Legenda Futian

Medan Pertempuran



Medan Pertempuran

0Pasukan dari Dunia Iblis saat ini mulai menyerang Prefektur Ilahi dari Wilayah Tebing Utara.      

Di benua itu, kumpulan awan hitam tampak menutupi langit di atas sebuah kota. Anggota dari Dunia Iblis kini telah memenuhi langit. Puluhan juta kultivator dari Dunia Iblis telah memulai penyerangan mereka ke Prefektur Divine. Dalam waktu yang sangat singkat, kobaran api perang menyelimuti benua yang luas itu.      

Karena seluruh pasukan dari Dunia Iblis memulai penyerbuan mereka dari Wilayah Tebing Utara, maka Prefektur Ilahi menggunakan taktik gerilya dan tidak menghadapi mereka secara langsung untuk menghentikan mereka. Pasukan dari Dunia Iblis memiliki kekuatan ledakan yang kuat. Jika para kultivator dari Prefektur Ilahi harus menghadapi mereka secara langsung, maka hasil akhirnya akan sangat tragis.      

Oleh karena itu, para kultivator dari Prefektur Ilahi terus menerus mengirim kultivator dengan kultivasi yang kuat dan mereka yang mahir dalam kekuatan spasial atau kecepatan untuk mengacaukan pergerakan pasukan musuh.      

Namun, ketika menghadapi kekuatan mutlak, semua ini akan berakhir sia-sia. Tentu saja, bahkan dengan jutaan pasukan sekalipun, Dunia Iblis masih harus menyebar pasukannya. Para kultivator dari Prefektur Ilahi menyaksikan bagaimana lawan mereka bersiap untuk bergerak dan kemudian memutuskan bagaimana cara dalam menghadapi mereka.      

Pada saat yang bersamaan, pasukan dari Western Heaven memiliki pendekatan yang berbeda. Setelah Sekte Buddha mengetahui bahwa pasukan dari Dunia Kegelapan dan Dunia Empty Divine sedang melancarkan serangan, mereka bergegas mengumpulkan pasukan mereka, termasuk Legiun Arhat dan Legiun Empat Sudut, lalu bergabung ke atas medan perang. Di area dimana dua dunia utama itu melancarkan serangan, pertempuran yang sangat dahsyat pun terjadi.      

Sekte Buddha memiliki banyak anggota di dalamnya. Mereka mengabdikan diri pada keyakinan mereka. Mereka tidak akan membiarkan para kultivator dari Dunia Kegelapan menodai Western Heaven. Mereka telah membayar harga yang mahal ketika Pasukan Kegelapan terakhir kali melancarkan serangan.      

Kali ini, perlawanan dengan skala yang jauh lebih besar telah meletus. Pertempuran yang terjadi pun menjadi semakin sengit.      

Western Heaven saat ini terbakar dengan api peperangan. Di langit di atas medan perang, ada beberapa Buddha Tertinggi di sana. Mereka menyatukan telapak tangan saat mereka merapalkan sutra Buddha. Mereka membebaskan jiwa-jiwa yang binasa dari penderitaan, memungkinkan mereka untuk bereinkarnasi.      

Kali ini, Tujuh Dunia Utama semuanya ikut terseret ke dalam perang ini. Tidak ada seorang pun yang bisa menghindarinya.      

...      

Di medan pertempuran yang berlangsung di Dunia Langit, Nan Luoshen sedang bertarung melawan salah satu murid dari Leluhur Manusia.      

Pedang Ilahi Pembantaian miliknya berhasil ditekan oleh lawannya. Meskipun murid dari Leluhur Manusia ini tidak sekuat Di Hao, namun dia tetap saja salah satu sosok terkemuka. Nan Luoshen menerima bimbingan secara pribadi dari Ye Futian, dan dia telah menggabungkan Kekuatan Hukum Ilahi milik Ye Futian ke dalam tekniknya untuk bisa mencapai kemampuan bertarungnya saat ini. Namun, dia masih merasakan tekanan yang dahsyat saat menghadapi lawan yang begitu kuat.      

