Legenda Futian

Keinginan Membunuh



Keinginan Membunuh

1Tetua dari Dunia Manusia itu menatap tajam ke arah Ye Futian. Sebuah tekanan yang menakjubkan terpancar dari sosok Ye Futian. Dia tetap tidak memiliki niatan untuk berhenti menyerang.      

Pada saat yang bersamaan, sebuah kekuatan iblis yang tak tertandingi bergemuruh dan bergejolak. Hal ini membuat Tetua itu menyipitkan matanya saat dia mendeteksi munculnya ancaman yang mengerikan. Kekuatan iblis itu menghalangi matahari, dan langit pun menjadi redup. Sebuah bencana iblis muncul di atas langit, dan kilatan petir mengerikan yang tak terhitung jumlahnya menyambar ke bawah.      

Tidak hanya itu saja, bayangan satu sosok iblis yang tak tertandingi juga muncul di sana. Langit tampak bergetar. Tetua itu memandang ke arah dimana para kultivator dari Istana Kekaisaran Iblis berdiri di kejauhan. Di sana, Yu Sheng telah berubah menjadi satu sosok dewa iblis yang memegang sebilah pedang iblis di tangannya. Dia pun mengayunkan pedangnya ke depan, dan dalam sekejap, retakan-retakan iblis berwarna hitam pekat yang menakutkan bermunculan di atas langit. Kultivator yang tak terhitung jumlahnya di kejauhan itu mendongak dan bisa melihat tebasan dari dewa iblis tersebut. Pedang itu menebas langit dan membelah ruang hampa menjadi dua bagian.      

Para kultivator dari Dunia Manusia saat ini sibuk berurusan dengan Ye Futian sehingga mereka sepertinya lupa bahwa Istana Kekaisaran Iblis sedang mengawasi mereka dari bagian samping.      

Setelah Yu Sheng melihat bahwa Di Hao telah dikalahkan dan sosok lain telah melangkah maju, dia tentu saja tidak bisa duduk diam lagi. Dia langsung mengeluarkan teknik Nine Slashes of the Heavenly Demon. Serangannya itu mengandung kekuatan dewa iblis di dalamnya.      

Akan tetapi, Tetua itu juga memiliki refleks yang sangat cepat. Dia memberi perintah dari dalam pikirannya, dan area di hadapannya tiba-tiba berubah menjadi sebuah dinding ilahi. Rune-rune yang menakjubkan tampak bersinar terang, namun pedang iblis yang menakutkan itu terus menerjang ke bawah. Tebasan penghancur yang mengerikan itu langsung membelah dinding tersebut menjadi dua bagian. Dinding pertahanan itu sama sekali tidak bisa memberikan perlawanan.      

Pedang itu menebas ke bawah, namun bayangan raksasa dari Manusia Ilahi kini muncul di hadapan Di Hao dan sang Tetua. Sosok raksasa itu menjadi satu dengan langit dan bumi saat dia menyatukan kedua telapak tangannya dan mencengkeram pedang iblis yang mengerikan tersebut di tengah jalan. Aura pedang tersebut tetap menebas sosoknya tetapi tidak berhasil meninggalkan luka di tubuh ilahi miliknya.      

Suara gemuruh yang keras bisa terdengar di area sekitarnya. Seluruh area tersebut seolah-olah akan meledak. Seberkas cahaya suci terpancar dari kedua mata Di Hao. Sosok Manusia Ilahi ini dipanggil olehnya, yang kini telah menyatu dengan langit dan bumi, serta berhasil menangkis tebasan tersebut.      

Dia terluka akibat serangan Ye Futian, meskipun dapat dikatakan bahwa luka-lukanya itu disebabkan oleh kecerobohannya sendiri.      

Setelah berkultivasi selama ribuan tahun, dia tidak pernah membayangkan bahwa seorang kultivator muda ternyata mampu melukainya.      

*Whoosh* Sebilah pedang yang mengancam tiba-tiba diayunkan ke bawah, hingga menghalangi langit. Pedang itu tampak seperti membelah langit dan saling tumpang tindih dengan aura pedang dari tebasan pertama. Area di sekitar Manusia Ilahi terus menerus meledak.      

