The Alchemists: Cinta Abadi

Aku Ingin Memiliki Anak



Aku Ingin Memiliki Anak

3Setelah matahari terbenam usai, mereka lalu memutuskan untuk meninggalkan pantai dan makan malam. Tidak jauh dari resor terdapat beberapa restoran tepi pantai, yang menawarkan banyak jenis hidangan yang berbeda.     

Vega sedang ingin makan makanan Italia jadi, mereka menuju ke restoran Italia terbaik yang mereka lihat di depan mereka. Ini adalah restoran Michelin bintang-1 yang indah dengan gaya Mediterania.     

Mereka menikmati makan malam yang menyenangkan dengan red wine, kerang, steak, salad, pasta, panna cotta untuk pencuci mulut, dan limoncello. Makan malam mereka saat itu cukup berlimpah, dan mereka sangat menikmatinya.     

Semua hidangan dimasak dengan sempurna oleh koki Italia yang meluangkan waktu untuk keluar dan menyambut tamunya pada sesi makan malam itu.     

Setiap orang bersenang-senang saat makan malam. Suasananya sangat menyenangkan. Rasanya sungguh sempurna.     

"Setelah dari Prancis, kita akan bersenang-senang di Italia," kata Mischa. "Aku suka mengunjungi kota-kota kecil di Tuscany. Bagaimana menurutmu?"     

Vega mengangguk. "Kedengarannya bagus! Selagi kita di sana, kita juga bisa mengunjungi kastil kakekku. Aku sudah lama tidak bertemu Kakek Lauriel."     

"Aku akan sangat senang berkunjung ke sana," jawab Mischa.     

Pemuda itu ingat Lauriel sangat mirip dengan Alaric, anak lelakinya. Kedua pria itu memiliki kepribadian dingin, tertutup, dan mereka sama-sama tangguh. Mereka juga terbiasa hidup dengan kekerasan ketika mereka masih muda.     

Bertemu Lauriel bersama Vega sebagai kekasihnya berarti bertemu dengan salah satu orang penting di keluarga besarnya. Ini akan menjadi kesempatan yang baik bagi Mischa untuk menunjukkan rasa hormatnya kepada Lauriel.     

Sekalian pada saat yang sama, ia akan dapat meminta restu Lauriel untuk menikahi Vega, sebelum ia bertemu ayah gadis itu di New York.     

Baiklah. Ia merasa akan dapat melakukannya. Bukankah Mischa sudah mengenal Lauriel sejak lama? Ia yakin tidak akan sulit mendapatkan restu dari Lauriel.      

"Tapi aku tidak ingin kita tinggal di kastil Medici selama kita berada di Tuscany," tambah Vega dengan cepat. "Sebaiknya kita menjelajahi banyak tempat di provinsi itu dan menginap di banyak kota kecil yang berbeda sebelum kita mengakhiri perjalanan dengan mengunjungi kakek."     

"Aku suka itu," kata Mischa.     

Ahh .. Vega sangat memahaminya. Memang rasanya lebih baik menghabiskan lebih banyak waktu bersama, hanya berdua, sebelum mengunjungi Lauriel. Mereka membutuhkan waktu untuk semakin mendekatkan diri.     

Kedengarannya seperti rencana yang bagus. Mereka akan menjelajahi bagian selatan Prancis sebelum melanjutkan perjalanan ke Italia. Dari Italia, mereka akan pergi ke Swiss, menjelajahi negara kecil itu dari ujung ke ujung, dan kemudian mengunjungi mansion kakek neneknya dari pihak ibu yang berada di Grindelwald.     

Mungkin, mereka akan tinggal lebih lama di Swiss untuk menikmati musim panas yang indah di pegunungan Alpen. Itu adalah salah satu tempat favoritnya di dunia.     

Mischa sudah memberi tahu Vega bahwa setelah pensiun dia berencana pindah ke Swiss dan tinggal di gunung. Itu ... jika Vega menginginkannya.     

Mereka juga dapat melanjutkan perjalanan untuk waktu yang tidak ditentukan, dan menjadikan Swiss sebagai tempat untuk pulang. Dan setelah beberapa lama, mungkin mereka bisa menetap dan membangun keluarga, membesarkan satu atau dua anak. Pasti rasanya akan sangat indah.     

Ahh .. pemikiran itu membuat Mischa tercenung. Apakah Vega tertarik untuk memiliki anak? Mereka belum membicarakan hal ini. Mischa berpikir bahwa di usianya sekarang, ia akhirnya siap untuk memiliki anak. Tapi, dia tidak tahu tentang Vega.     

