The Alchemists: Cinta Abadi

Pertemuan Dengan Ren (3)



Pertemuan Dengan Ren (3)

2Pukul 10 tepat, ruangan auditorium itu ditutup dan semua orang yang masih berdiri ataupun mencari kursi, buru-buru segera mencari tempat duduk. Acara akan segera dimulai.     

"Selamat datang di Pameran Tahunan RMI, Rhionen-Meier Industries." Seorang laki-laki muda berpakaian rapi datang ke atas panggung dan menyapa semua hadirin.     

Setelah memberikan sambutan kepada orang-orang yang datang dan membacakan daftar acara, sang MC-pun mengundang Mischa untuk naik ke atas panggung dan menyampaikan sambutan pembuka.     

Orang-orang yang hadir jelas terlihat kaget karena ternyata orang yang akan membuka pameran di Paris ini masih sangat muda. Vega dapat mendengar bisik-bisik para tamu wanita yang dengan penuh semangat menggosipkan bos muda dan tampan dari RMI Pusat.     

Mischa menatap Vega sambil tersenyum, sebelum kemudian melayangkan pandangannya kepada hadirin. Dengan fasih dan tanpa teks, ia menyapa para tamu undangan.     

Suaranya yang dalam terdengar lembut di telinga dan nadanya yang hangat membuat orang-orang memperhatikannya sepenuh hati. Baru kali ini Vega melihat Mischa berada di lokasi kerja dan ia merasa bahwa Mischa selalu terlihat sama, baik di setting personal maupun professional.     

Ia tetap hangat dan mudah didekati. Kata-katanya lancar dan jelas. Ia bahkan sempat melontarkan gurauan yang membuat para tamu tertawa. Pesonanya begitu luar biasa, memikat semua kaum hawa yang ada di auditorium tersebut.     

Di sepanjang sambutannya, Vega menatap Mischa dengan wajah tersenyum tipis. Ahh... walaupun mereka sudah lama tidak bertemu, Vega masih menyimpan kenangan tentang Mischa yang seperti ini.     

Di matanya dan di dalam kenangannya, Mischa adalah lelaki dewasa yang mengesankan, sangat tampan, hangat, dan baik hati.     

Diam-diam ia merenungkan sikap Mischa kepadanya selama dua hari terakhir ini. Dari tindak-tanduknya, dan bahkan ucapannya, terlihat bahwa Mischa menyukai Vega dan ingin mendekatinya.     

Vega sendiri sama sekali tidak keberatan jika Mischa menginginkannya dan berusaha mendekatinya. Sebagai gadis yang masih sendiri, tentu diperhatikan oleh seorang pria dewasa yang tampan dan mapan seperti Mischa membuat hatinya cukup tersanjung.     

Ia mungkin hanya perlu menyelidiki hatinya, untuk dapat menentukan apakah ia menyimpan perasaan yang sama terhadap Mischa, atau tidak. Bagaimanapun sudah tujuh tahun berlalu sejak ia menyukai Mischa dulu.     

Ia mengerti bahwa tujuh tahun yang lalu Mischa sama sekali tidak memperhatikannya dengan konteks itu, karena menganggapnya masih remaja.     

Sekarang, karena Vega sudah dewasa, mungkin perasaan Mischa pun berubah. Karena itulah ia sekarang memutuskan untuk mengejar Vega.     

Apa katanya kemarin? Ia hanya ingin menikah dan menetap dengan istrinya di suatu tempat yang indah di pegunungan Swiss dan hidup tenang?     

Entah kenapa Vega merasakan pipinya memanas saat memikirkan momen tersebut, ketika ia dan Mischa bercakap-cakap tentang masa depan.     

Saat ini ia telah berumur 23 tahun. Sudah cukup dewasa untuk seorang wanita. Namun, tentu saja ia masih perlu mengalami lebih banyak hal dan mencari pengalaman hidup. Ia tidak tahu apakah ia akan dapat cocok dengan Mischa yang jauh lebih tua.     

"Astaga.. aku ini berpikir apa, sih? Ayah dan ibuku berbeda usia 94 tahun dan mereka baik-baik saja. Kakek dan nenek berbeda usia 400 tahun dan mereka juga baik-baik saja," gumam gadis itu kepada dirinya sendiri.     

"Siapa yang baik-baik saja?"     

Suara Mischa dari sampingnya yang tiba-tiba itu membuat Vega kaget sekali, ia hampir terlonjak dari kursinya.     

Gadis itu memegang dadanya dan mengomeli Mischa.     

