Hari Pertama Di Villa **
Hari Pertama Di Villa **
Jantung Fee berdetak semakin cepat. Sudah tiga bulan lamanya ia dan Ren tidak berhubungan intim dan ia sangat merindukan tubuh suaminya. Sedikit saja belaian tangan Ren menyentuh kulitnya yang sensitif, membuat Fee mendesah dan menggigit bibirnya.
"Ren..." bisik Fee sambil berbalik menghadap suaminya. Ia memeluk leher Ren dan menarik wajahnya mendekat lalu mencium bibir Ren.
Pria itu tampak terpesona saat Fee berinisiatif menciumnya. Ia meremas rambut Fee dan menarik tubuh gadis itu ke pelukannya. Ia membalas ciuman Fee dengan lebih mesra.
"Kau capek?" tanyanya di telinga Fee dengan suara yang agak serak.
"Uhmm... tidak. Aku tadi tidur di pesawat dengan baik," kata Fee sambil menatap sepasang mata cokelat Ren.
"Apakah... kau sudah sehat?" tanya Ren lagi. Tangannya pelan-pelan turun dari rambut Fee ke punggungnya lalu masuk ke balik blusnya. Ketika melihat Fee mengangguk malu-malu, Ren tersenyum dan mencium Fee lagi.
Tangannya lalu bergerak dan meloloskan atasan Fee dari tubuhnya. Bibirnya tidak berhenti mencium bibir Fee sambil tangannya bergerak ke balik punggung Fee dan melepaskan bra cantik yang dikenakan istrinya.
Fee mulai mendesah pelan di sela-sela ciuman mereka saat kedua tangan Ren mulai meremas payudaranya yang seksi, lalu kemudian bibirnya turun dan mencium dadanya bergantian.
"Aahh..." Fee meremas rambut Ren dan menahan diri agar tidak berteriak ketika bibir Ren mulai mengulum puting kanannya dan tangan kanannya meremas payudara kiri Fee, lalu bergantian, bibir dan lidahnya memanjakan payudara kiri Fee sementara tangan kirinya meremas payudara kanan.
"Tidak usah ditahan," bisik Ren sambil mengangkat wajahnya menatap Fee dengan pandangan penuh nafsu. "Tidak akan ada yang mendengar. Kamar ini kedap suara..."
"Oh..." Fee mengangguk. Ia tersenyum sedikit dan memejamkan matanya menikmati Ren memanjakan titik-titik sensitifnya.
"Aahh..!" Fee mengeluarkan seruan tertahan saat tiba-tiba Ren mengangkat tubuhnya dan membawanya ke tempat tidur besar di kamar mereka.
"Lebih nyaman di sini," bisik Ren lalu kembali melanjutkan mencumbu Fee. Saat bibir dan lidahnya memanjakan payudara Fee, perlahan tangan kirinya menyusup turun dari pinggang ke dalam celana pendek Fee dan bergerilya di tubuh bagian bawah istrinya.
Fee yang sudah lama tidak disentuh secara seksual oleh suaminya tidak dapat menahan rasa nikmat yang langsung menyerang sekujur tubuhnya ketika jari-jari Ren mengeksplorasi liang kewanitaannya.
Sensasi dari payudaranya yang dimanjakan bibir dan lidah Ren serta liang kewanitaannya yang dirangsang oleh jari-jari suaminya, sungguh tidak tertahankan lagi oleh Fee dan ia menjerit lepas ketika ia mendapatkan orgasmenya yang pertama.
Ren segera melepaskan celana pendek Fee dan pakaian dalamnya lalu membuka pakaiannya sendiri. Tidak lama kemudian ia sudah menindih tubuh Fee di bawahnya dan mendorong masuk.
Ia sangat merindukan tubuh istrinya dan begitu kejantanannya merasakan liang hangat yang familiar itu, ia segera diliputi perasaan bahagia yang memabukkan.
Ren terus mencium Fee dan membelai tubuhnya sambil memompa keluar masuk dengan teratur. Ia sangat merindukan hubungan seksual mereka sebelum terjadi semua masalah akibat Fee meninggalkannya.
Walaupun ia tidak bisa jatuh cinta, tetapi bagi Ren, Fee adalah wanita yang memiliki hubungan paling dekat dengannya di dunia ini.
Walaupun Fee adalah anak musuhnya... Ren tak dapat menyangkal bahwa hubungan mereka sudah terlalu dalam.
