The Alchemists: Cinta Abadi

Melukis Di Central Park (2)



Melukis Di Central Park (2)

0"Kau membawa laptop ke Central Park?" tanya Rose keheranan ketika melihat Rune membawa tas laptopnya sebelum keluar dari apartemen. "Bukankah kita akan ada di luar? Apakah kau bisa melihat layar laptop di bawah sinar matahari?"     

"Oh.. ini laptop khusus," kata Rune sambil tersenyum. "Aku adalah salah satu penguji untuk laptop keluaran baru yang memiliki layar khusus untuk bekerja di luar ruangan."     

"Oh.. menarik sekali," komentar Rose. "Aku tahu mereka berusaha menciptakan laptop dan ponsel anti-glare untuk keperluan itu, tapi sampai sekarang tidak ada yang bisa sungguh-sungguh dapat dipakai di luar ruangan dengan sama nyamannya seperti di dalam ruangan."     

"Perusahaan teknologi selalu berusaha membuat produk yang lebih baik dari sebelumnya. Aku kebetulan saja beruntung karena kakakku bekerja di salah satu perusahaan yang memproduksi laptop begini. Aku bisa mendapatkan produk terbaru mereka sebelum diluncurkan di pasaran."     

Kakak yang dimaksud Rune ini adalah London yang 'bekerja' di Schneider Group. Hehehe.     

Rose menatap Rune agak lama. Ia mengerutkan kening dan berusaha memikirkan sesuatu. Ia mulai merasa agak keheranan karena sepertinya Rune memiliki kehidupan yang cukup menarik.     

Walaupun ia adalah laki-laki dari kalangan biasa, ia baru-baru ini mengunjungi Amazon, dan kini memiliki laptop keluaran terbaru yang bahkan belum ada di pasaran.     

Gadis itu menyipitkan matanya dan menatap Rune dengan penuh perhatian.     

"Ada apa denganmu?" tanya Rune keheranan. "Ada sesuatu di wajahku?"     

Rose menggeleng. "Uhm.. tidak. Aku hanya heran karena kau sepertinya tidak sesederhana yang aku kira."     

"Maksudmu?" tanya Rune, tidak mengerti.     

"Maksudku... kurasa kau menyembunyikan sesuatu," kata Rose. "Tadinya kukira kau adalah lelaki sederhana yang menyenangkan, karena kita cepat akrab dan kau juga sangat santai. Tapi ternyata... kau menyimpan banyak rahasia."     

Rune menghentikan langkahnya dan menatap Rose yang berjalan di belakangnya sambil membawa tas besar berisi buku sketsa dan alat-alat menggambarnya.     

"Uhmm... apakah menurutmu kalau aku menyimpan rahasia, itu buruk?" tanya Rune. "Kau juga merahasiakan siapa dirimu sebenarnya."     

Rose menggeleng. "Tidak. Itu cukup fair, kok. Tapi aku jadi menduga-duga bahwa kau ini sebenarnya adalah..."     

"Kau pikir aku sebenarnya siapa?" tanya Rune penasaran.     

Rose tampak berpikir sejenak, apakah hendak memberi tahu Rune apa yang ia pikirkan atau tidak.     

"Aku bukan orang jahat, kalau itu yang kau takutkan..." kata Rune. Ia seketika menjadi kuatir kalau Rose akan salah paham dan mengira ia adalah penipu atau laki-laki jahat yang ingin mengambil keuntungan darinya. Karena itu, ia buru-buru melanjutkan. "Aku bisa memberitahumu siapa aku sebenarnya."     

Rose buru-buru mengangkat tangannya dan menggeleng. "Aku tidak mau membahayakan dirimu kalau sampai kau terpaksa memberitahuku identitasmu yang sebenarnya. Aku juga tidak mau terlibat. Pokoknya... apa pun itu, kau bisa menyimpannya sendiri."     

"Eh..? Kenapa begitu?" Rune menjadi keheranan mendengar kata-kata Rose. Kenapa gadis ini terlihat misterius sekali???     

"Lupakan saja apa kataku," kata Rose dan segera berjalan cepat meninggalkan Rune yang berdiri bengong di lorong apartemen. Gadis itu masuk ke dalam lift yang pintu terbuka. Ia segera melambai ke arah Rune dan menyuruhnya masuk. "Ayo, kau mau apa berdiri di sana terus?"     

