Berpamitan
Berpamitan
"Professor Tillman akan menyalahkan Papa kalau kalian tidak mengirimkan essay yang dimintanya," kata pemuda itu sambil menepuk bahu Altair dan Vega bergantian.
"Mereka menulis ESSAY???" tanya Marie keheranan. "Mereka ini baru sepuluh tahun."
"Uhm.. mereka bukan anak biasa," kata Nicolae menjelaskan. "Mereka tidak pergi ke sekolah seperti anak-anak lainnya, jadi mereka harus bisa belajar mandiri dengan guru pribadi. Lagipula essay-nya tidak sulit. Mereka menyukai bahan pelajarannya. Benar kan?"
Ia menanyakan kepada Altair dan Vega bergantian dan kedua anak itu mengangguk dengan enggan.
"Iya sih..." Vega mendesah. Ia memang menyukai pelajaran tentang botani.
"Kalian tidak mau kan nanti ibu kalian menganggap Papa tidak mengurus kalian dengan baik?" tanya Nicolae lagi.
Pria itu selalu sangat berhati-hati memastikan bahwa dalam waktu setahun yang dimilikinya bersama Altair dan Vega, pendidikan dan kesejahteraan kedua anak itu tetap terjaga dengan baik. Ia tak mau keduanya mengalami kekurangan walau hanya sedikit.
"Tentu saja tidak," kata Altair mengangguk membenarkan. Ia seketika ingat bahwa besok kemungkinan ia harus benar-benar berpisah dengan Papa Nic, dan hal itu membuat hatinya merasa sedih.
Akhirnya mereka bangkit dan memohon diri kepada Marie untuk pulang ke apartemen.
"Terima kasih atas makan siangnya. Kami sangat senang bisa mengobrol denganmu," kata Nicolae sebelum mereka meninggalkan restoran. "Apakah kau akan baik-baik saja?"
Marie menatapnya agak lama, kemudian tertunduk dan mengangguk.
"Yah.. aku akan baik-baik saja..." Ia berbohong dan kemudian mengangkat wajahnya yang tersenyum, seolah ia adalah wanita paling bahagia di dunia. "Kalian selamat jalan ya... Jangan lupa memberi kabar kalau kalian kembali ke Singapura. Toko bungaku ada di seberang jalan sana."
Ia menunjuk ke ujung jalan di seberang taman lalu melambai kepada mereka.
"Selamat tinggal Tante Marie."
Marie hanya berdiri di tempatnya, mengamati kepergian Nicolae dan kedua anaknya. Sebenarnya, Marie merasa sedih karena Nicolae sama sekali tidak bersikap berbeda kepadanya seperti hari-hari sebelumnya. Tadinya ia mengira, setelah mereka bercinta cukup lama tadi pagi, sesuatu telah mulai terjalin di antara mereka.
Tadinya, ia berharap saat kembali bertemu Nicolae, pemuda itu akan tampak sedikit salah tingkah, seperti dirinya, atau malah bersikap mesra kepadanya karena bagaimanapun tadi subuh mereka berlaku seolah saling mencintai, bahkan hingga melakukan hubungan suami istri.
Marie tersenyum getir saat hatinya bicara jujur, bahwa sebenarnya ia telah jatuh cinta kepada pemuda itu dan sekarang berharap pernikahan pura-pura mereka bisa berubah menjadi nyata.
Ahh.. betapa dirinya sungguh naif.
Orang bilang laki-laki bisa berhubungan seksual dengan seorang wanita tanpa rasa cinta, sementara wanita akan melakukannya justru karena cinta. Sekarang Marie merasakan sendiri kebenaran ucapan itu. Ia sadar, cintanya bertepuk sebelah tangan...
***
Hari itu sangat cerah dan suasana di apartemen Nicolae terasa cukup sibuk. Sedari pagi mereka telah mengemas barang-barang mereka untuk terakhir kalinya
"Semuanya sudah beres?" tanya Nicolae untuk yang ketiga kalinya. Altair dan Vega mengangguk. Masing-masing membawa sebuah koper kecil di tangan mereka sementara penampilan mereka sendiri terlihat rapi serta siap untuk bepergian.
Pesawat mereka ke Roma akan berangkat pukul 2 sore dan sejak pukul 12 siang mereka sudah siap meninggalkan rumah. Troy dan Willman, kedua pengawal pribadi yang disiapkan Alaric untuk kedua anaknya telah menunggu mereka di parkiran gedung untuk mengantar mereka ke bandara.
