My Husband from My First Love

Aku baik-baik saja sayang ( adult)



Aku baik-baik saja sayang ( adult)

0Di depan rumah.     

Daffin langsung keluar dari mobilnya dan langsung berlari menuju pintu masuk rumahnya.     

Sinta yang masih berada di dalam kamar dan masih memegang ponselnya karena sambungan teleponnya masih terus tersambung dengan Daffin.     

Daffin membuka pintu secepatnya karena Daffin membawa kunci cadangan ditangannya saat ini.     

"Sayang, kamu dimana sekarang? Aku sudah ada didepan pintu rumah kita," ucap Daffin, dia pun langsung membuka pintu dan masuk ke dalam rumahnya.     

"Aku ada di dalam kamar. Tunggu aku, aku akan menyusul kesana ya sayang," ucap Sinta. Dia pun bangun dari tempat tidurnya. Namun, Daffin langsung melarangnya.     

"Jangan kesini, biarkan aku saja yang kesana saja ya sayang," ucap Daffin. Dia langsung menutup pintu rumahnya lalu menguncinya.     

Dia pun segera bergegas menuju kamarnya dan saat dia membuka pintu.     

Dia melihat Sinta sedang duduk ditepi ranjang sambil memegang ponselnya tepat disebelah telinganya.     

Daffin berdiri didepan pintu dan dia langsung tersenyum saat melihatnya.     

"Sayang, aku pulang," ucap Daffin dan Sinta langsung melihat kearahnya.     

Sinta tersenyum cerah dan dia langsung meletakkan ponselnya diatas meja nakas yang berada tepat disebelah tempat tidurnya. Setelah itu, Sinta pun segera bangun dan berjalan untuk menghampiri Daffin.     

Daffin langsung membuka lebar kedua tangannya dan sudah menyiapkan dirinya untuk menerima pelukan Sinta.     

Sinta tersenyum dan dia langsung memeluk Daffin dengan eratnya.     

Daffin pun membalas pelukannya dan dia pun mengecup puncak kepala Sinta dengan lembut.     

"Sayang, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Daffin, dia mengusap lembut rambut Sinta dan dia kembali mengecup puncak kepala Sinta hingga dirinya merasa sangat puas.     

"Aku baik-baik saja sayang, aku sangat mengkhawatirkan kamu, aku … aku, aku merasa sangat ketakutan saat mengingat mimpi itu," ucap Sinta dengan suara sedikit gagap. Dia memperat pelukannya dan dia merasa enggan untuk melepaskannya.     

"Aku baik-baik saja sayang, kamu bisa melihatnya sendiri kan. Lihat ayolah coba lihat aku sekarang!" perintah Daffin. Dia melepaskan pelukannya dan menyuruh Sinta untuk melihat dirinya.     

Sinta menatap Daffin dari ujung kepala hingga ke ujung kaki dan memutar kembali dari ujung kaki hingga ujung kepala.     

Sinta tersenyum dan semua kekhawatiran yang dia rasakan kini benar-benar sudah hilang.     

Sinta menyentuh tubuh Daffin dan meraba karena dia takut jika ada luka di tubuh Daffin yang dia sembunyikan dari dirinya.     

Merasakan sentuhan lembut dari tangan Sinta, api hasrat didalam hati Daffin kini mulai menyala. Dia merasa jika sentuhan Sinta sangatlah menggoda untuknya.     

"Sayang, mau sampai kapan kamu terus meraba tubuhku ini, hhhmm …," ucap Daffin. Dia tersenyum nakal dan langsung menangkap tangan Sinta yang kini menyentuh bagian dadanya.     

Daffin menarik tangan Sinta dan tubuhnya Sinta ikut terbawa hingga wajahnya menabrak dada Daffin.     

"Ahhh … sayang! Kamu mengejutkan aku!" Teriak Sinta dan dia langsung merasa sakit di dahinya, karena dahinya menabrak dada Daffin dan itu cukup kencang. Sinta langsung cemberut dan dia mengusap lembut dahinya yang terasa sangat sakit.     

Daffin langsung tertawa dan mengulurkan tangannya lalu membantu mengusap dahinya Sinta.     

