Pertempuran 2
Pertempuran 2
Seketika Matt menyembunyikan Selena di belakangnya, terlihat di hadapannya wajah ponggah nan angkuh Diego Santez yang seketika membuat Matt dan Selena muak.
"Ternyata kau telah menemukan apa yang selama ini kamu cari, sayang." Ujar Diego dengan senyum licik.
Selena mengepalkan kedua tangannya erat hingga buku-buku tangannya memutih. Matt melirik Selena dengan ekor matanya, dia tahu adiknya sedang menahan amarah yang segera akan meledak.
Perlahan Matt dan Selena berdiri, sedangkan kaki Matt sudah menyiapkan kuda-kuda untuk mengantisipasi gerakan tiba-tiba yang akan dilakukan Diego Santez pada mereka.
Rey bukannya tidak member tahu kedatangan Diego pada Selena dan Matt, tetapi mereka berdua sedang berada pada situasi yang tidak menyenangkan, Shok dengan kenyataan yang terjadi sesungguhnya membuat mereka tidak konsentrasi dengan apa yang di infokan Rey dan Jelita melalui alat komunikkasi mereka.
Sedangkan di luar masih terjadi baku tembak dan keadaan semakin mencekam untuk Ronald dan kawan-kawan karena mereka kalah jumlah.
"Ronald selamatkan Matt dan Selena, aku akan membantu Scoot dan Lola disini," Ujar Regan, karena dia mengkhawatirkan kondisi keduanya yang tak juga membalas panggilan dari Scoot ataupun dirinya.
"Baiklah, kau berhati-hati jumlah mereka sangat banyak."
"Tenang saja, amunisiku masih cukup banyak untuk menghabisi mereka semua."
"Baiklah kalau begitu."
Tanpa mereka ketahui Tim lain datang untuk membantu mereka. Tim pimpinan Rena sang putri mantan mafia.
Rena sengaja menyuruh Tuan Handoko menjadi Tim terakhir jika mereka tak mampu menghalau anak buah Diego, ini adalah sebuah antisipasi penyelamatan untuk Ronald dan teman-temannya.
"Aldo!! Lindungi aku, aku akan menyebrang ke gedung sebelah, Ronald ada disana." Ucap Rena sambil menambah amunisi di kedua pistol yang ia pegang.
"Baik Nona."
Rena menembak semua anak buah Diego tanpa ampun, musuh-musuh mereka dengan mudah ia lihat dari kaca mata yang sama dengan yang Ronald dan teman-temannya kenakan.
Aldo berjalan mundur di belakang Rena, sambil terus memberikan tembakan ke segala arah. Dengan tanpa hambatan Rena berhasil masuk ke gedung pusat tempat terjadinya pertempuran sengit.
Regan, Scoot kaget melihat kehadiran Tim yang baru saja datang, karena mereka merasa tidak menyuruh anak buah mereka untuk datang menyelamatkan mereka. Tapi sinar yang terlihat dari kaca mata mereka mempunyai warna yang berbeda, tapi Regan dan Scoot segera paham setelah Rey dan Jelita memberi tahu bahwa dia mengirim bantuan untuk mereka, yang dipimpin oleh istri Ronald.
"Aldo kau halau mereka disini bersama mereka,aku akan mencari suamiku." Ujar Selena member perintah pada Aldo.
"Siap Nona."
Ronald yang mendengar jika ada bala bantuan datang dan dipimpin oleh istrinya, membuat hatinya semakin berdebar kencang, membuat dia lengah dan mendapat todongan senjata dari anak buah Diego,
Namun dengan tepat sasaran Rena menembak orang yang menodongkan senjata pada suaminya tanpa ampun. Sontak Ronald terkejut dibuatnya. Dia benar-benar tak menyangka jika istrinya yang ia kenal manja adalah seorang yang sangat pemberani dan pandai membidik dengan tembakan.
"Rena." Sapa Ronald tak percaya dengan apa yang matanya saksikan.
Rena mendekati suaminya kemudian memberikan lumatan pada bibir seksi suaminya yang masih membeku ditempat karena keterkejutannya.
"Tugasmu belum selesai, sayang." Ucap Rena sensual di telingga Ronald setelah melepaskan lumatan pada bibir suaminya.