"Astaga.. jangan mengagetkanku..." kata gadis itu sambil mengerucutkan bibirnya.     

"Aku tidak bermaksud mengagetkanmu," kata Mischa. "Sambutannya sudah selesai. Tadi aku pikir kau memperhatikanku bicara, ternyata malah melamun begini, sampai tidak sadar kalau aku sudah turun dari panggung dan berdiri di sampingmu."     

Pria itu tampak pura-pura sedih karena Vega tidak memperhatikannya dan membuat Vega segera merasa bersalah.     

"Ahh.. aduh, maafkan aku. Tadi aku memperhatikan kok, tapi hanya setengah. Sesudah itu aku memang melamun," gadis itu mengaku sambil menunduk malu-malu.     

"Ahahhaa.. tidak apa-apa, kok. AKu tadi hanya bercanda," kata pria itu santai sambil duduk di samping Vega. "Kau sedang melamunkan apa? Tadi aku mendengar tentang ayah dan ibumu serta kakek dan nenekmu yang berbeda usia jauh, tetapi mereka baik-baik saja..."     

Vega menelan ludah saat mendengar pertanyaan Mischa.     

Astaga... ! Tidak mungkin Vega akan mengaku bahwa tadi ia sedang memikirkan perbedaan usia yang jauh antara dirinya dan Mischa.     

Gadis itu buru-buru menggeleng dan mengalihkan pembicaraan. "Sesudah ini kita kemana? Apakah kau harus di sini terus sampai acara pembukannya selesai?"     

Mischa menggeleng. "Tidak. Setelah ini mereka akan memperkenalkan setiap perusahaan di bawah RMI yang akan ikut pameran, sehingga mereka dapat menunjukkan kelebihan dan keunikannya kepada para mitra, klien, dan jurnalis. Kalau kau mau tetap tinggal di sini untuk menyaksikan semuanya, aku akan tinggal."     

"Ahh.. tidak usah," kata Vega sambil tertawa. "Sepertinya aku sudah cukup tahu tentang RMI dan para anak perusahaannya, sehingga tidak perlu mendengar lagi semuanya diperkenalkan."     

"Baiklah. Kalau begitu kita keluar sekarang dan berjalan-jalan. Bagaimana pendapatmu?" tanya Mischa.     

"Aku suka sekali," kata Vega.     

"Baiklah. Aku bisa mengajakmu mengunjungi semua aula tempat pameran. Langsung melihat isinya lebih menarik daripada mendengarkan pidato demi pidato lainnya."     

Mischa mengulurkan tangannya untuk membantu Vega berdiri, dan kemudian keduanya berjalan keluar sambil bergandengan tangan.     

"Kau baru pertama datang ke pameran RMI, kan?" tanya Mischa saat keduanya berjalan bergandengan keluar dari auditorium dan memasuki berbagai aula kecil-kecil tempat setiap anak perusahaan memamerkan produk dan layanan unggulan mereka.     

Vega mengangguk. "Aku sering mendengarnya dari ayah dan membaca beritanya. Tapi ini baru pertama untukku."     

"Ahh.. sebenarnya pameran ini cukup menyenangkan kok. Kita bisa mendapatkan umpan balik langsung dari para pengguna yang mencoba berbagai produk dan jasa yang belum kita luncurkan ke pasaran. Dari situ, nanti masing-masing perusahaan bisa menggunakannya untuk memperbaiki produk sebelum diluncurkan ke publik," kata Mischa menjelaskan.     

"Ahh.. aku mengerti kenapa pameran ini sangat penting," kata Vega. Saat berjalan menuju ke sayap barat gedung expo, ia melihat kerumunan di depan sebuah ruangan. Gadis itu menoleh kepada Mischa dan bertanya. "Kenapa SpaceLab ikut pameran di sini? Bukankah itu bukan anak perusahaan RMI?"     

"Memang bukan. Tetapi mereka banyak menggunakan produk kita untuk inisiatif luar angkasa mereka, khususnya di bidang robotik dan AI. Tahun ini RMI memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengambil satu aula dan menggunakannya sebagai wadah untuk memamerkan proyek-proyek terbaru mereka, yang memanfaatkan teknologi kita," kata Mischa. "Itulah sebabnya temanmu, Tatiana hari ini bisa mewawancarai Renald Hanenberg."     

"Ahh.. masuk akal," kata Vega sambil mengangguk paham. Ia lalu menarik tangan Mischa. "Ayo ke sana, aku ingin tahu seperti apa pameran mereka."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.