Rune garuk-garuk kepala dan mengangguk. Ia lalu ikut masuk ke dalam lift dan memencet tombol turun. Sepanjang perjalanan turun ke lobi di lantai dasar, ia memperhatikan Rose yang berdiri di sampingnya dengan wajah cuek.     

"Sebenarnya kau pikir aku ini siapa? Sampai kau pikir kau dan aku akan berada dalam bahaya kalau sampai aku memberitahumu siapa aku sebenarnya?" tanya Rune kepada Rose. Ia sangat penasaran.     

Rose menatap Rune agak lama dan akhirnya menjawab, "Kalau kau ini sebenarnya mata-mata, tolong jangan pernah bilang apa-apa kepadaku. Nanti aku jadi terlibat... Pokoknya aku tidak akan bertanya apa-apa lagi."     

Rune tertegun mendengar kata-kata gadis cantik itu.     

Sebentar...     

Rose mengira Rune sebenarnya adalah mata-mata? Seperti yang di film-film itu?     

Astaga.. pantas saja dia bilang ia lebih memilih untuk tidak tahu dan tidak terlibat. Di zaman modern ini, walaupun sudah tidak ada konflik terbuka dan perang antar negara, tetapi masih banyak negara besar yang memiliki satuan mata-mata untuk menyelidiki negara lain, ataupun warganya sendiri.     

Mereka akan menyamar seperti orang biasa dan terjun untuk hidup di tengah orang-orang kebanyakan. Mereka akan menggunakan identitas lain dan berpura-pura menjadi guru, atau pedagang, atau bahkan tukang es krim untuk menyamar.     

Namun, orang-orang ini akan dibekali dengan berbagai perlengkapan paling modern yang kebanyakan orang belum punya.     

Nah... Rose melihat Rune dipenuhi misteri dan memiliki peralatan canggih yang bahkan belum dijual di pasaran. Hal ini membuat gadis itu mengambil kesimpulan sendiri bahwa Rune sebenarnya adalah agen pemerintah atau mata-mata.     

Lagipula, selain semua keanehan tadi, ia juga melihat Rune sering sekali sibuk dengan laptopnya untuk melakukan input data. Ia juga terlihat tidak memiliki pekerjaan yang jelas.     

Semua ini membuat Rose semakin yakin bahwa dugaannya benar.      

Rune hendak menertawakan imaginasi Rose yang berlebihan... tetapi ia tidak tega. Lagipula, ia tidak keberatan Rose mengira ia mata-mata. Itu lebih baik daripada penjahat atau penipu.     

Akhirnya pemuda itu hanya mengangguk-angguk dan tidak berkata apa-apa lagi. Ia berjalan riang mengikuti Rose yang berjalan keluar lift menuju lobi apartemen. Ketika mereka mencapai pintu, dengan sigap, Rune membukakan pintu untuk gadis itu.     

Mereka berjalan kaki ke stasiun kereta terdekat lalu naik kereta menuju Central Park. Udara terasa sangat sejuk karena sudah memasuki musim gugur, tetapi tidak terlalu dingin. Sehingga Rune dan Rose tidak perlu mengenakan mantel tebal mereka.     

Suasana di Central Park siang itu tampak sangat menyenangkan. Banyak orang membawa anjing mereka berjalan-jalan. Ada juga yang mendorong kereta bayi dan membawa anak-anak mereka untuk melihat dunia luar.     

Pohon-pohon di taman sudah mulai berubah warna menjadi kuning dan sebagian oranye. Sungguh pemandangan membuat hati terasa damai.     

Rose mencari tempat yang sepi dan menebarkan selimut pikniknya di atas rumput. Ia lalu mengeluarkan buku sketsa dan pensilnya lalu mulai mengamati sekelilingnya, berusaha mencari objek sketsa yang menarik.     

Setelah menemukan pasangan kekasih yang duduk di tepi danau membelakangi mereka, Rose bekerja dengan sigap. Tangannya lincah menari-nari di atas buku sketsa dan menggambar pasangan itu.     

Setelah selesai, ia lalu mencari objek baru. Ia menemukan ibu dan anak yang sedang duduk menikmati pemandangan angsa-angsa yang berenang di danau. Rune menatap pekerjaan Rose dengan kagum. Ia bisa melihat bahwa Rose sangat berbakat.     

Astaga.. bisakah gadis ini menjadi lebih sempurna lagi? Sudah cantik, pandai, dari keluarga berada... ia juga sangat berbakat...     

Semoga anak kami nanti mirip ibunya, Rune berharap dalam hati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.