*Brak* Yu Sheng mengambil satu langkah ke depan. Langit ikut bergetar, dan sosok dewa iblis itu tampak menjulang tinggi di area tersebut. Sosoknya kini menjadi setinggi 100 Zhang. Ketika tebasan ketiga dikerahkan ke bawah, tebasan itu saling tumpang tindih dan bergabung menjadi satu kesatuan. Akhirnya, setelah ledakan yang terus menerus terjadi dan runtuhnya Jalur Agung di sekitar Manusia Ilahi, sosok raksasa itu pun memberi jalan. Pedang iblis milik Yu Sheng berhasil menembus telapak tangan Manusia Ilahi dan menebas ke arah tubuhnya.      

Di Hao berdiri di belakang Manusia Ilahi saat kekuatan ilahi mengalir tanpa henti ke dalam sosoknya. Ketika dia melihat tebasan lainnya semakin mendekat, dia berniat untuk mundur. Sebuah aura yang mengerikan mengelilinginya dan Tetua yang berada di sampingnya itu saat dia bersiap untuk menghindari serangan mengerikan yang dilancarkan oleh Yu Sheng. Akan tetapi, lingkaran-lingkaran cahaya berwarna hijau giok itu telah membentuk sebuah area Jalur Agung yang menutupi langit.      

Ye Futian juga berjalan ke arah mereka berdua. Suara gemuruh bisa terdengar di sana, dan Penggaris Ilahi raksasa di tangannya kini berubah menjadi sebilah pedang ilahi raksasa, yaitu Pedang Ilahi Tianzhu. Pedang itu tidak akan bisa dihentikan.      

Di Hao berniat untuk mundur setelah melancarkan semua serangan itu?      

Bukankah tindakannya itu terlalu licik? Ye Futian sudah lama tidak bertarung berdampingan dengan Yu Sheng. Sekarang mereka sudah semakin mendekati tingkat tertinggi bersama-sama, dan sekarang, mereka kembali memiliki kesempatan untuk bekerja sama dan menghadapi lawan mereka bersama-sama.      

Pedang ilahi yang tak terhitung jumlahnya itu menghujani area tersebut. Penggaris Ilahi yang kini telah berubah menjadi Pedang Ilahi Tianzhu itu semakin tak terhentikan. Pemandangan ini membuat para kultivator dari Dunia Manusia merasa bahwa situasi saat ini mengarah pada skenario terburuk. Ye Futian dan Yu Sheng sama-sama petarung tingkat atas. Dengan menggabungkan kekuatan, mereka bisa mengalahkan Di Hao dan Tetua itu.      

Para kultivator dari Dunia Manusia bergerak satu per satu, mencoba untuk bergabung dalam pertempuran ini.      

*Boom* Sebuah bencana iblis yang mengancam saat ini turun dari atas langit. Para kultivator dari Istana Kekaisaran Iblis tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Sebuah area Jalur Agung yang menakutkan kini telah menyelimuti area yang luas. Yan Guiyi memimpin pasukan tersebut. Dia mengarahkan Senjata Kekaisaran di tangannya pada para kultivator dari Dunia Manusia.      

Mereka adalah pihak yang memulai pertarungan ini, dan sekarang mereka ingin ikut campur?      

Para kultivator dari Istana Kekaisaran Iblis tidak keberatan untuk bergabung dalam pertarungan. Ada alasan lain bagi Yan Guiyi untuk mengambil tindakan saat ini.      

Meskipun Ye Futian dan Prefektur Ilahi memiliki dendam yang mendalam satu sama lain, namun hal itu tidak berlaku bagi Dunia Manusia. Adapun Western Heaven, meskipun Ye Futian telah membunuh Buddha Tertinggi Shenyan, namun para petinggi mereka tidak keberatan akan hal tersebut. Ye Futian telah mendapat berkah dari para Buddha, dan ada seorang Buddha Tertinggi yang mendukungnya. Rumor mengatakan bahwa Buddha Tertinggi itu pernah berkultivasi dengan Sang Buddha.      

Meskipun Buddha Tertinggi Pengobatan juga ikut bertarung hari ini, Yan Guiyi tidak keberatan untuk membujuk Ye Futian dalam menetapkan batasan dengan pihak lawan. Ye Futian harus berdiri di kubu yang berlawanan dari Dunia Manusia. Ini juga yang ingin dilakukan oleh Penguasa Kegelapan. Dia memerintahkan Ye Qingyao dan para kultivator dari Istana Kegelapan untuk menyulut perang ini. Selain perang itu sendiri, dia juga ingin memaksa Ye Futian untuk menentukan keberpihakannya.      

Yan Guiyi juga memiliki pemikiran yang sama. Jauh lebih baik jika jika Ye Futian dan Istana Kekaisaran Ziwei tidak memiliki pilihan untuk mundur. Hanya dengan cara itulah mereka benar-benar dapat dianggap telah menentukan dimana mereka berpihak.      

