aku, kamu, and sex

Pelabuhan Terakhir 1



Pelabuhan Terakhir 1

1Selena menatap laki-laki yang ada disampingnya, berusaha sangat matang, namun sayangnya wajah tampan dan berkharismanya mampu membuatnya luluh, hanya dengan memandang matanya saja sudah mampu membuatnya tak bisa tidur semalaman.     

Terasa sungguh terasa bila berjumpa lalu bertutur sapa dengan laki-laki itu membuat ia lupa akan dunianya, segalanya teralihkan hanya pada satu sosok yang kini mengisi relung hatinya, walau tak mudah jalan bagi mereka untuk mendapat cinta itu, namun akhirnya keduanya merasakan indahnya jatuh cinta lagi.     

Tuan Handoko yang lebih dari dua puluh tahiun menduda, kini membuka hatinya untuk seorang perempuan yang seumuran dengan anak keduanya. Sedangkan Selena yang tak pernah membuka hatinya pada seseorang kini tanpa diminta cinta itu masuk mendobrak pintu yang selama ini ia kunci rapat.     

Selena yang notabene anak yang kurang kasih sayang dari orang tuanya, kini merasakan kasih sayang dari seorang Handoko Permana, seorang duda yang berusia dua kali lipat dari usianya saat ini. Kekosongan dua hati kini saling mengisi, hilangnya kasih sayang dan cinta dari orang-orang yang mereka cintai membuat jalinan mereka begitu erat bertaut.     

Tuan Handoko yang sangat dewasa bertemu dengan Selena yang manja dan selalu bersikap frontal. Tuan Handoko yang lebih kalem bertemu dengan Selena yang energik dengan segala kepandaiannya.     

Tuan Handoko yang sibuk dengan aktifitas bekerja dan bekerja bertemu dengan Selena yang lebih menyukai dunia sosial dan bertemu banyak orang.     

Seperti halnya kopi yang dipadukan dengan krimmer, membuat rasa minuman itu menjadi pas, itulah Selena dan Tuan Handoko yang saling menyempurnakan satu sama lain.     

Cinta memang aneh, tapi cinta selalu tahu kemana arah jalan pulang. Jodoh memang aneh tapi jodoh tak pernah salah, sejauh apapun melangkah cinta akan tetap berdiri menanti hingga akhirnya bertemu dalam situasi yang tepat dan waktu yang tepat.     

Hari ini hari yang dinantikan oleh Selena, dimana impiannya sejak kecil ingin dipinang dan menikah dengan orang yang ia cintai, menikah di ladang gandum milik ibunya yang dulu tempat ia jadikan lahan bermain bersama anak-anak pekerja di ladang gandum tersebut.     

Menanti detik demi detik bahagianya, Selena tak henti-hentinya tersenyum tak pernah terbayangkan dia akan menemukan sosok dalam impiannya, menikah dengan pria tampan dan berkarisma. Sosok itu siapa lagi kalau bukan Tuan Handoko pria yang sebentar lagi menjadi suaminya.     

Matt mempersiapkan pernikahan adiknya dengan begitu rapi dan mewah walau hanya dipersiapkan dalam waktu semalam. Beruntung ada Jovan dan Emilia yang sangat tahu impian adiknya sedari kecil.     

"Aku masih tak percaya jika Selena adalah adikmu malah sebentar lagi kau akan menikahkannya." Ujar Scoot, sambil merapikan kemejanya.     

"Jangankan dirimu aku saja masih tak percaya jika Selena benar-benar adikku, pantas saja dulu saat aku menculiknya ada rasa iba dan tak tega untuk menyakitinya, aku selalu penasaran dengan matanya, dan kini semua terjawab, mata Selena adalah mataku, milik ibuku."     

"Kau memang bodoh Matt, kau baru menyadari sekarang padahal kalian berdua sangat mirip."     

Matt Terkekeh, "Ya, dan kini ia akan menikah dengan pria yang dipanggil Opa oleh Ramond anakku."     

Scoot menatap ke arah Matt, "Benar juga. Dunia ini benar-benar sempit."     

"Aku penasaran siapa yang menjadi jodohmu, Scoot." Ujar Matt menoleh pada Scoot sambil terkekeh.     

"Satu-satunya jodoh yang aku harapkan hanyalah Molly, tapi sudah kau embat tanpa sisa." Jawab Scoot dengan wajah kesal.     

