aku, kamu, and sex

Pelabuhan terakhir 2



Pelabuhan terakhir 2

2"Suatu saat jika kau bertemu dengan anak kecil bernama Ramond, dia anak angkat Ronald dan cucu angkat Om Handoko, sebenarnya dia adalah anak kandungku bersama Arlita mantan kekasihku." Ucap Matt pada Selena.     

"Apa? Kau sudah punya seorang anak? Kenapa aku baru tahu?"     

"Karena aku baru memberi tahumu sekarang."     

"Lalu kenapa kau tak menikah dengan Arlita?" Tanya Selena dengan posisi yang tak berubah.     

"Karena kami berbeda, dia seorang polisi disana, dan juga Arlita dan Ramond adalah seorang muslim seperti mu."     

Selena terbelalak tak percaya, "Benarkah?" Tanya Selena.     

"Ya, Ramond sangat pandai dalam menghafal kitab sucinya, aku bangga padanya, dan aku juga harus berterimakasih pada Ronald, karena dialah Ramond tak dihujat dan di bully karena tak punya seorang ayah."     

"Dia pasti tampan sepertimu."     

"Kau akan buktikan sendiri ucapanmu, setelah kau melihatnya."     

"Baiklah, aku senang ternyata aku sudah punya keponakan sekaligus cucu angkat." Ujar Selena sambil tertawa kecil.     

"Kenapa kau tak menjenguknya Matt?"     

"Karena dulu aku tersandung kasus hukum tentang penyanderaan pada Ronald."     

"Apa?! Ronald?!"     

"Ya. Itulah awal aku mengenal Ronald, ceritanya panjang, suatu saat aku akan menceritakan padamu, yang penting sekarang kau tahu siapa Ramond, maka jagalah dia selama aku belum bisa menjenguknya, aku harus menunggu waktu dua tahun untuk bisa masuk ke negara itu lagi."     

"Baiklah kakakku sayang." Ucap Selena sambil tersenyum .     

"Aku senang kau memanggilku kakak."     

"Cukup sekali ini." Ucap Selena.     

"Hallo sayang." Terdengar suara dipintu, ternyata Tuan Gordon sudah berdiri menggunakan tongkat di ambang pintu. Lalu perlahan menghampiri Selena dan Matt.     

"Berikan Daddy sebuah kehormatan untuk mengandengmu hingga ke tempat akad." Ucap Tuan Gordon pada Selena.     

Selena tersenyum lebar, lalau mengangguk kuat-kuat. "Ayo Daddy." Selena mengandeng lengan kiri Tuan Gordon, dan tangan kanannya mengandeng lengan Matt sang kakak.     

Ketiganya keluar kamar menuju ke tempat acara, Tuan Handoko sudah berdiri menunggu Selena yang berjalan menuju ke arahnya dengan didampingi oleh Tuan Gordon dan Matt.     

Seketika mata semua orang disana berkaca-kaca melihat Matt yang begitu dewasa mendampingi adiknya, dan juga Tuan Gordon yang mempunyai kelapangan hati untuk menerima Selena sebagai putrinya.     

Sampai di depan Tuan Handoko, Tuan Gordon menatap mata tajam milik calon suami Selena itu lalu berkata, "Ku serahkan putriku padamu, bahagiakan dia dan sayangilah dia, jangan sekalipun buat Ia menangis, karena aku pasti akan membunuhmu."     

Tuan Handoko tersenyum, lalu mengangguk seraya berkata, "Terimakasih karena mengijinkan aku memiliki putrimu, Kau boleh membunuhku, jika aku tak mampu membahagiakannya." Lalu Tuan Gordon memberikan Selena pada Tuan Handoko.     

"Titip adikku Om, tolong jaga dia." Ucap Matt.     

"Tentu."     

Matt membimbing Tuan Gordon untuk duduk dikursi yang telah disiapkan untuk mereka, Matt tidak bisa menjadi wali untuk Selena karena mereka tak seiman, terpaksa Selena menggunakan wali hakim yang juga penghulu di acara pernikahannya.     

Beberapa saat kemudian acara akad nikahpun dimulai dengan hikmat, Matt yang biasanya tegar dan tak pernah menggunakan perasaannya, kini menangis haru saat melihat prosesi ijab qabul sang adik.     

Molly meremas pelan jemari Matt untuk menguatkan pria tersayangnya. Matt menatap Molly yang duduk disampingnya lalu berbisik pelan, "Maafkan aku Molly."     

Molly tak menjawab, hanya eratan jemari mereka yang menguat menjadi jawaban dari ungakapan hati Matt.     