Ronald segera terjaga dari keterkejutannya saat ada tembakan yang hampir mengenainya, namun dengan mudah di halau oleh Rena dengan menendang sebuah tong, hingga airnya keluar muncrat memenuhi ruangan.
"Ternyata aku belum mengenal istriku dengan benar." Ucap Ronald pada Rena dengan memeluknya sambil menembakkan pistolnya kea rah musuh.
"Akankah kita berkenalan lagi setelah ini?" Tanya Rena sambil menembakkan pistolnya ke samping.
"Itu harus." Ucap Ronald sambil menarik tangan Rena untuk menghindari tembakan dari musuh.
Hampir sepuluh menit mereka tak bisa bergerak dari ruangan itu karena terkepung oleh anak buah Diego, padahal mereka sangat mengkhawatirkan nasib Matt dan Selena.
DOR
DOR
DOR
Ronald dan Rena menembak satu persatu musuh yang tersisa lalu menerobos lorong dan menaiki tangga untuk sampai di tempat dimana Matt dan Selena berada.
"Berapa orang di ruangan itu, Rey?" Tanya Ronald melalui alat komunikasi mereka.
"Diluar ada anak buah Diego yang menjaga di pintu ruanagn sepuluh orang, dan didalam ruangan hanya ada Matt, Diego dan Selena." Ujar Rey pada Ronald, namun informasi itu dapat kawan-kawannya yang lain dengar.
"Baiklah, kamu siap sayang?" Tanya Ronald pada Rena yang mengangguk mantab.
"Kanan atau Kiri?" Tanay Ronald pada Rena.
"Kanan."
"Oke."
"Masuk"
DOR
DOR
DOR
DOR
DOR
Ronald menembak disisi kiri, dan Rena disisi kanan. Hanya perlu satu menit bagi mereka untuk melumpuhkan anak buah Diego yang berjaga dipintu masuk ruanagan.
Ronald masih mendengarkan apa yang Selena dan Matt katakan pada Diego, yang juga membuat Ronald seketika mengeratkan pegangannya pada pistol yang ia gengam.
Rena menyadari apa yang terjadi dengan suaminya, melihat situasi yang kondusif, Rena seketika menyambar bibir sang suami untuk membuatnya lebih rileks dan tak termakan emosi.
Rena menekan tengkuk sang suami agar mau membalas ciumannya, Ronald benar-benar tak menyangka jika istrinya bisa berbuat senekat ini, dan pada situasi seperti ini, namun apa yang dilakukan Rena memang berhasil membuatnya lebih rileks dan nyaman. Beberapa menit kemudian Scoot, Regan Lola dan Aldo datang ke tempat mereka yang justru disuguhi adegan dewasa yang membuat mereka terbengong.
Scoot seketika menelan ludah melihat bagaimana pasangan suami istri istri itu saling melumat bibir, Regan dan Lola hanya terkekh, sedangkan Aldo buru-buru mengalihkan pandangannya, yang membuat mata dan hatinya seketika merasakan sakit yang tak berdarah.
Ronald melepaskan pagutan pada istrinya, lalu membersihkan saliva yang menempel di ujung bibir sang istri dengan ibu jarinya, begitu juga dengan Rena.
Empat orang yang menyaksikan itu bersedekap walau senjata masih berada dalam gengaman tangan mereka.
"Dasar kalian, baru beberapa hari tak jumpa, apa sudah serindu itu?" Cibir Regan pada Ronald.
"Aku harap kau akan merasakannya suatu hari lagi, ehmmm… lebih tepatnya aku akan membuat kau merasakannya." Jawab Ronald sambil memainkan kedua alisnya, lalu matanya menatap pintu di hadapannya.
"Saatnya kita masuk." Ucap Ronald, dengan sekali tending pintu itu terbuka dan Ronald langsung menembakkan pistolnya di tangan Diego yang sedang mengacungkan tembakan pada Matt yang menyembunyikan Selena di belakangnya.
Diego terbelalak melihat siapa yang baru saja menembak tangannya sehingga senjatanya terlempar dari tangan.
