Pemimpin Kota Baru
Pemimpin Kota Baru
Pada saat kedua pria itu selesai berbicara, pancaran hawa panas menyelimuti area tersebut, selain itu langit dan bumi kini berubah warna menjadi merah.
Ye Futian menundukkan kepalanya dan memandang ke bawah. Bumi seperti sedang dipanggang, dan terdapat aura mistis yang terpancar di sana.
Sekuat apakah Saint di tingkat Nirvana Plane? Mungkin satu perintah dari pikirannya saja sudah cukup untuk menghancurkan sebuah kota.
*Boom* Kobaran api menyala di antara langit dan bumi, dan semua kultivator langsung mengeluarkan kekuatan mereka untuk melindungi tubuh masing-masing dari kekuatan yang tak terlihat itu.
Saat ini tubuh Shen Tianzhan diselimuti oleh kobaran api suci. Dalam sekejap, tubuhnya melesat ke atas langit.
Di atas langit, seekor naga api raksasa membuka mulutnya yang berukuran besar. Naga itu muncul dari dalam langit yang berwarna merah menyala dan kini bergerak menuju sang Shaman Agung.
Banyak orang yang berada di permukaan tanah menatap ke arah langit, hati mereka berdebar kencang. Mereka merasa sangat lemah di hadapan naga tersebut. Seolah-olah napas dari naga api itu mampu membakar mereka hingga hancur tak bersisa.
Sang Shaman Agung berdiri di tempatnya dengan tenang, dan tubuhnya sama sekali tidak tergoyahkan. Di atas sosok berjubah itu, cahaya berwarna emas yang tak terbatas bersinar seperti untaian benang emas yang tak terhitung jumlahnya, bergerak ke arah tubuhnya dengan kecepatan tinggi.
Dalam sekejap, untaian benang emas tak terbatas yang terlihat seperti sebuah jaring-jaring suci dengan kekuatan elemen ruang dan waktu di dalamnya itu menyebar ke atas langit, menutupi langit dan matahari, kemudian mengelilingi tubuh naga api tersebut.
Naga api tersebut terus melesat ke bawah, tetapi jaring-jaring suci itu meluas, dan pada akhirnya untaian benang emas itu berhasil menjerat naga api tersebut di dalamnya.
Sang Shaman Agung mengangkat tongkatnya, kemudian jaring-jaring suci itu memotong ruang hampa dan tubuh naga tersebut menjadi bagian-bagian kecil.
Untuk beberapa saat, naga api raksasa itu berubah menjadi kobaran api yang tak terbatas dan menghujani permukaan tanah.
*Boom* Permukaan tanah meledak dan terus menerus dibombardir. Kobaran api yang tak terbatas masih ditembakkan dari atas langit, terbentuk secara bersamaan, dan terdengar suara raungan yang keras.
Shen Tianzhan berdiri tegak di atas langit. Kedua tangannya membentuk sebuah segel, dan banyak dewa perang yang berapi-api setinggi beberapa ribu meter muncul di atas langit, mengelilingi sang Shaman Agung.
Telapak tangan Shen Tianzhan, dengan segel yang telah terbentuk, dikerahkan ke depan. Tiba-tiba, semua dewa perang yang berapi-api itu mengikuti gerakannya dan mengerahkan jejak-jejak telapak tangan yang berapi-api, menutupi langit dan menghancurkan ruang hampa.
Sang Shaman Agung berdiri di tengah-tengah para dewa perang yang berapi-api ini, sosoknya tampak sangat kecil, seperti seekor nyamuk.
Pada saat ini, di atas sang Shaman Agung, seberkas cahaya yang lebih menyilaukan dari sebelumnya bersinar terang. Sebuah teratai berwarna emas muncul di bawah kakinya, dan kelopak bunga teratai itu memancarkan cahaya yang tak terbatas.
Teratai emas itu berputar dan ukurannya semakin membesar. Kelopak bunga teratai itu membuka dan menutup, dan langsung menyelimuti tubuh sang Shaman Agung di dalamnya, mengubahnya menjadi sebuah tirai cahaya teratai, melindunginya.
*Boom, Boom, Boom* Jejak-jejak telapak tangan yang berapi-api itu menghantam targetnya, dan kelopak-kelopak bunga teratai itu terdorong ke dalam seperti akan meleleh dan hancur.