Selesai acara ijab qabul, semua keluarga berkumpul untuk menikmati hidangan yang telah disediakan oleh Matt dan teman-temannya.     

"Jadi selepas ini, apa rencana kalian?" Tanya Tuan Gordon pada Selena dan Tuan Handoko.     

"Aku akan menyelesaikan misi sosialku di negara M, dan dia seperti biasa berkutat dengan laporan-laporan yang selalu menumpuk diatas meja kerjanya, benarkan?" Ujar Selena sambil menoleh pada lakai-laki yang beberapa saat yang lalu menjadi suaminya.     

Tuan Handoko terkekeh, lalu mengangguk sedangkan matanya menatap Ronald yang juga hanya tersenyum, Ya, semua sudah diatur dan di rencanakan oleh Ronald dan Tuan Handoko tanpa sepengetahuan Selena.     

"Saya harus lebih keras bekerja, karena sepertinya putri mu ini lebih suka menghabiskan uangku untuk acara sosialnya dari pada menemaniku bekerja." Ucap Tuan Handoko pada Tuan Gordon sambil terkekeh.     

"Kau benar Handoko."     

"Ronald, kau benar-benar tak mau menangani sendiri perusahaan Maxxlena?" masih Tuan Gordon yang bertanya.     

"Tidak, Om. Biar Matt saja yang mengurus perusahaan itu, lagipula saya sudah cukup sibuk dengan perusahaan ku disana, lagipula perusahaan itu seharusnya memang milik Matt dan Om."     

"Tapi kau telah membeli sebagian besar saham perusahaan itu."     

"Semua kepemilikan saham sudah tidak ada lagi yang atas namaku, Om."     

"Apa maksudmu?"     

"Aku sudah mengalihkan semuanya atas nama Selena, anggap saja ini sebagai bentuk baktiku pada ibu tiriku." Jawab Ronald sambil tersenyum lebar.     

Lagi, semua orang tertawa, namun tidak dengan Selena yang justru menatapnya tajam.     

"Ronald, kau tahu kan jika ibu tiri itu kejam." Sergah Selena.     

"Lebih dari sekedar tahu, karena aku sudah membuktikannya." Tandas Ronald sambil tertawa terbahak.     

Tuan Handoko tersenyum lebar mengingat acara liburan mereka dipantai yang berakhir dengan Ronald dan Rena meninggalkan mereka berdua, setibanya dirumah, Selena langsung menghujani Ronald dengan cubitan pukulan dilengannya.     

"Kita ga akan berbuat seperti itu lagi, Bu. Serius… takut kualat." Ujar Selena yang makin membuat Ronald dan Tuan Handoko tertawa lebar.     

Sedangkan yang lain bingung karena tak mengerti apa yang telah Selena lakukan pada Ronald, hingga dia berkata demikian.     

"Hari ini aku seperti mimpi, mempunyai seorang ibu tiri yang umurnya sama dengan umur adikku, tapi aku bahagia, akhirnya kini status Duda keren telah hilang dari diri ayah."     

"Mulai hari ini, kau harus memanggilku Ibu, kau harus ingat itu." Ujar Selena dengan wajah ketus, walau hanya bercanda, Selena bahkan tak perduli jika Ronald hanya memanggil namanya, satu hal yang ia pikirkan Ia akan hidup bersama Tuan Handoko dan akan hidup rukun bersama anak-anak tirinya walau umur mereka tak jauh beda.     

"Baiklah Ibu, aku akan menjadi anak yang baik." Kata Ronald yang justru membuat semua orang yang duduk bersama mereka tertawa keras.     

"Regan, kau serius akan pulang ke negaramu?" Tanya Scoot.     

"Ya, aku harus pulang, aku ingin menemui keluargaku, dan tinggal disana." Jawab Regan sambil melirik Lola.     

"Dia memang harus pulang, aku sudah mengurus surat-surat dan identitasmu, kau akan menjadi anak angkatku." Ucap Tuan Handoko sambil menatapn Regan.     

"APa?! Jadi anakku sekarang ga Cuma dua? Tapi tiga?" Ucap Selena sambil melongo.     

"Kamu salah sayang, anak kita ada enam. Tiga anak laki-laki dan tiga menantu perempuan yang cantik-cantik." Tandas Tuan Handoko, yang membuat Selena tepuk jidat. "Aku lupa, kalau tiba-tiba aku punya menatu dan seorang cucu, mendadak aku merasa tua dan seperti nenek-nenek." Ucap Selena sambil tersenyum geli.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.