"Sakit ya sayang? Hhmmm … aku minta maaf ya karena tadi itu, aku … aku, aku sangat tergoda karena sentuhan kamu itu," ucap Daffin. Dia masih mengusap dahi Sinta dan dia langsung mengecup dahi Sinta dengan penuh cinta.     

Sinta tersenyum dan dia mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi Daffin yang kini berada hanya beberapa inci dari wajahnya saat ini.     

"Hehehe … sayang, kamu sangat nakal! Aku benar-benar mengkhawatirkan kamu, tapi kamu malah seperti ini. Huh, kamu tidak memiliki perasaan sama sekali," ucap Sinta. Dia merasa sedikit kesal terhadap Daffin dan karena dia merasa gemas. Sinta pun mencubit pipinya Daffin.     

"Awww … sakit sayang, kenapa kamu mencubit aku?" Ucap Daffin, dia meringis kesakitan dan langsung mengusap pipinya yang terdapat bekas cubitan Sinta.     

Sinta tertawa dan dia langsung melepaskan diri dari pelukan Daffin.     

"Itulah hukuman karena sudah berbuat nakal padaku, hehehehe …," ucap Sinta. Dia langsung pergi meninggalkan Daffin dan duduk di tepi tempat tidur.     

Daffin tertawa dan sambil mengusap pipinya.     

"Hahahaha … jadi ini hukuman untuk aku karena aku sudah membuat sayangku kesal, baiklah! Aku akan menerima hukuman lainnya asalkan sayangku kini mau memaafkan aku," ucap Daffin. Dia berjalan dan duduk disebelah Sinta.     

Sinta menoleh dan dia pun langsung ikut tertawa.     

"Memangnya kamu mau mendapatkan hukuman yang lain juga?" Tanya Sinta sambil tertawa saat melihat Daffin yang sudah terlihat aneh.     

Ya Sinta sudah tahu jika Daffin sudah merubah ekspresi wajahnya seperti pria mesum. Pasti dia akan menerkamnya sebentar lagi.     

"Ya, tapi hukuman yang manis. Aku rela berada dibawah kamu sayang. Anggap saja itu sebagai hukuman," ucap Daffin. Dia mengedipkan mata genitnya dan langsung mendorong tubuh Sinta hingga jatuh diatas tempat tidur.     

Sinta langsung menutup mulutnya karena dia harus menahan tawanya.     

"Hukuman macam apa itu? Bukankah itu sama saja membuat kamu senang, huhh … aku selalu saja yang merasa rugi jika sudah seperti ini," ucap Sinta. Dia memalingkan wajahnya dan tertawa kecil.     

Daffin menyeringai dan langsung menindih tubuh Sinta dari atas.     

Daffin mencubit dagu Sinta dan memaksanya untuk melihat kearahnya.     

"Sayang, bukankah kamu juga menyukainya? Hhmmm ...," ucap Daffin dan wajahnya semakin mendekati wajah Sinta yang kini sedang menatapnya dengan tatapan sangat menggoda.     

Sinta tersenyum dan dia mengalungkan kedua tangannya di leher Daffin.     

"Aku menyukainya sayang, tapi kamu selalu keterlaluan. Aku ingin berhenti tapi kamu tidak pernah mendengarkan aku. Kamu selalu lepas kendali jika sudah seperti itu," ucap Sinta sambil menatap wajah tampan Daffin yang kini semakin mendekat saja.     

"Hehehe … aku minta maaf sayang, aku tidak bisa mengendalikan diriku saat bersama kamu. Kamu terlalu menggoda dan juga sangat lezat," ucap Daffin. Dia terkekeh sendiri.     

Sinta tertawa karena dia tahu jika Daffin semakin hari semakin liar dan membuatnya sangat kelelahan untuk melayani sikap nakalnya saat bercinta.     

"Hehehe, memangnya aku makanan sayang. Kamu ada-ada saja," ucap Sinta. Dia tertawa dan saat dia berhenti tertawa, Daffin langsung menyerang bibirnya secara tiba-tiba.     

Sinta merasa sangat terkejut saat Daffin langsung menciumnya dan tanpa mengatakan apapun Daffin langsung menghisapnya sangat dalam. Melumatnya dengan liar dan tidak memberikan Sinta satu kesempatan untuk menolaknya.     

Sinta tidak bisa melakukan apapun dan akhirnya dia membalas ciuman Daffin dengan ikut mengikuti ritme yang Daffin lakukan padanya.     

