The Alchemists: Cinta Abadi

Apakah Finland Hamil?



Apakah Finland Hamil?

1"Kepalamu berat," kata Finland mengulangi kata-katanya.     

Caspar buru-buru bangun dan duduk di tempatnya dengan baik. Punggungnya tegak sejajar sandaran sofa dan sepasang matanya yang biru menatap Finland dengan pandangan heran.     

"Apakah kau sakit? Kenapa tiba-tiba seperti ini? Biasanya kau tidak keberatan..." tanya pria itu.     

Finland membuang muka dan melipat kedua lengannya di dada. Sikapnya yang tidak seperti biasanya ini benar-benar membuat suaminya keheranan.     

"Oh.. oke. Aku tidak akan memberatimu lagi," kata sang lelaki sambil tersenyum manis. "Kau haus? Mau dibuatkan minuman?"     

Ia bertepuk tangan dan sistem pelayan rumah tangga segera menanggapi.     

"Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Skysky. Pada saat Caspar memasang sistem pelayan rumah tangganya yang baru sepuluh tahun lalu, kebetulan Lily sedang ada di rumah ini dan bocah itu yang memilihkan namanya.     

Hingga kini, mereka masih menggunakan nama yang konyol itu karena sudah terbiasa.     

"Aku mau kau buatkan teh hangat kesukaan istriku dan kopi panas buatku. Lalu siapkan bak mandi berisi air hangat untuk berendam. Sepertinya istriku kelelahan."     

Finland hanya memutar matanya saat mendengar kata-kata suaminya. Sikapnya hari ini benar-benar aneh dan membingungkan. Caspar duduk termenung di tempatnya, berusaha mengingat-ingat apakah hari ini ia melakukan kesalahan.     

Hmm.. rasanya tidak.     

Lalu kenapa istrinya bersikap aneh sekali?     

"Uhm.. kau mau berendam?" tanya Caspar. "Aku sudah menyuruh Skysky menyiapkan air panas... hehehehe..."     

Finland tidak menjawab.     

"Aku akan memijat kakimu... punggungmu..." Caspar menyipitkan mata untuk melihat reaksi istrinya. "Tanganmu... lalu..."     

Tiba-tiba seorang robot masuk sambil membawa nampan berisi dua cangkir minuman. "Selamat sore, Tuan. Ini minuman yang Anda minta."     

"Ahh.. tepat waktu." Caspar tersenyum senang. Ia mengambil cangkir teh dan menyerahkannya kepada Finland.     

Wanita itu menerimanya tanpa berkata apa-apa. Lagi-lagi membuat Caspar keheranan. Biasanya, istrinya adalah wanita yang hangat dan pasti akan mengucapkan terima kasih. Namun, sekarang tidak seperti itu.     

Caspar lalu mengambil cangkir kopi dari nampan untuk dirinya sendiri dan menyuruh pelayannya pergi. "Terima kasih, Skysky."     

"Sama-sama, Tuan." Robot itu lalu pergi keluar dari ruang tamu meninggalkan suami istri yang telah bersama selama hampir lima puluh tahun itu.     

Memang rasanya lucu sekali kalau mengingat Caspar dan Finland telah menikah selama hampir 50 tahun, tetapi penampilan keduanya terlihat seperti mereka baru berusia 25 tahun saja.     

"Sayang... kau tidak apa-apa?" tanya Caspar. Ia tahu sebagai seorang Alchemist istrinya pasti tidak sedang sakit. Kaum Alchemists memiliki tubuh yang sempurna dan mereka tidak akan pernah sakit.     

Finland mengibaskan tangan suaminya. Keningnya berkerut. Wajahnya terlihat kesal.     

"Aku tidak tahu," keluh wanita itu. "Rasanya sebal sekali. Tapi aku tidak tahu apa sebabnya..."     

"Hmm..." Caspar menaruh cangkir kopinya dan garuk-garuk kepala. "Kenapa ya?"     

Sepasang matanya menyipit dan ia berdiri lalu mengamat-amati istrinya dengan sikap seperti seekor kurator museum mengamati barang seni yang baru tiba di museumnya.     

"Kau kenapa?" tanya Finland dengan nada suara sewot.     

"Kau kelelahan? Atau lapar? Atau merasakan hal selain kesal?" tanya Caspar.      

Finland menggeleng. "Tidak. Hanya kesal."     

"Oh..." Caspar lalu kembali duduk di samping istrinya. Ia memutar posisi duduknya agar ia dapat mengambil punggung Finland dan dengan penuh kasih sayang ia lalu memijat punggung wanita itu. "Mungkin sebenarnya kau lelah tapi tidak menyadarinya. Aku tahu banyak sekali pekerjaan yang harus kuurus dan kau harus mendampingiku melalui itu semua."     