Saat mereka menghalangi jalan, Penggaris Ilahi terus menerjang ke bawah. Di Hao saat ini sedang menghadapi serangan yang dilancarkan oleh Yu Sheng. Tetua itu juga seorang kultivator tingkat tinggi dari Dunia Manusia. Dia memanggil sebuah Senjata Kekaisaran, dan dalam sekejap, sebuah lonceng kuno raksasa muncul di sana. Lonceng itu berdentang sambil melesat ke atas langit. Dalam sekejap, suara lonceng bergema di seluruh tempat, yang kemudian berubah menjadi sebuah gelombang suara penghancur yang menyebar ke seluruh penjuru langit. Banyak orang bisa merasakan jiwa spiritual mereka bergetar hebat ketika mendengarnya. Seolah-olah mereka dihancurkan secara perlahan-lahan dan mulai kehilangan kesadaran.      

Ye Futian juga bisa merasakan bahwa lonceng kuno itu mengandung kekuatan ilahi di dalamnya. Namun, Penggaris Ilahi yang telah berubah menjadi Pedang Ilahi Tianzhu itu masih menebas ke bawah, hingga akhirnya menabrak lonceng kuno itu disertai dengan suara dentangan yang keras dan membuatnya terhempas ke belakang akibat gelombang kejut yang dihasilkan.      

*Dong* Suara dentangan yang keras kembali terdengar. Tetua itu memukul lonceng kuno tersebut sekali lagi dengan telapak tangannya. Hal ini membuat ukurannya semakin membesar. Cahaya suci yang tak terbatas terpancar keluar dan kembali menerjang ke arah Penggaris Ilahi milik Ye Futian.      

*Klang* Penggaris Ilahi yang telah berubah menjadi Pedang Ilahi Tianzhu itu berhasil dihentikan. Tetua itu mendongak dan memandang ke arah Ye Futian. Kemudian, cahaya menyilaukan yang terpancar dari lonceng kuno ini melesat menuju Ye Futian.      

Pada saat ini, Di Hao melihat sepasang mata yang menakutkan di hadapannya. Itu adalah mata milik Ye Futian, dan sepasang mata itu mengandung cahaya berwarna hijau giok di dalamnya. Hanya dengan satu pandangan, sepasang mata itu langsung membawanya ke dalam sebuah dunia yang dibentuk oleh sihir mata. Tetua dari Dunia Manusia itu bahkan bisa merasakan bahwa dia telah memasuki dunia yang berbeda, yaitu Zona Sihir Mata milik Ye Futian.      

Dia samar-samar bisa merasakan bahwa dia kini berada dalam bahaya.      

Para kultivator dari Istana Kekaisaran Iblis langsung mengambil tindakan dan menyegel bala bantuan dari Dunia Manusia. Yu Sheng dan Ye Futian menyerang secara bersamaan, tanpa menunjukkan belas kasihan sedikit pun. Serangan mereka sangatlah mengerikan. Tebasan pedang iblis milik Yu Sheng telah menyulitkan Di Hao, sehingga membuatnya dia tidak dapat mengalihkan perhatiannya ke tempat lain. Adapun Ye Futian, Di Hao bisa merasakan keinginan membunuh datang darinya.      

Suara rapalan sutra Buddha tiba-tiba bergema di dalam Zona Sihir Mata dan menyelimuti seluruh tempat. Tetua itu ingin memengaruhi Ye Futian dengan lonceng kuno tersebut. Namun, suara rapalan sutra Buddha itu terdengar seperti sebuah sihir dari Jalur Agung. Suara-suara itu membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Pada saat yang bersamaan, banyak sosok Buddha muncul di atas langit. Para Buddha itu pun menyerang secara bersamaan, yaitu dengan mengerahkan Segel Buddha All Heaven.      

Di sisi lain, Tetua itu menyatukan telapak tangannya dan melakukan tindakan yang sama seperti para kultivator Buddha. Suara dentangan yang keras bergema di seluruh tempat. Pada saat berikutnya, lonceng kuno yang tak terhitung jumlahnya bertabrakan dengan Segel Buddha All Heaven yang semakin mendekat.      

Pada saat yang bersamaan, Ye Futian mengayunkan Penggaris Ilahi raksasa yang kini telah menutupi langit.      

Ketika Tetua itu melihat bayangan penggaris ini, firasat buruk tiba-tiba muncul di dalam dirinya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.