Ia Harus Membunuh Tiga Orang Itu
Ia Harus Membunuh Tiga Orang Itu
Vega duduk di tepian tempat tidurnya dan mengamati begitu banyak foto dan video yang ada di tablet yang diberikan Altair kepadanya. Air matanya tak henti-hentinya mengalir saat ia melihat seorang lelaki dewasa yang sangat mirip dengan Altair dan seorang wanita cantik menggandeng dua anak kecil yang sangat mirip dengan dirinya dan Altair.
Ia dapat dengan mudah mengira bahwa kedua anak itu adalah dirinya sendiri dan Altair. Mereka memang benar-benar saudara kembar, dan jelas terlihat mereka mewarisi wajah ayah mereka.
Ia menangis terisak-isak saat melihat Alaric menggendongnya di pangkuannya dan berbisik kepadanya menerangkan berbagai warna di langit yang membentuk semburat matahari terbenam, ketika mereka duduk bersama di teras dan mengagumi senja.
Aleksis yang merekam video itu dan berbicara kepada mereka menanyakan apa yang sedang mereka bicarakan. Vega tidak dapat menangkap jelas apa jawabannya dan Alaric kepada Aleksis, pikirannya memusing. Ia tidak terlalu memperhatikan suara dan ucapan-ucapan yang mereka lontarkan di dalam berbagai video lainnya.
Ia memperhatikan betapa erat ayahnya memeluknya di berbagai foto. Menggendongnya di bahunya di video yang lain, membisikkan sesuatu kepadanya dan tersenyum sangat manis.
Ibunya, Aleksis, adalah wanita yang sangat cantik dan keibuan. Vega seketika merasakan kedekatan batin yang sangat dalam kepada ibunya. Tanpa sadar ia meraba wajah Aleksis di tablet dan air matanya mengalir kembali.
Ia kini sadar mengapa ia sama sekali tidak merasakan apa pun kepada orang-orang yang ada di foto saat ia melihat 'orang tuanya' di Salzsee...
Itu karena mereka memang bukan orang tuanya!
Mereka tidak ada hubungan apa pun dengannya...
Lalu, siapa mereka sebenarnya?
Mengapa mereka punya foto-foto lama dengan Vega bersama mereka, sehingga Vega bisa percaya bahwa mereka adalah keluarganya?
Lalu.. bagaimana dengan 'kakek' dan 'neneknya'? Apakah mereka semua terlibat?
Siapa yang melibatkan mereka? Apa tujuan mereka melakukan itu semua kepada Vega?
Ada begitu banyak pertanyaan yang sangat mengganggu pikirannya.
Ia merasa terpukul saat menyadari bahwa ternyata kehidupannya selama ini adalah kebohongan...
Ren yang memperhatikan sikap Vega yang tampak begitu terpukul dan bercucuran air mata, merasakan dadanya seolah dihimpit oleh benda sangat berat.
Ia dapat merasakan betapa Vega merasa bingung, sedih, dan sakit hati. Kehidupannya selama hampir enam tahun terakhir bukanlah kehidupannya yang sebenarnya.
"Fee.. sayang..." Ren bicara dengan suara serak dan emosional. Ia mendekat ke tempat tidur dan duduk di samping Vega. "Kau sekarang bukan seorang gadis yatim piatu dari desa lagi. Apakah kau mengerti itu?"
Vega mengangkat wajahnya yang bersimbah air mata dan menatap Ren. Ia sama sekali tidak memikirkan tentang statusnya. Ia masih terpukul akibat informasi mengejutkan yang diterimanya.
"Aku... aku mengerti," kata Vega pelan.
"Kau adalah Vega Linden... putri dari keluarga Linden yang sangat berpengaruh," Ren menatap Vega dalam-dalam. "Kalau kau kembali kepada keluargamu... kehidupanmu akan berubah drastis."
Vega mengangguk. "Kurasa begitu. Bagaimana menurutmu?"
"Aku hanya ingin melihatmu bahagia..." kata Ren pelan. Ia memeluk pinggang Vega dari beakang dan membenamkan kepalanya di bahu gadis itu. "Tetapi, apakah menurutmu, keluargamu akan menerimaku sebagai suamimu?"
Vega menoleh ke belakang dan menatap Ren dengan kening berkerut. "Kenapa tidak?"
"Mungkin mereka menganggapku tidak pantas untukmu..."
Vega menggeleng-geleng. "Itu tidak mungkin. Kau adalah seorang pangeran dari Moravia. Kita juga sudah menikah selama 1,5 tahun dan kau menerimaku tanpa mempedulikan latar belakangku. Tidak mungkin keluargaku akan menganggapmu tidak pantas untukku..."