Sebuah area kosong mengelilingi mereka berdua. Kultivator lainnya menjauh dari mereka karena takut akan terkena dampak dari serangan-serangan mereka. Saat ini, sebilah pedang raksasa yang mengancam melesat turun dari langit. Pedang itu berisi kekuatan dari Dunia Manusia di dalamnya.      

Di sisi lain, lingkaran-lingkaran cahaya suci berwarna hijau yang menyilaukan meledak dari pedang Nan Luoshen saat pedang itu bertabrakan dengan pedang yang semakin mendekat. Sebuah badai penghancur langsung terbentuk dan menutupi langit serta bumi. Dia pun terpaksa mundur selangkah.      

*Whoosh* Seberkas kilatan petir menerjang ke arah murid Leluhur Manusia itu. Kaisar Nan, ayah dari Nan Luoshen, telah bergabung dalam pertempuran. Ilmu pedangnya telah berkembang pesat, dan menjadi lebih murni sekarang. Pedangnya menerjang ke depan dengan agresif, seolah-olah itu adalah pedang pertama yang diciptakan sejak umat manusia lahir ke dunia ini.      

*Dong* Sebuah suara yang keras bisa terdengar di sana. Sebuah segel Ilahi raksasa telah menghentikan pergerakan pedang tersebut. Segel Ilahi itu menutupi matahari dan langit sembari memancarkan lingkaran-lingkaran cahaya suci berwarna emas. Cahaya tersebut berisi Kekuatan Ilahi Spasial, dan berusaha menghancurkan pedang milik Kaisar Nan. Namun, Kaisar Nan juga memancarkan lingkaran-lingkaran cahaya suci berwarna hijau yang menakjubkan, dan Segel Ilahi itu pun dihancurkan dalam sekejap. Kemudian, pedang itu terus melesat dengan membawa momentum yang luar biasa di dalamnya.      

Namun, lawan mereka telah berubah menjadi Manusia Ilahi. Dia tampak mengintimidasi dan mirip dengan dewa yang sesungguhnya. Dia mengarahkan jarinya ke depan dan menyentuh pedang Kaisar Nan. Dalam sekejap, kekuatan dari jarinya itu membuat pedang tersebut bergetar dengan kuat.      

*Whoosh* Sebuah suara gemuruh tiba-tiba bergema di udara saat banyak retakan menjalar di jari Manusia Ilahi itu. Tubuh Kaisar Nan juga terdorong ke belakang. Duo ayah dan anak itu berdiri berdampingan saat mereka memandang kultivator di hadapan mereka.      

"Apa kau baik baik saja?" Kaisar Nan bertanya.      

"Hmm." Nan Luoshen mengangguk pelan. Keduanya telah bekerja sama di atas medan pertempuran.      

Di lokasi lain, Dou Zhao menerjang ke depan tanpa ada rasa takut dan membantai pasukan lawan. Kemana pun dia melintas, tidak ada seorang pun yang bisa menghindar. Dia mengayunkan tongkat emasnya saat dia bergerak, dan banyak kultivator tewas terbunuh oleh tongkat tersebut.      

Tiba-tiba, kilatan petir yang mengerikan menimpanya. Itu adalah Petir Ilahi Kekacauan. Ketika tongkat milik Dou Zhao bersentuhan dengan petir tersebut, tongkat itu langsung terkikis. Di sisi lain, petir itu tidak hancur. Sebaliknya, kilatan petir tersebut mengalir di permukaan tongkat itu dan memasuki tubuh Dou Zhao, membuatnya mati rasa. Bahkan jiwa spiritualnya bergetar hebat karena gelombang kejut tersebut.      

Dou Zhao berhenti bergerak ke depan. Dia mengangkat kepalanya untuk memandang sosok yang baru saja menyerang ke arahnya. Lawan yang dia hadapi adalah seorang pria paruh baya. Kedua matanya berwarna ungu, dan berkilauan dengan Kekuatan Ilahi Petir. Matanya bahkan mampu memengaruhi aura orang lain secara langsung.      

*Whoosh* Sebuah suara yang memekakkan telinga bergema di udara. Kemudian, seberkas kilatan petir menerobos masuk ke dalam mata Dou Zhao. Pria paruh baya itu dapat memengaruhi pikiran orang lain karena kekuatan petir miliknya dapat mengincar jiwa spiritual. Serangan spiritual miliknya sangat sempurna untuk melawan serangan fisik dari Dou Zhao yang begitu mengintimidasi.      

