Perpisahan 2
Perpisahan 2
Namun tak berapa lama Molly juga ikut terbangun dan menatap tempat di sisinya telah kosong, namun Molly bernafas lega setelah mendengar gemericik air dari dalam kamar mandi, Molly segera bangun lalu membalut tubuhnya dengan piyama tidurnya.
Molly membuka jendela kamarnya membuat udara dingin seketika masuk. Lalu lembali menutupnya dan hanya membuka gordinnya saja. Molly kembali melangkah ke luar kamar, pergi ke dapur untuk membuat secangkir kopi dan coklat panas untuk dirinya dan Matt, tak lama terdengar suara deru mobil terparkir di halaman, Molly segera ke depan untuk melihat siapa yang datang, Ia lantas membukakan pintu untuk Regan dan Scoot.
"Masuklah." Ucap Molly pada keduanya.
"Dimana Matt?" Tanya Scoot sambil mendaratkan tubuhnya di sofa nruang tamu.
"Dia sedang mandi." Jawab Molly.
"Kau bahagia Molly?" Tanya Scoot, karena kini ia tahu Molly tinggal satu rumah dengan Matt, pria yang ia cintai.
"Menurutmu?" Molly bertanya balik pada Scoot yang mengendikkan bahu sebagai jawabannya, dan Molly hanya tersenyum menanggapinya.
"Kalian mau minum apa? Kopi? Atau coklat?" Tanya Molly.
"Kopi." Jawab Regan dan Scoot mengangguk saat tatapan Molly beralih padanya.
"Oke, tunggu sebentar." Jawab Molly yang langsung masuk ke dalam dapur untuk membuatkan minum untuk ke dua sahabatnya itu.
Tak lama Molly kembali dengan membawa dua cangkir kopi dan ia letakkan di atas meja di depan Regan dan Scoot.
"Minumlah." Ujar Molly mempersilahkan kedua tamunya untuk minum kopi buatannya.
Tak berapa lama, Matt telah usai mandi, lalu duduk bergabung dengan Regan dan Scoot, sedangkan Molly undur diri untuk mandi.
"Keputusanmu tepat membawa Molly ke rumah ini, dan pastikan musuh-musuh kita tak mengetahui tempat ini." Kata Scoot yang khawatir dengan keselamatan Molly, bagaimanapun Molly adalah sahabat mereka.
"Tenang saja, Molly aman disini karena tak ada yang tahu tempat ini kecuali kalian berdua."
"Bagus."
"Regan, kita akan berangkat ke bandara sekitar dua jam lagi, pastikan tidak ada yang tahu rencana kita ini, Karen ini akan sangat berbahaya, karena anak dari Kingdom Crush bersama orang ini, dan sebentar lagi kita akan menjemputnya."
"Bagaimana bisa? Bukannya dia di culik?" Tanya Regan kemudian menyesap kopinya.
"Aku tidaj tahu bagaimana ceritanya, namun itulah kenyataannya, nanti kita tanyakan saja pada sahabatku ini." Ujar Matt pada Regan dan Scoot.
"Baiklah,"
"Sepertinya pertempuran kali ini akan sangat berbahaya, sebaiknya kalian pstikan keselamatan Molly dan Lola." Ujar Scoot.
"Lola akan ikut dalam pertempuran melawan Kingdom Crush kali ini."
"Kau gila Regan." Ucap Scoot.
"Kau tenang saja Scoot, Lola bisa berubah menjadi monster di pertempuran." Ucap Matt.
"Seperti Arlita, dia perempuan yang berbahaya." Tandas Regan.
"Kau benar." Jawab Matt sambil membayangkan bagaimana Arlita menembaknya.
"Bagaimana hubunganmu dengan Molly?" Tanya Scoot.
"Maksudmu apa?"
"Aku sedang menanyakan status kalian berdua." Scoot memperjelas pertanyaannya.
Matt menarik nafas panjang, Ia tahu Scoot tak kan melepaskannya, dia juga tahu jika selama ini Scoot menyukai Molly tapi karena Molly lebih memilih dirinya, maka Scoot mengalah asal Molly bahagia.
"Aku menyayangi Molly, dan aku lebih tenang jika dia hidup bersamaku." Jawab Matt. Walau tak puas dengan jawaban Matt namun Scoot cukup senang karena dia yakinn suatu saat Matt akan membuka hati untuk Molly.