Tetapi cahaya itu masih terus bersinar, dan teratai emas raksasa itu terus berputar. Kelopak bunga yang dihantam oleh jejak telapak tangan milik Shen Tianzhan hancur dan kini muncul kembali dengan memancarkan cahaya yang lebih menyilaukan dari sebelumnya. Kelopak-kelopak bunga itu bermekaran di antara langit dan bumi. Bunga teratai raksasa bermunculan satu per satu, terus menyebar, dan cahaya emas yang tak tertandingi dipancarkan pada saat yang bersamaan. Area itu diselimuti dalam cahaya yang menyilaukan, dan tubuh para dewa perang yang berapi-api itu tertembus, lalu terkoyak, dan pada akhirnya hancur.
Tempat dimana sang Shaman Agung berada kini telah berubah menjadi sebuah dunia api, dan kobaran api itu tampak sedikit tidak nyata, membakar langit yang luas.
Banyak orang yang berada di permukaan tanah menatap ke arah langit. Jika mereka berdiri di atas sana, mungkin tubuh mereka akan hancur tak bersisa.
Sinar matahari turun ke bawah dan terpantul pada dunia api itu, seperti saling tumpah tindih satu sama lain. Sinar matahari itu juga menjadi bagian dari kobaran api tersebut, sehingga kekuatan dari Jalur Agung menyatu dengan Langit, dan kobaran api dari Jalur Agung itu kini telah menyatu dengan matahari.
*Boom* Dunia api itu tiba-tiba meledak, dan tempat dimana sang Shaman Agung berada mulai terbakar. Area itu berubah menjadi sebuah tungku matahari sejati, melebur segala sesuatu yang berada di sekitarnya.
Namun, sang Shaman Agung masih berdiri di tempatnya, jubahnya berkibar tertiup angin, dan tatapan matanya terlihat tenang sama seperti sebelumnya. Dia mengangkat kakinya dan berjalan ke depan dengan tenang.
Setiap langkah dilakukan secara perlahan-lahan namun sangat kokoh. Kelopak-kelopak bunga teratai mengelilingi tubuhnya. Setiap kelopak bunga terus membuka dan menutup untuk menciptakan bunga teratai lainnya. Bunga-bunga teratai ini seperti berada di sebuah dunia tersendiri. Pada saat kelopak-kelopak bunga itu membuka dan menutup, bunga-bunga teratai itu telah melahap kobaran api dari Jalur Agung.
Sang Shaman Agung berjalan menuju Shen Tianzhan, selangkah demi selangkah. Dia melirik ke arah lawannya, dan kedua matanya tampak sangat mengerikan. Seolah-olah kedua matanya mampu memikat dan memerangkap orang-orang yang memandangnya.
Shen Tianzhan menatap kedua mata itu dan mengerutkan keningnya. Sebuah kekuatan spiritual yang mengerikan menyerangnya secara tiba-tiba, dan dalam sekejap, sebuah matriks ruang dan waktu tampaknya telah muncul di dalam pikirannya. Di belakang tubuh sang Shaman Agung, muncul sebuah matriks yang bercahaya, dan cahaya menyilaukan terpancar dari matriks tersebut disertai dengan untaian benang emas yang tak terhitung jumlahnya menembus ruang hampa, menyelimuti tubuh Shen Tianzhan.
Shen Tianzhan berusaha melepaskan diri, tetapi jumlah benang emas itu semakin banyak, dan matriks itu melayang ke atas langit, berubah menjadi sebuah matriks ruang dan waktu yang menutupi langit. Dengan adanya cahaya ruang dan waktu yang tak terbatas turun ke bawah, Shen Tianzhan kini tidak bisa melarikan diri, karena area di sekitarnya telah disegel.
Kerumunan orang yang berada di bawah memandang ke arah langit dengan penuh ketakutan; pada tingkat Nirvana, jalannya pertempuran bergantung pada serangan siapa yang lebih kuat, dan Shen Tianzhan tidak memiliki kekuatan yang mumpuni untuk menghancurkan sang Shaman Agung.
Pada saat ini, bisakah Shen Tianzhan menerima serangan balik dari sang Shaman Agung?
