Keputusan Vega (3)
Keputusan Vega (3)
"Ahh... Vega, kuharap kau akan mengambil keputusan yang terbaik," gumam Mischa pelan.
"Kak Mischa...."
Sontak pria tampan itu membuka matanya saat ia mendengar suara serak Vega di dekatnya. Ia segera menoleh dan menemukan gadis itu berdiri di depannya, sedang menatapnya dengan mata cekung dan ekspresi dipenuhi kesedihan.
"Vega...? Ada apa?" tanya Mischa. Ia segera mengulurkan tangannya dan memegang lengan Vega. Hatinya terasa pedih melihat ekspresi kesedihan di wajah gadis itu.
Rasanya, ingin sekali Mischa memeluknya dan mengusap air matanya, tetapi ia takut dianggap bersikap tidak pantas kepada wanita yang sudah menjadi istri orang. Karenanya ia terpaksa menahan diri.
"Kak Mischa..." kata Vega lagi. Suarany terdengar serak dan dipenuhi kesedihan. Ia memegang tangan Mischa dan kemudian duduk di samping pemuda itu. Wajah keduanya saling bertatapan dari jarak yang begitu dekat. "Aku minta maaf, kau kehilangan kekasihmu karena aku... Mereka membunuhnya dengan kejam... karena aku..."
Sejak pertama kali ia mengetahui bahwa kekasih Mischa dibunuh oleh orang-orang yang menculiknya, Vega telah menyimpan rasa bersalah yang begitu dalam kepada kakak angkatnya ini.
Saat menghabiskan banyak waktu bersama Mischa, ia telah dapat melihat betapa Mischa sangat mencintai Lisa, dan bahkan selama bertahun-tahun, ia tidak juga mencari pengganti wanita itu. Di dalam hatinya, hanya ada Lisa dan posisi sang kekasih tidak tergantikan di dalam hidupnya.
Vega ingat bahwa Lisa yang mengajari Mischa memasak, dan Lisa juga yang membuat hidup Mischa berubah. Kini, rasa bersalah itu semakin menjadi-jadi ketika Vega menyadari bahwa orang yang bertanggung jawab atas kematian Lisa adalah Ren, suaminya sendiri.
Sebagai istri Ren, Vega merasa ikut bertanggung jawab, dan ia merasa sangat bersalah atas penderitaan yang telah dialami Mischa selama ini.
Mischa segera mengerti apa yang dipikirkan Vega. Ia menggeleng berkali-kali dan meremas tangan Vega yang ada dalam genggamannya. "Vega... kau tidak boleh berkata begitu. Kau sama sekali tidak bersalah. Jangan menyalahkan dirimu. Kau juga adalah korban."
"Tapi.. kalau bukan karena aku.. mereka tidak akan membunuhnya dan menyiksamu.." tangis Vega lagi. "Seharusnya sekarang Kak Mischa sudah bahagia."
Mischa mengigit bibir saat mendengar kata-kata Vega. Sesungguhnya hal itu tidak benar. Sebelum Lisa terbunuh, ia dan Mischa sudah bukan pasangan kekasih. Lisa yang memutuskan hubungan karena ia tidak ingin menikah dengan laki-laki yang memiliki masa lalu kelam.
Walaupun ia sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengubah pikiran Lisa agar mau menerimanya kembali, Mischa tetap saja tidak dapat membuat Lisa kembali kepadanya.
Hubungan mereka sudah berakhir, dan Mischa sudah mengalami patah hati. Sebenarnya, kalau Lisa tidak meninggal, mungkin ia sudah akan hidup bahagia dengan laki-laki lain, dan bukan Mischa.
"Kau salah, Vega... Lisa dan aku sudah bukan pasangan kekasih saat ia meninggal. Para penjahat itu hanya menangkapnya untuk menjebakku dan mengalihkan perhatianku darimu. Lisa tidak mau menerimaku karena masa laluku yang kelam dan apa pun yang kulakukan untuk membujuknya untuk kembali kepadaku tidak ada yang berhasil..."
Akhirnya Mischa memberi tahu Vega yang sebenarnya. Ia tidak ingin gadis itu terus memendam rasa bersalah. Satu, kematian Lisa bukanlah kesalahannya, melainkan kesalahan Ren dan Karl. Dua, kalaupun sekarang Lisa masih hidup, ia tetap tidak akan menikah dengan Mischa.
Vega tertegun mendengar kata-kata Mischa. Ia sama sekali tidak mengetahui informasi ini. Tadinya ia mengira hubungan Mischa dan Lisa sangat baik dan mereka akan segera menikah sebelum peristiwa pembunuhan itu terjadi.