Finland tidak menjawab. Ia memejamkan mata dan menikmati pijatan lembut tangan suaminya di punggungnya.     

Ia juga tidak mengerti. Akhir-akhir ini rasanya ia sering merasa uring-uringan tanpa sebab yang jelas. Karena ia tidak ingin merusak suasana, ia mendiamkannya saja dan berusaha menyabar-nyabarkan diri.     

Ia tahu suaminya sangat sibuk dan ia tidak ingin menambah beban pria itu. Namun, setelah hampir seminggu lamanya menahan diri, hari ini pertahanannya runtuh.     

Rasanya bahkan hal kecil yang paling tidak berarti sekalipun akan dapat memancing emosinya. Ia menjadi merasa bersalah karena kata-katanya yang ketus barusan.     

Biasanya ia memang senang memangku kepala suaminya saat mereka sedang duduk bersantai. Karena Caspar juga sering melakukan hal yang sama untuknya.     

Finland juga sering bermanja-manja dan tidak sekalipun Caspar menyinggung perasaannya dengan mengatakan bahwa ia berat.     

Uhhh.. ada apa ini?     

Akhirnya wanita itu membuka matanya dan menyentuh tangan Caspar yang sedang memijat punggungnya. Finland lalu berbalik dan menyandarkan kepalanya di dada pria itu.     

"Maafkan aku. Mungkin aku memang lelah. Sebaiknya aku mandi berendam saja," katanya dengan suara lemah.     

"Ide bagus!" kata Caspar. Ia sigap berdiri dari kursi. "Mau kugendong ke kamar mandi?"     

Tanpa menunggu jawaban, ia telah mengangkat tubuh Finland dan membopongnya dengan penuh semangat menuju ke kamar tidur mereka yang sangat luas, yang terletak di bagian samping.     

Secara spontan Finland segera mengalungkan lengannya ke leher Caspar dan menjerit pelan. Ia kaget karena diangkat tiba-tiba seperti itu.     

"Kau membuatku kaget," omel wanita itu, sambil mengeratkan pelukannya ke leher suaminya.     

"Ahahaha... maafkan aku. Aku kuatir nanti airnya menjadi dingin kalau kita berlama-lama."     

Caspar bersiul-siul riang ketika tiba di kamar mandi mereka yang sangat besar. Ia lalu menaruh tubuh istrinya di bangku ottoman cantik di sudut kamar mandi.     

Setelah memastikan bak terisi air panas secukupnya, ia lalu menuang cairan sabun yang wangi dan garam pink Himalaya yang akan membuat kegiatan berendam istrinya menjadi lebih menyenangkan dan relaks.     

"Semuanya sudah siap. Kau mau berendam sekarang?" tanya Caspar.     

Finland mengangguk dan mulai melepaskan pakaiannya satu persatu. Ah, ide suaminya ini bagus juga, pikirnya. Kalau berendam air hangat dengan wangi-wangian yang menenangkan, mungkin suasana hatinya akan menjadi lebih baik.     

Ahh.. benar saja. Begitu ia duduk berendam dengan air hangat hingga ke dadanya, perasaannya menjadi lebih baik. Finland lalu memejamkan matanya dan menikmati perasaan relaks yang pelan-pelan memenuhi pikirannya.     

Sementara itu, saat ia melihat istrinya sudah melepaskan semua pakaiannya dan kemudian masuk ke dalam bak mandi, Caspar ikut membuka pakaian dan kemudian bergabung dengan Finland di dalam bak mandi.     

"Hmm.. Wanginya enak sekali. Ini produk garam mandi wangi yang terbaru," kata Caspar sambil memeluk tubuh istrinya dari belakang. "Skysky yang merekomendasikannya minggu lalu. Kau suka?"     

Finland mengangguk. "Lumayan."     

"Sayang..." Caspar mendeham. Ia tampak memikirkan sesuatu dan ekspresinya terlihat berbunga-bunga. "Apakah kau mau memeriksakan diri untuk mengetahui apakah kau hamil?"     

Finland seketika membuka matanya dan menoleh ke belakang. "Kau pikir aku hamil?"     

Caspar mengangguk dan tersenyum lebar. "Aku masih ingat waktu kau hamil London dan Rune dulu.. kau uring-uringannya persis sama seperti ini."     

"Benarkah?" Finland seketika menekap bibirnya karena kaget. "Astaga.. aku tidak ingat. Itu sudah lama sekali."     

Caspar tertawa kecil. "Aku masih ingat karena waktu itu kau memang menyebalkan sekali."     

Finland memukul bahunya. "Dasar."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.