Tubuh sang Shaman Agung melayang di udara dan naik semakin tinggi hingga dia menyatu ke dalam matriks suci yang berada di atas langit. Dia mengangkat tongkatnya dan menatap ke arah Shen Tianzhan, lalu berkata, "Ini adalah seni penghukum; apakah kau masih ingin bertarung?"
Shen Tianzhan menatap ke arah sang Shaman Agung. Tubuhnya masih memancarkan aura Saint, tetapi dia tahu dalam lubuk hatinya bahwa dia telah kalah, dan dia tidak yakin bahwa dia mampu menerima serangan dari sang Shaman Agung.
Dalam sekejap, kobaran api di atas langit telah menghilang, begitu pula dengan hawa panas yang menyebar di udara. Langit dan bumi kini telah kembali normal seperti sebelumnya.
Melihat pemandangan ini, sang Shaman Agung menurunkan tangannya dan menarik kembali tongkatnya. Cahaya ruang dan waktu di sekitarnya juga telah menghilang, dan kedua matanya tidak lagi terlihat mengerikan.
Kerumunan orang yang berada di bawah menghembuskan napas lega; pertempuran yang baru saja terjadi itu seperti sebuah mimpi.
'Pemimpin Kota Qianye, Shen Tianzhan, telah dikalahkan,' semua orang bergumam dalam hati.
Kota Qianye akan berganti kepemilikan secara resmi.
Pria yang dijuluki sebagai Shaman Agung ini pasti adalah sosok terkemuka di Dunia Kaisar Xia; kultivator-kultivator kuat yang dibimbing oleh para kaisar memang mengagumkan.
Di antara kota-kota yang ada di Dunia Naga Merah, hanya beberapa Pemimpin Kota yang berada di puncak kekuatan mereka yang mampu melawan sosok-sosok seperti itu.
Ada beberapa kultivator yang sangat kuat di Dunia Naga Merah. Meskipun mereka mengaku berada di puncak Nirvana Plane, terdapat rumor yang mengatakan bahwa beberapa Saint tingkat Nirvana telah menyinggung Renhuang, yang menyebabkan mereka pergi ke Dunia Naga Merah untuk menjadi pemimpin dari sebuah kota. Para renhuang dari dunia lainnya bisa berkunjung ke Dunia Naga Merah, tetapi mereka tidak bisa membuat kekacauan di sana. Tentu saja, kedatangan para Saint itu bukanlah sesuatu yang dipedulikan oleh Kaisar Naga Merah.
Shen Tianzhan turun dan mendarat di atas reruntuhan dari Kantor Pemimpin Kota yang berada di hadapan Ye Futian.
Dia memandang ke arah Shen Jun, yang terluka parah, dan dia bisa melihat keputusasaan di matanya.
Ayahnya, yang juga telah dikalahkan, ikut terlibat dalam masalah ini karena dirinya, dan sekarang Kantor Pemimpin Kota telah hancur.
Semua ini terjadi karena dia ingin memanfaatkan Ye Futian dan kelompoknya.
Sekarang, tidak mudah untuk mengusir sosok seperti dewa yang telah dia undang kemari.
Ye Futian menginginkan Kota Qianye.
Shen Tianzhan menggendong tubuh Shen Jun. Ye Futian tetap berdiri di tempatnya dan tidak menghentikannya. Sementara sang Shaman Agung melayang turun dan mendarat di sebelah Xia Qingyuan.
Mereka hanya menginginkan Kota Qianye dan tidak merasa khawatir bahwa Shen Tianzhan akan bertindak nekad. Dia tidak akan memikirkan hal seperti itu saat dia telah berkultivasi ke tingkat ini.
Setelah berbalik, Shen Tianzhan berhenti dan berkata, "Aku akan tetap tinggal di sini."
Kemudian, dia membawa Shen Jun masuk ke bagian dalam dari Kantor Pemimpin Kota, yang saat ini telah menjadi reruntuhan.
"Shaman Agung, ambil alih Kantor Pemimpin Kota," Xia Qingyuan berkata padanya, dan sang Shaman Agung mengangguk.
Langkah selanjutnya adalah mengambil alih Kantor Pemimpin Kota seutuhnya. Karena Shen Tianzhan memilih untuk tetap tinggal, dia tidak perlu membantu mereka dalam mengelola kota, tetapi dia tidak boleh diberi kesempatan untuk membuat kekacauan.