Ternyata...
Ia menatap Mischa dengan sepasang mata membulat dan tangannya menekap bibir. Ia sama sekali tidak mengira hal ini.
"Be.. benarkah hal itu?" tanya Vega dengan suara hampir tidak kedengaran.
Mischa mengangguk mantap. "Benar. Jadi, jangan memikirkan itu terus-terusan. Sebaiknya sekarang pikirkan dirimu sendiri. Aku baik-baik saja."
Kedua pasang mata mereka bertemu. Ini adalah saat pertama kalinya Vega kembali duduk berdua saja dengan Mischa dan bicara dengannya dari hati ke hati, setelah ia pulang kembali kepada keluarganya.
Dulu, sewaktu ia masih bekerja sebagai asisten pribadi pria ini, mereka sering duduk bersama di kantor dan di penthouse dan membicarakan apa saja. Vega selalu sangat mengagumi bosnya dan berterima kasih karena Mischa sangat baik kepadanya.
Ahh.. ia teringat berbagai video Tatiana yang dulu ia lihat saat ia dan teman-temannya berada di Bordeaux dan menggoda Mischa. Ia ingat bahwa Altair mengatakan dulu ia sangat menyukai Mischa.
Kini, Vega dapat membayangkan bagaimana perasaannya kepada pria ini dulu. Memang rasanya memalukan saat ia melihat kembali video-video itu, tetapi ia mengerti kenapa dirinya yang dulu menyukai Mischa. Pria ini memang sangat baik dan menyenangkan.
Seandainya ia tidak pernah diculik dan dijebak untuk jatuh cinta dan menikah dengan penculiknya, mungkin sekarang Vega sudah bersama Mischa.
Sayangnya, ia tidak akan pernah tahu.
Enam tahun telah berlalu dan kehidupan semua orang telah berubah.
"Aku senang kau sudah pulang," kata Mischa sambil tersenyum, berusaha menahan air mata yang menggenang di matanya. "Sekarang, kau harus hidup dengan baik. Pikirkan apa yang ingin kau lakukan ke depan. Tidak usah memikirkan perasaan orang lain. Yang paling penting adalah dirimu."
Vega tertunduk.
"Ayah memintaku mengambil keputusan untuk menentukan apa yang harus kami lakukan kepada suamiku..." kata Vega. "Aku mengurung diriku di kamar untuk berpikir, tetapi semakin aku berpikir, semakin aku merasa resah dan sedih. Karena itulah aku keluar lewat teras kamarku untuk mencari udara segar. Ternyata aku menemukanmu di sini..."
"Hmm..." Mischa mengangguk. "Kurasa kita berdua butuh udara segar."
"Kalau Kak Mischa menjadi aku... apa yang akan kau lakukan?" tanya Vega tiba-tiba, membuat Mischa tertegun.
Ia sama sekali tidak mengira gadis itu akan meminta pendapatnya.
"Kenapa kau bertanya kepadaku?" tanya Mischa.
"Karena Kak Mischa juga menjadi korban... dan karena Kak Mischa juga punya masa lalu kelam," jawab Vega. "Ren meminta kesempatan kedua. Ia mengatakan bahwa ayahku juga sangat jahat di masa lalu, dan ia berubah karena memperoleh kesempatan kedua. Ren mengatakan bahwa mulai sekarang, ia akan menebus dosa dan mengabdikan hidupnya untuk membahagiakanku..."
Mischa menelan ludah saat mendengar kata-kata Vega.
"Kak Mischa... kalau saat itu Lisa memberimu kesempatan kedua dan menerimamu... bagaimana perasaanmu?" tanya Vega dengan sungguh-sungguh.
Mischa memejamkan matanya dan menahan napas saat pertanyaan sulit itu diajukan.
Vega benar.
Mischa memang memiliki masa lalu kelam, dan dulu, ia sangat berharap Lisa akan mengerti dari mana ia berasal, mau mengerti bahwa kehidupannya yang kelam sebagai pembunuh bayaran bukanlah kehidupan yang ia inginkan, dan bahwa Mischa pantas diberikan kesempatan kedua.
Sekarang, Ren berada di posisi yang sama seperti dirinya dulu. Kini, Ren juga memohon agar Vega memberinya kesempatan kedua, sama seperti ia memohon kepada Lisa agar mau menerimanya kembali...
Apakah Ren tidak boleh mendapatkan kesempatan kedua untuk menebus dosanya kepada Vega dan membahagiakannya seumur hidup?