"Moll, kamu ga punya makanan? Perutku minta diisi." Kata Regan saat melihat Molly mengambil air minum di dapur.
"Sebentar aku buatin sarapan." Ujar Matt, lalu Molly mulai meracik bumbu-bumbu yang ia perlukan, tiba-tiba Matt berdiri di dekatnya dan mengambil alih pisau ynag dipegang ole Molly.
Inilah sikap yang di sukai oleh Molly, Matt tidak akan mau membiarkan dia kesusahan walau hanya sekedar memotong sayuran, dari ruang tamu Scoot melihat bagaimana kebersamaan mereka dan membuat dia menarik nafas lega.
"Kamu kerjakan yang lain saja, biarkan aku yang memotong sayuran." Ucap Matt pada Molly yang sedang melirik dengan ekor matanya sambil menyungingkan senyuman.
"Terimakasih Matt." Matt mengacak rambut Molly sambil tersenyum kearahnya.
Scoot dan Regan saling pandang melihat bagaimana acara masak memasak antara Molly dan Matt, karena tak jarang Matt menggoda Molly yang sedang memasak dengan mengelitiki wajah Molly dengan sayuran yang dikibas-kibaskan diseluruh wajahnya. Membuat Molly jadi uring-uringan dan membuat Matt tertawa terbahak.
Sudah lama mereka tak menyaksikan keakraban antara Molly dan Matt, selama ini Matt terlalu larut dalam kesedihannya mencari keberadaan Arlita. Dan setelah penantian panjang akhirnya Matt bernafas lega setelah mengetahui dimana sekarang Arlita berada ditambah dengan adanya Ramond diantara mereka, Matt menjadi lebih bahagia walau Matt harus kehilangan Arlita, tapi Matt mencoba untuk mengikhlaskan Arlita demi kebahagiaan perempuan yang ia cintai, Matt sudah cukup bahagia Arlita tak pernah melarangnya untuk menghubungi Ramond, bahkan Arlita membuka lebar pintu maaf dan tetap menjalin dengan erat tali persaudaraannya dengan Matt demi anak mereka.
Matt berusaha bangkit dan menerima Molly disisinya, seorang sahabat yang selalu setia berada disisinya apapun keadaanya, walau nyatanya sulit baginya untuk merubah perasaan cinta pada Arlita menjadi perasaan seorang kakak kepada adiknya dan perasaan sayang pada seorang sahabat menjadi perasaan cinta pada pasangannya, namun Matt berusaha untuk tidak mengecewakan Molly dengan menolaknya seperti dulu yang sering ia lakukan.
Molly sudah banyak terluka karena dirinya, begitu juga Arlita sudah berkorban banyak untuknya, kini ia harus berubah untuk menjadi ayah yang baik untuk Ramond dan Molly yang akan selalu ada disisinya demi Arlita yang selalu dihatinya, dan akan tersimpan sebagai kenangan disudut hati paling dalam.
Setelah bergelut dengan peralatan dapur selama hampir satu jam akhirnya Molly dan Matt menyelesaikan urusan memasaknya. Lalu mereka menyiapkan sarapan pagi di ruang makan Matt yang berada di tepi danau.
Manusia berhak berandai dan merencanakan segala hal dalam hidupnya, namun satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah keberadaan Tuhan sebagai pemilik takdir.
"Heeeemmmm…..sepertinya lezat." Ucap Regan sambil mengelus perutnya yang sudah keroncongan sejak tadi.
"Makanlah." Ucap Molly pada para sahabatnya.
"Duduklah Molly." Ucap Matt sambil menepuk bangku kosong di sampingnya. Lagi, Scoot menarik nafas panjang melihat bagaimana Matt memperlakukan Molly, ada perasaan bahagia namun juga sesak di dada, gadis yang dicintainya nyatanya tidak pernah mencintainya, justru mencintai sahabatnya. Lagi dan lagi Scoot mengikhlaskan demi kebahagiaan Molly.
"Aku mau ambil minum dulu." Kata Molly pada Matt, namun langsung di cegah oleh Matt.
"Duduklah, biar aku yang ambil." Ucap Matt yang langsung bangkit dari duduknya dan berlalu kearah dapur untuk mengambil minum untuk mereka.
"Dia menyayangimu Molly." Ucap Scoot.
"Ya, itu sudah cukup bagi ku, Scoot." Molly tersenyum lembut pada Scoot, sedangkan Regan sudah melahap makanannya tanpa bersuara.