Mischa tahu kalau Vega dulu pernah hamil dan dia kehilangan bayinya yang belum lahir saat terjadi insiden mengerikan ketika Amelia menembaknya, tetapi Vega saat ini tidak mengingatnya, dan memang lebih baik begitu.     

Jika Vega sampai mengingat kejadian yang menghancurkan hati itu, ia pasti akan sangat terluka.     

Mischa bersumpah bahwa ia akan selamanya melindungi Vega dari kenangan yang menyakitkan itu. Mereka akan membuat kenangan baru dan mengisi hidup Vega hanya dengan hal-hal baik saja mulai sekarang.     

"Aku ingin sekali punya anak di masa depan," tiba-tiba Mischa berbicara setelah dia menghabiskan minuman limoncello-nya.     

Kata-kata yang keluar dari mulutnya benar-benar tidak terduga dan, untuk beberapa detik, Vega menjadi tertegun. Ia hanya bisa mengerjap-kerjapkan bulu matanya dan mulutnya terbuka sedikit karena kaget.     

Ia lalu menatap Mischa dengan ekspresi geli. Apa yang membuat Mischa tiba-tiba berbicara tentang anak-anak? Apakah ia sudah mulai merasa tua dan ingin buru-buru memiliki anak?     

Yah, memang saat ini usia Mischa sudah hampir 50 tahun ini. Namun, ia adalah seorang Alchemist, jadi umurnya tentu tidak akan menjadi masalah karena ia akan muda selamanya.     

Orang-orang seperti mereka tidak perlu khawatir akan menjadi ayah atau ibu yang terlalu tua, atau kuatir bahwa mereka akan menjadi terlalu lelah untuk merawat anak-anak kecil saat mereka menua.     

Mischa akan selalu menjadi pria muda dan kuat seperti dirinya sekarang. Jadi, tentunya tidak masalah kalau ia menunda memiliki anak sampai bertahun-tahun.      

Jadi ... kenapa dia tiba-tiba bicara tentang memiliki anak?     

Setelah ia dapat mengatasi keterkejutannya, Vega lalu tersenyum dan mengangguk malu-malu.     

"Aku juga ingin punya anak," katanya dengan suara pelan yang nyaris tak terdengar.     

Ahh .. gadis itu merasa sangat senang karena Mischa mendiskusikan tentang anak-anak dengannya, meskipun ia tidak menyangka percakapan itu akan terjadi secepat ini.     

Kalau saja mereka tidak sedang berada di tempat umum, rasanya Vega akan menghambur ke arah Mischa dan mencium bibirnya.     

Uff ... mereka sekarang masih berada di restoran Italia, dan tempat ini penuh dengan tamu. Begitu banyak orang akan melihat mereka dan mungkin menertawakan sikap Vega karena terlalu agresif.     

"Ah .. syukurlah kalau kau juga menginginkan anak," Mischa tertawa kecil. "Yah ... Aku hanya berpikir kita perlu saling membuka diri sebelum kita melangkah lebih jauh dalam hubungan kita. Aku ingin kau mengetahui segalanya tentang diriku sehingga kau tidak akan merasa terkejut atau kecewa ketika kau mengetahui bahwa aku tidak seperti yang kau pikirkan, misalnya. "     

Vega mengangguk setuju.     

"Ya, menurutku sangat penting bagi kita untuk saling terbuka. Namun, sejujurnya, aku sebenarnya terkejut mendengar kau tiba-tiba saja membicarakan anak-anak." Vega dengan cepat menambahkan, "Tapi terkejutnya karena senang kok... bukan terkejut karena aku tidak suka membahasnya..."     

"Ahh ... begitu." Mischa mengangguk sambil tersenyum simpul.     

"Tapi, aku penasaran. Apa yang membuatmu tiba-tiba memutuskan untuk membicarakan tentang anak?" Vega bertanya pada Mischa. Ia benar-benar ingin tahu.     

"Hmm, sebenarnya..." Mischa berdeham saat menjawab pertanyaan Vega. "Aku ingin tahu apakah aku harus memakai pengaman saat kita—"     

Pemuda tampan itu tidak melanjutkan kata-katanya. Wajah Vega seketika memerah, seperti kepiting rebus. Ekspresinya terlihat sangat menggemaskan sehingga rasanya Mischa ingin mencubit hidungnya dan menciumnya saat itu juga.     

Tiba-tiba Vega merasakan dadanya berdebar kencang dan ia tidak dapat menahan agar wajahnya tetap terlihat acuh tak acuh. Senyum lebar sudah menghias wajahnya orang bodoh.     

Astaga ... Mischa sangat terus terang, pikirnya.     

Vega sangat menyukai keterusterangan Mischa!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.