Suara cecapan dari kedua bibir yang sedang menyatu bergema didalam kamar yang sunyi ditengah gelapnya malam.     

Udara dingin dari pendingin ruangan dan juga dinginnya angin malam tidak berpengaruh kepada kedua orang yang sedang menikmati lumata-lumatan dari bibir yang sudah semakin panas dan membangkitkan api hasrat dari keduanya.     

Daffin yang sudah tidak bisa menahan api hasrat dalam dirinya semakin liar dan mulai hilang kendali.     

Dia pun mulai melepaskan pakaian Sinta secepatnya dan setelah melepaskan pakaian Sinta. Daffin pun ikut melepaskan pakaiannya hingga keduanya kini terlihat polos tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh keduanya.     

Sinta dan Daffin telah hanyut dalam dunia cintanya dan api hasrat keduanya akhirnya sampai di puncak keinginannya.     

Daffin sudah tidak sabar ingin menyatukan tubuhnya bersama Sinta dalam dunia cinta yang mereka miliki saat ini.     

Daffin pun melepas bibirnya yang sejak tadi menempel di bibir Sinta dan mulai memberikan banyak ciuman panas yang pada pipi, leher dan tulang selangka serta meninggalkan banyak bekas tanda cinta disana.     

Saat Daffin begitu menikmati setiap inci dari kulit mulusnya. Sinta merasakan seluruh tubuhnya menegang dan aliran darah panas mengalir cepat diseluruh tubuhnya. Hingga dirinya tanpa sadar mulai mengeluarkan suara yang membuat Daffin semakin bersemangat ingin memilikinya.     

"Ahhh … sayanghhh …," ucap Sinta dengan suara seksi bercampur dengan suara desahan yang membuat Daffin semakin menggila.     

"Sayanghh … aku sangat mencintai kamu," ucap Daffin. Dia menatap wajah Sinta yang sangat menggoda.     

Sinta tersenyum dan dia menarik tengkuk leher Daffin dan mereka kembali menyatukan bibirnya.     

Daffin sudah tidak tahan lagi, dia ingin segera memiliki Sinta.     

Dia pun semakin agresif dan dia mulai memasuki miliknya ke dalam tubuh Sinta.     

Namun, suara ponsel telah mengganggu mereka.     

Daffin yang baru saja ingin memasuki tubuh Sinta langsung merasa kesal.     

Dia pun melepaskan bibirnya yang masih menempel dan mengumpat sendiri.     

"Sial! Siapa yang menelpon ditengah malam seperti ini!" Umpat Daffin. Dia tidak ingin menghiraukan panggilan itu dan melanjutkan penyatuannya bersama Sinta.     

Namun ponselnya tidak berhenti berbunyi dan itu membuat Sinta merasa sangat terganggu.     

"Sayanghh … kamu jawab dulu panggilan itu ya! Nanti kita bisa melanjutkannya," ucap Sinta. Dia mengusap lembut kedua pipi Daffin yang sudah basah oleh keringat.     

Daffin menghela nafas panjang dan dia pun menganggukkan kepalanya.     

"Baiklah sayang. Kamu jangan bergerak dan tetap seperti ini, kalau kamu bergerak. Aku akan menghukum kamu," ucap Daffin. Dia mengedipkan matanya sambil tersenyum nakal kearah Sinta.     

Sinta tertawa dan dia pun menjawab, "baiklah. Aku tidak akan bergerak. Jadi satu putaran saja ya!" Ucap Sinta.     

Daffin mengerenyitkan dahinya dan menggelengkan kepalanya.     

"Tidak, harus dua putaran. Bila perlu tiga putaran," ucap Daffin. Dia langsung tertawa dan bangun dari atas tubuh Sinta dan mengambil ponselnya yang terus berbunyi.     

"Kamu brengsek sayang!" Umpat Sinta. Dia sangat takut jika harus melakukannya hingga tiga putaran. Karena itu bisa membuatnya tidak bisa bangun pagi besoknya. Apalagi dia harus bangun di pagi hari dan juga mengantar Daffin sebelum mereka berpisah, karena biar bagaimana pun Sinta harus ikut mengantar Daffin supaya hatinya bisa merelakan kepergian Daffin nantinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.