Ia tidak mengira bahwa pembalasan dendam yang sudah ia dan pamannya rencanakan selama ini ternyata tidak dapat dijalankan dengan mudah karena ada begitu banyak komplikasi yang tak terduga.
Tadinya, ia mengira, karena ia seorang aromantic, walaupun ia menikah dengan Fee untuk mencapai tujuannya, ia tidak akan pernah teralihkan ataupun goyah. Ia tahu ia tidak akan pernah mencintai wanita ini.
Tetapi ia tidak mengira Fee akan hamil.. itu pun karena kecerobohan Ren sendiri. Begitu ia mengetahui bahwa Fee mengandung anaknya, seketika perasaan yang ada di dalam hati Ren untuk Fee berubah. Ia tidak tega.. ia tidak sanggup melanjutkan rencana balas dendamnya dan menyakiti ibu dari anaknya.
Walaupun ia masih tidak mencintai Fee secara romantis, tetapi ia mencintai anak yang dikandungnya dan hubungannya dengan Fee menjadi satu hubungan yang tidak dapat dipatahkan oleh apa pun.
Ia merasa begitu patah hati saat Fee ditembak dan mereka kehilangan anak-anak dalam kandungan istrinya. Ia sangat berduka dan menyesal. Ia rela melakukan apa pun, mengorbankan apa pun, demi memperoleh kembali anak-anaknya yang sudah tidak ada.
Tuhan, berikan aku kesempatan kedua...
Air mata menggenang di matanya ketika Ren memompa semakin cepat dan kemudian mengeluarkan benihnya di dalam mulut rahim istrinya. Tubuhnya bergetar sedikit, bersamaan dengan tubuh Fee yang melengkung saat mendapatkan puncak bersamanya.
Ia lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas tubuh Fee dan berguling ke samping, memeluk gadis itu ke dengan kedua tangannya. Napas keduanya memburu dan tidak ada yang mengeluarkan suara selama beberapa saat.
"Aku mencintaimu..." bisik Fee pelan. Ia melingkarkan tangannya ke pinggang Ren dan menyusupkan kepalanya ke dada suaminya.
Ia tahu ia tidak akan pernah mendengar balasan bahwa Ren mencintainya, tetapi bagi Fee sekarang, apa yang mereka miliki ini sudah cukup. Asalkan ia bisa bersama Ren dan anak-anak mereka, Fee merasa sangat bahagia.
Ren memejamkan matanya sambil tersenyum. Ia hampir tidak tidur selama di pesawat dalam perjalanan menuju ke Bali. Pikirannya terlalu penuh dan sibuk. Ia sama sekali tidak dapat beristirahat.
Kini kepalanya terasa ringan. Dengan adanya Fee di sampingnya, dan tubuh mereka bersatu seperti ini, ia merasa sangat damai. Pelan-pelan napasnya menjadi teratur dan ia pun jatuh tertidur.
Fee yang menyadari Ren akhirnya tidur di sampingnya dengan damai, mencium bibir Ren sedikit lalu ikut tidur bersamanya. Nanti ia dapat menjelajah villa ini dan pantai di bawah sana. Sekarang, lebih baik ia menemani Ren beristirahat. Mereka sudah sangat lama tidak tidur bersama seperti ini.
***
Mereka tiba di villa ini pukul 9 pagi, langsung berhubungan intim dan kemudian tidur hingga siang. Saat mereka bangun, waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Ren membuka matanya dan menyadari bahwa hari sudah siang dan mereka belum makan.
Ia membangunkan Fee dengan ciuman lalu menelepon kepala staf villa untuk menyiapkan makan siang.
"Uhmm... kita makan siang sekarang? Kalau begitu aku pakai baju dulu." kata Fee. Ia hendak bangun dan turun dari tempat tidur tetapi Ren segera mencegahnya.
"Tidak usah. Mereka akan mengantar makan siangnya ke ruang makan di sebelah kamar kita. Kita makan di kamar," kata Ren.
Ia berencana untuk kembali menyerang Fee setelah mereka makan siang dan memulihkan tenaga. Ia ingin membalas waktu tiga bulan saat mereka berdua berpisah dan tidak berhubungan seksual. Ia berharap, Fee akan cepat hamil kembali, sebelum istrinya itu menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan kandungannya.