Di antara mereka berdua, hanya Ren yang tahu bahwa ia memang tidak pantas untuk Vega. Setelah semua perbuatan jahat yang ia lakukan untuk memisahkan Vega dari keluarganya... ia tahu bahwa ia tidak berhak untuk terus bersama istrinya.
Tetapi... bagaimana mungkin ia dapat pergi?
Vega akan curiga kepadanya kalau Ren memutuskan untuk pergi. Dan pelan-pelan, mereka akan mencari tahu lebih dalam apa yang terjadi sebenarnya.
Tetapi kalau ia tetap tinggal, bagaimana ia bisa punya muka untuk menatap Vega tanpa merasa bersalah?
Dan bagaimana ia dapat bertemu Alaric dan bersikap baik-baik saja kepadanya? Ren masih membenci pria itu dengan segenap jiwanya. Ia dapat berpura-pura, tetapi mau sampai berapa lama?
Rencana Karl dan Ren sebelumnya adalah masuk ke dalam klan Alchemist dengan menggunakan Vega. Ia akan membuat gadis itu jatuh cinta kepadanya dan menikah dengannya. Semuanya sudah mereka pertimbangkan baik-baik.
Kondisi Ren yang tidak tertarik untuk menjalin cinta dengan wanita mana pun, dianggap sebagai suatu keuntungan, karena Ren tidak akan jatuh cinta kepada korbannya. Ia akan dapat bersikap tenang dan logis setiap saat, hingga mereka mencapai semua tujuan mereka.
Tetapi, kenyataan tidak semudah di atas kertas. Walaupun Ren tidak mencintai Vega, ia merasakan kedekatan emosional terhadap istrinya, karena mereka punya anak bersama. Ia pun merasa posesif dan iri atas kedekatan Vega dan Mischa karena ia tahu, Vega menyukai Mischa saat ia masih remaja.
Saat itu, ia takut Vega akan kembali menyukai Mischa saat mereka bertemu lagi dan melupakannya. Dalam kondisi panik dan cemburu, ia pun membuat kesalahan pertama yang kemudian berlanjut pada kesalahan-kesalahan berikutnya.
Kini, ia bahkan menjadi terikat semakin dalam kepada Vega. Perasaan yang dimilikinya kepada gadis itu, menjadi sangat istimewa dan tidak lagi dapat diabaikan. Vega adalah ibu dari anak-anaknya.
Ren sadar, bahwa kini, dendamnya tidak lagi penting. Ia hanya ingin pergi dan melupakan semuanya.
Tetapi sekarang sudah terlambat.
"Keluargaku pasti akan menerimamu..." kata Vega dengan tegas. "Kalau mereka tidak mau menerimamu dan menganggapmu tidak pantas untukku... maka aku tidak akan kembali kepada mereka."
Ren sangat terharu mendengar pernyataan Vega.
"Benarkah...? Fee... Sayang.. benarkah kau lebih memilih aku daripada keluargamu?" tanya Ren dengan suara dipenuhi keharuan. "Aku telah begitu banyak membuatmu menangis.. Aku bukan suami yang baik. Aku bahkan tidak bisa melindungimu dan anak-anak kita.."
Air matanya kembali mengalir saat Ren mengingat nasib anak-anaknya yang tidak sempat dilahirkan ke dunia ini.
Vega juga merasakan dadanya dihimpit benda berat. Ia memeluk Ren dan menangis di bahunya tanpa suara.
"Aku memaafkanmu..." bisik Vega kemudian. "Apa pun yang telah terjadi di masa lalu... aku memaafkanmu, Ren. Sekarang, aku hanya ingin memulai semuanya bersamamu dari awal."
Setelah berminggu-minggu berkabung bersama, mereka berdua telah mulai dapat merelakan apa yang terjadi dan tadi sore, Vega bahkan telah menyatakan bersedia untuk berusaha bersama-sama mendapatkan anak kembali.
Ia tidak ingin hubungan mereka seolah melangkah mundur dengan terbukanya identitas Vega. Ia hanya ingin mereka tetap bersama dan melakukan apa yang sudah mereka rencanakan berdua.
Ren hanya bisa menahan rasa sesak di dadanya sendirian, saat ia mendengar bahwa Vega memaafkannya.
Ia tidak tahu apakah Vega akan benar-benar sanggup memaafkannya, jika ia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Ren harus mencari cara untuk mencegah jangan sampai Vega tahu...
Ia harus membunuh pamannya, dan Amelia... karena hanya dua orang itu yang mengetahui keterlibatannya dalam penculikan Vega.
Lalu, ia juga harus membunuh Sophia untuk menghilangkan jejak sama sekali.
Ia harus membunuh tiga orang itu, agar rahasianya akan aman seumur hidupnya.