"Siapa yang akan menjadi sang Pemimpin Kota?" ujar Xia Qingyuan sambil menatap ke arah Ye Futian.
"Tentu saja anda, Puteri," Ye Futian memandang ke arah Xia Qingyuan.
"Aku tidak tertarik," ujar Xia Qingyuan dengan santai. "Kau yang akan mengambil alih posisi tersebut."
"..."
Ye Futian memandang ke arah Xia Qingyuan tetapi dia melihat bahwa kedua mata sang Puteri menatap ke kejauhan. Tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkan olehnya.
"Puteri, di masa depan, Kota Qianye dapat menjadi fondasi dari Dunia Kaisar Xia di Dunia Naga Merah. Saya tidak pantas untuk mengemban tugas ini," ujar Ye Futian.
"Bukankah kau selalu mengeluh bahwa kau tidak memiliki status yang tinggi di Dunia Kaisar Xia? Sekarang, kau akan dinobatkan sebagai Pemimpin Kota Qianye. Aku akan meminta ayahku, sang Kaisar, untuk meresmikannya, dan ayah pasti tidak akan keberatan akan hal tersebut," ujar Xia Qingyuan, sambil menatap ke arah Ye Futian. Sebelumnya, Ye Futian hanyalah seorang pengawal bagi sang Putri.
Ye Futian tidak bisa berkata-kata; memangnya kapan dia mengeluh?
Ucapan wanita memang tidak masuk akal.
Tapi, posisi itu tampaknya jauh lebih baik daripada menjadi pengawal sang Puteri.
"Bos, wanita iblis ini pasti merasa trauma akibat ajakan dari Kong Xuan." Suara dari Elang Angin Hitam bergema di benak Ye Futian. Belum lama ini, Kong Xuan datang untuk mengajaknya bergabung dengan Dunia Kaisar Merak Iblis.
Namun, elang ini telah belajar dari kesalahannya dan tidak berani menyampaikan isi hatinya secara terang-terangan, tetapi hanya mengatakannya secara telepati pada Ye Futian.
"Kau ingin dihajar lagi olehnya?" Ye Futian tersenyum pada sang elang kecil, dan sikapnya langsung berubah.
"Baiklah, saya akan mengambil alih posisi itu untuk sementara, tetapi jika saya hendak bepergian, saya akan mengundurkan diri dari posisi tersebut," ujar Ye Futian, tetapi Xia Qingyuan mengabaikannya.
Selanjutnya, mereka harus menata ulang Kota Qianye.
Peristiwa yang terjadi di Kota Qianye telah berakhir, dan semua kota kini mengetahui bahwa Yu Sheng berasal dari Dunia Kaisar Xia, dan sekarang, Dunia Kaisar Xia telah mengambil alih sebuah kota di Dunia Naga Merah.
Namun, meskipun semua informasi itu telah menyebar, efek yang ditimbulkan tidak begitu besar. Lagipula, peristiwa seperti ini sudah sering terjadi di Dunia Naga Merah, dan sosok-sosok terkemuka telah menyaksikan semuanya.
Saat ini, di dalam sebuah kota di Dunia Naga Merah, terdapat sekelompok orang yang berkumpul di sebuah istana.
Salah satu dari mereka adalah sosok yang dikenal oleh Ye Futian—sang putra mahkota dari Dinasti Dali, Li Yao.
Setelah mendengar berita yang disampaikan oleh seorang utusan di hadapannya, Li Yao memancarkan hawa dingin di matanya. 'Apakah sosok yang mengawal mereka adalah sang Shaman Agung dari Dunia Kaisar Xia?'
Bahkan saat ini mereka telah mengambil alih sebuah kota di Dunia Naga Merah.
"Yang Mulia, kekuatan dari sang Shaman Agung masih belum bisa dipastikan. Dia telah mengikuti Kaisar Xia selama bertahun-tahun dan sudah jelas dia merupakan salah satu sosok yang berdiri di puncak kekuatan Dunia Kaisar Xia," ujar seorang bangsawan yang mengenakan jubah berpola ular piton emas di belakangnya.
Li Yao mengangguk, dan dia menyeringai. "Tampaknya kita membutuhkan bantuan dari Penasihat Kekaisaran."