Nicolae sempat berdiri ragu-ragu di samping mobil sebelum akhirnya ia masuk dan menyuruh Willman untuk melajukan kendaraannya.
"Ada apa, Pa? Apakah Papa melupakan sesuatu?" tanya Altair keheranan melihat Nicolae termangu-mangu. Ia berharap ayahnya sudah janjian dengan Tante Marie dan sekarang sedang menunggu gadis itu untuk mengucapkan selamat jalan kepada mereka, karena toh mereka tinggal satu gedung.
Nicolae menggeleng. Ia lalu masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya tanpa berkata apa-apa.
Ia tadinya sempat berpikir untuk berpamitan kepada Marie, tetapi ia mengurungkan niatnya. Ia tidak mau memberi harapan palsu kepada gadis itu dengan bersikap manis.
Ia sudah menjelaskan dari awal, sebelum Marie membawanya bertemu Nyonya Lu, bahwa Nicolae hanya berniat membantunya, dan mereka tidak boleh berhubungan lebih lanjut setelah bantuan itu selesai.
Di dalam mobil, batinnya kembali berperang. Satu bagian hatinya ingin mengucapkan selamat tinggal, dan mengatakan sesuatu.. karena bagaimanapun hubungan mereka, walau singkat, sudah berubah menjadi rumit ketika keduanya memutuskan untuk tidur bersama kemarin.
Nicolae merasa bersalah kalau pergi begitu saja.
Tetapi satu bagian lagi dari hatinya bersikeras mengatakan bahwa ia justru harus menghindari Marie agar tidak membuat gadis itu bingung dan merasa ia memberinya harapan.
Nicolae mulai pelan-pelan dapat memulihkan hatinya, tetapi ia belum bisa jatuh cinta kepada siapa pun saat ini. Ia sadar bahwa ia hanya akan menjadikan mereka pelarian cinta atau pelampiasan nafsu seksual, dan keduanya sangatlah tidak pantas untuk diterima oleh seorang gadis sebaik Marie.
***
Sementara itu di Darknet, Goose mulai menerima beberapa tawaran pekerjaan lagi setelah menutup diri selama sebulan terakhir. Sekarang ia menjadi sangat pemilih karena tidak lagi sangat membutuhkan uang untuk membayar biaya rumah sakit ibunya.
Berbagai tugas yang menurutnya terlalu kotor atau menyakiti orang yang lemah kini ditolaknya mentah-mentah. Banyak klien yang dulu memintanya melakukan pekerjaan kotor mereka mulai protes dan marah-marah, tetapi Goose tidak bergeming. Ia tidak peduli kepada mereka.
Tak seorang pun bisa memerintah Goose apa yang harus ia kerjakan dan bagaimana ia harus bekerja. Setelah mengonfirmasi satu tugas yang ia sukai, Goose segera keluar dari Darknet dan menghapus jejaknya.
Pikirannya melayang kepada pemuda yang selalu memenuhi kepalanya sejak kemarin. Ia berkali-kali melihat ponselnya untuk melihat apakah Nicolae mengiriminya pesan untuk berpamitan sebelum berangkat ke Italia. Dengan sedih Marie harus menelan kekecewaannya.
Ah.. ternyata ia terlalu besar kepala, mengira dirinya punya arti bagi pria itu hanya karena mereka tidur bersama, pikirnya sedih.
Ia melihat cincin kawin di tangan kanannya dan mendesah. Hmm, ia tidak boleh lupa mengurusi pembatalan pernikahan mereka seperti yang diminta Nicolae.
Marie baru saja berdiri hendak menutup toko bunganya dan pergi ke kantor catatan sipil ketika ponselnya bergetar dan ia melihat ada SMS masuk.
[Aku dan anak-anak berangkat ke Italia sebentar lagi. Aku tidak tahu kapan aku akan kembali ke Singapura. Jaga dirimu baik-baik, ya. Kau, Marie, adalah seorang wanita yang sangat mengagumkan dan kuharap kau akan menemukan kebahagiaanmu. Selamat tinggal.]
Marie membaca lima kalimat itu dengan dada yang tiba-tiba terasa sangat bahagia. Ia tidak tahu mengapa, hatinya begitu berbunga-bunga dan ringan, sehingga ia merasa seolah tumbuh sayap dan dapat terbang.
Inikah rasanya jatuh cinta?