. Dia merasa sangat penasaran dengan apa yang di pikirkan oleh Daffin.     

Daffin langsung terkejut dan dia menatap kearah Sinta.     

Sinta semakin merasa aneh dan bertanya lagi, "Ada apa sayang? Apa ada hal yang serius?"     

Daffin langsung menggelengkan kepalanya berkali-kali dan tersenyum padanya.     

"Oh, hahahaha … sayang, ini benar-benar foto kedua orang tua kamu kan? Pria didalam foto ini, aku sepertinya mengenalnya," ucap Daffin. Dia berharap jika dia salah. Karena kehidupan pria yang dulu pernah menjadi atasannya penuh dengan bahaya.     

Sinta merasa terkejut saat mendengar itu semua dari mulut Daffin.     

"Sa … sayang! Kamu mengenalnya? Benarkah? Dimana? Dia dimana sayang?" Tanya Sinta, dia langsung terlihat senang.     

Karena selama ini dia ingin sekali memiliki oraang tua. Walaupun dia tahu jika ibunya sudah meninggal.     

Setidaknya dia memiliki ayah yang masih hidup.     

Daffin menghela nafas pendek dan dia mengecup dahi Sinta dengan lembut.     

"Aku tidak tahu dia ada dimana. Terakhir aku bertemu dengannya dua tahun yang lalu. Saat aku diangkat menjadi komandan group pasukan. Dia pergi dan aku tidak tahu dia berada dimana sekarang," ucap Daffin. Dia merasa sangat bersalah pada Sinta karena dia juga memang tidak mengetahuinya.     

Sinta mengerti kesulitan Daffin jadi dia hanya tersenyum dan menatap wajahnya dengan lembut.     

"Kalau aku tidak bertemu dengannya, aku juga tidak merasa menyesal. Jika Tuhan tidak mentakdirkan aku tidak bis bertemu dengannya. Aku akan berusaha menerimanya karena dengan memiliki kamu di sisiku, ku merasa sudah sangat bahagia dan aku sudah sangat bersyukur," ucap Sinta. Dia mengambil foto itu dan memasukkannya ke dalam tas miliknya.     

Dia melihat kearah Daffin lagi.     

"Jadi, jangan merasa bersedih lagi ya. Sudah cukup! Aku sudah tahu identitas aku sekarang dan aku juga tidak ingin mencari ayahku, jika dia sulit untuk ditemui maka aku akan melupakannya dan aku hanya ingin hidup tenang dan bahagia cukup bersama kamu sayang, kamu mengerti kan maksud aku?" Ucap Sinta, dia mengusap lembut pipi Daffin dan mencoba agar Daffin tidak merasa bersalah lagi.     

Daffin tersenyum dan mengangguk.     

Dia merasa tenang karena Sinta tidak menyalahkannya yang menurutnya bodoh.     

Ya, walaupun dia tidak tahu jika pak Jacob adalah ayah mertuanya di masa depan.     

Tapi, Daffin masih penasaran dengan keberadaannya. Dia akan menyuruh beberapa anak buahnya disana untuk mencari mantan atasannya itu.     

Setelah keduanya kembali dalam perasaan semula.     

Sinta melihat kotak putih yang belum sempat dia buka.     

Sinta mengambilnya dan memegangnya.     

"Sayang, kira-kira ini apa ya? Dari kotaknya saja sudah terlihat luar biasa. Pasti dalamnya jauh lebih luar biasa dari bungkusnya," ucap Sinta, dia pun membukanya dan isinya ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.