Pria paruh baya itu mengulurkan tangannya, dan dalam sekejap, kilatan petir turun dari atas langit. Dia memanggil Petir Ilahi Jiutian dan mengubah area yang luas itu menjadi wilayah petir miliknya.      

Sementara itu, seberkas cahaya suci yang menakjubkan bersinar di kening Dou Zhao. Tanda spiritualnya bersinar terang, dan Aura Dewa Petarung miliknya diaktifkan hingga batas maksimal. Tubuhnya semakin membesar, dan pikirannya menjadi semakin kokoh sehingga dia tidak akan terganggu oleh serangan petir tersebut.      

*Boom* Dia mengayunkan tongkatnya, dan seluruh penjuru langit pun bergetar. Suara gemuruh itu bergema di seluruh tempat. Ketika dia menggerakkan tongkatnya ke depan dan ke belakang, terciptalah sebuah kekuatan yang mengerikan. Kemudian, tongkat itu dikerahkan menuju lawannya. Ruang hampa dihancurkan dalam sekejap, dan langit serta bumi bergemuruh karenanya.      

Pada saat yang bersamaan, rentetan suara gemuruh bergema di udara. Petir Ilahi Jiutian menghujani dan membanjiri area tersebut. Petir itu menabrak tongkat dan tubuh Dou Zhao secara langsung, yang kemudian menyerang jiwa spiritualnya.      

Kali ini, Dou Zhao dilindungi oleh Aura Dewa Petarung miliknya. Aura itu mengelilingi jiwa spiritualnya ketika cahaya suci mengalir ke sekujur tubuhnya. Petir Ilahi Jiutian berhasil menghantam tubuhnya, tetapi dia mengaktifkan kekuatannya hingga batas maksimal dan mampu melampaui batas kekuatan dari tubuh fisiknya. Dou Zhao terus menerjang ke arah musuhnya meskipun sekujur tubuhnya kini mati rasa. Ketika dia menyerang, lengannya bergetar hebat. Kekuatan bergejolak dari setiap bagian tubuhnya, dan semuanya disalurkan ke dalam serangannya ini.      

Bahkan ketika dia dan tongkatnya bermandikan petir yang mengerikan, Dou Zhao tetap berhasil mendaratkan sebuah serangan fatal pada lawannya itu.      

*Boom* Tongkat tersebut menghantam pria paruh baya itu, menyebabkan tubuhnya dihancurkan menjadi potongan daging. Dia berhasil dimusnahkan oleh Dou Zhao.      

Namun, tepat setelah Dou Zhao membunuh pria itu, sekelompok kultivator bergerak ke arahnya secara bersamaan. Bahkan sebelum mereka mendekatinya, Petir Ilahi Jiutian milik mereka telah membanjiri langit. Kekuatan ilahi menekan dari atas langit ketika petir ilahi yang tak ada habisnya itu berkumpul di sekelilingnya. Semua kilatan petir itu menerjang ke arahnya seperti untaian rantai.      

*Boom, Boom, Boom* Rantai petir yang tak terhitung jumlahnya menyebar ke cakrawala dan mengitari sosok Dou Zhao dalam sekejap. Mereka mengabaikan segala sesuatu yang menghalangi jalan mereka dan menyerang tubuhnya. Kekuatan Dou Zhao saat ini telah diaktifkan hingga batas maksimal. Namun, ketika petir yang mengerikan itu meledak, petir tersebut terus menerus mengikis tubuhnya. Sementara itu di atas langit, kultivator-kultivator kuat tampak melayang turun. Mereka sepertinya berasal dari pasukan yang sama. Mereka semua mengkultivasi Kekuatan Ilahi Petir. Rasanya seolah-olah mereka adalah sekelompok dewa yang memegang kendali atas Petir Ilahi Jiutian. Mereka berdiri di atas semua orang yang berada di atas langit.      

Mereka semua adalah kultivator dari Istana Ilahi Manusia.      

Dou Zhao bisa merasakan kekuatan mereka. Dia menyadari bahwa perang ini berbeda dari apa yang dia bayangkan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.