"Sejak awal Molly sudah menjadi milikku." Ucap Matt menoleh ke belakangnya ternyata Molly baru saja datang sambil memeluknya dari belakang.     

Scoot memutar bola matanya malas melihat adegan dewasa di depannya, Sungguh Matt tak berperasaan tak tau kah hatinya Scoot merana melihat mereka bercumbu di depan matanya.     

"Seperti tak ada tempat lain untuk berciuman, kenapa harus didepanku, huh?!" Scoot morang-maring di depan Matt dan Molly, sedang keduanya hanya terkikik geli dengan sikap Scoot.     

"Aku hanya ingin memberitahumu, Molly hanya milikku, jadi jangan coba-coba kau mendekatinya, Oke?" Ujar Matt sambil terkekeh tak berperasaan.     

"Harusnya aku culik Molly waktu itu biar kau tau rasa."     

"Apa kau mau mati?" Ancam Matt dengan tersenyum.     

"Paling tidak tidak ada yang memiliki Molly, naik kau atau aku."     

"Matt, kau membuat Scoot menjadi gila." Ujar Molly sambil tersenyum, Molly sudah biasa menghadapi sikap kedua sahabatnya yang absurd namun saling mendukung satu sama lain.     

"Jam berapa acaranya akan dimulai?" Tanya Regan yang baru saja datang bersama Lola.     

"Sebentar lagi, apa Selena sudah siap, Molly?" Tanya Matt pada Molly yang membantu Selena untuk berdandan.     

"Ya, tentu saja, dia sedang ada di kamarnya."     

"Baiklah, aku akan menemui Selena. Kalian tunggu di tempat acara saja."     

Matt langsung berlalu meninggalkan teman-temannya yang juga ikut pergi menuju ke tempat acara pernikahan Selena dan Tuan Handoko.     

Matt membuka pintu kamar Selena perlahan, Selena menoleh menatap Matt yang berdiri di depan pintu lalu menutupnya.     

Selena menghadap kea rah Matt yang sedang berjalan ke arahnya. "Kau cantik Selena, sama seperti Mommy." Ucap Matt lalu mencium kening Selena.     

"Kau benar-benar mirip Mommy." Matt kembali berucap lalu air matanya mulai meluncur begitu saja, mengingat wajah sang mommy yang turun pada adiknya.     

"Benarkah Matt?" Tanya Selena sambil mengusap air mata di pipi Matt.     

Matt mengangguk, lalu memeluk Selena yang sedang duduk di hadapannya. "Berbahagialah, aku yakin Om Handoko bisa membahagiakanmu." Ujar Matt.     

"Selama ini kau tak pernah mendapat kasih sayang dari siapapun, semoga setelah kau menikah dengan Tuan Handoko kau mendapatkan kasih sayang yang tak kan pernah habis sampai kapan pun, maaf kan aku yang baru mengetahui jika kau adikku. Maafkan kebodohanku, karena tak segera mencari tahu siapa ibumu waktu itu." Jika Matt bisa memutar waktu maka ia ingin kembali pada peristiwa dia menculik Selena, jika dia ikut dengan Selena kemakam ibunya pasti dia akan tahu jika mereka mempunyai ibu yang sama. Namun Matt justru melepaskan selena saat Ia bilang ingin ke makam ibunya. Hari itu adalah hari ulang tahun Selena, dan sekaligus hari kematian ibunya.     

"Semua sudah berlalu Matt, sekarang kita harus hidup lebih baik dari pada orang tua kita, berjanjilah jika kau juga akan bahagia bersama Molly dan Daddy." Ucap Selena dengan bersandar di perut Matt.     

"Aku berjanji, akan menjadi orang yang baik, membangun kota ini menjadi lebih indah, bahkan jika suatu saat kau kembali aku yakin kan padamu , kau akan takjub dengan perubahan kota ini."     

"Aku akan ingat janjimu, Matt."     

"Selena, ada sesuatu yang harus kamu ketahui." Ucap Matt sambil menatap mata biru sang adik yang sedang mendongak padanya.     

"Apa Matt?" Tanya Selena yang menyandarkan dagunya pada perut Matt serta tangannya yang melingkar dipingangnya.     

"Suatu saat jika kau bertemu dengan anak kecil bernama Ramond, dia anak angkat Ronald dan cucu angkat Om Handoko, sebenarnya dia adalah anak kandungku bersama Arlita mantan kekasihku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.