"Kau?!" Ucap Diego yang terkejut melihat wajah Ronald yang tak lain adalah orang yang berhasil membeli sebagian sahamnya dan menjadi investor terbesar pada proyek pembangunan sebuah jalan di kota M.
"Ya, ini aku." Ucap Ronald dengan santai, lalu perlahan masuk ke ruangan itu diikuti oleh Rena dan kawan-kawannya.
"Kalian bersekongkol." Ucap Diego yang menyadari kehancurannya sudah didepan mata.
"Kamu benar." Ucap Ronald dan Matt bersamaan.
"Ayah masuklah." Ucap Rena menggunakan alat komunikasi mereka.
Sebuah Helikopter tiba-tiba saja mendarat di atas gedung, memunculkan Pria paruh baya dengan rahang tegas dan mata tajam.
Dia adalah Tuan Handoko yang sedang berjalan menuju ke ruangan di mana Diego kini tertahan, di belakang Tuan Handoko ada beberapa anak buahnya yang akan memastikan ke amanan sang bos.
Tak berapa lama, Tuan Handoko amsuk ke dalam ruangan tempat Diego dan orang-orang menunggunya.
Diego terbelalak melihat siapa yang datang, Handoko permana sahabat karibnya saat kuliah dulu, berdiri tegap dihadapannya dengan dua tangannya masuk ke dalam saku celana.
"Apa kabar Diego?" Sapa Tuan Handoko pada Diego, sambil duduk di sebuah kursi tamu milik Diego.
"Handoko Permana." Ucap Diego.
"Aku senang kau mengingatku." Ujar Tuan Handoko.
"Bagaimana aku melupakan mu, orang yang merebut Syeilla dariku."
Tuan Handokom mengernyitkan dahi. Merebut? Tuan Handoko tak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Diego, karena setahu Handoko Syeilla tak pernah mempunyai kekasih sebelum dirinya.
"Maksud apa diego?"
Diego berjalan ke tepi jendela, "Syeilla adalah perempuan yang aku cintai namun sayangnya kau mengambilnya dariku."
Tuan Handoko mengerutkan dahi. "Benarkah? Aku dan Syeilla telah saling mengenal sejak kami masih sekolah, sedangkan kau mengenalnya saat kita kuliah, lalu dimana aku mengambil Syeilla darimu? Lagi pula Syeilla mencintaiku." Ujar Tuan Handoko santai.
"Aku mencintai Syeilla dan harusnya aku yang mendapatkan dia bukannyan kau."
"Karena itu kau menghancurkan keluargaku?"
"Ya, aku tak ingin kau hidup bahagia, jadi aku menculik semua anak sahabat-sahabat kita."
"Pada akhirnya kau sendiri yang kalah."
"APa maksudmu? Anakmu hilang dan tak kembali."
"Kau salah Diego, laki-laki yang duduk bersama perempuan berambut panjang itu adalah Ronald anak yang dulu pernah kau culik, dan disampingnya adalah istrinya, putrid Ricahrd Mahendra, mantan rekan bisnismu." Ucap Tuan Handoko dengan wajah tenang.
Terkejut. Diego benar-benar tak percaya jika laki-laki tampan yang beberapa hari lalu menandatangani kontak kerja sama dengannya adalah Ronald anak kecil yang dulu ia culik.
"Kau terlalu berambisi untuk mendpatkan apa saja yang kau inginkan, sehingga tanpa sadar kau justru melukai orang-orang yang kau cintai."
"Syeilla meninggal bunuh diri karena tidak tahan menahan kesedihan pasca Ronald di culik, apa itu yang kau inginkan? Lalu Carren, perempaun itu adalah istri sahabatmu, namun kau tega melakukan perbuatan terkutuk itu padanya, kau bahkan mengurung suaminya hingga dua puluh tahun lebih. Lalu terakhir kau membiarkan putri kandungmu hidup tanpa adanya kasih sayang dan juga kau membiarkan putrimu berada di tangan penculik."
"Apa pedulimu?"
"Jelas aku peduli, karena putrimu adalah kekasihku."
Mata Diego menatap Selena tajam, lalu segera meraih pistol yang ada di rak meja kerjanya lalu mengarahkannya pada Tuan Handoko yang masih terdiam.
"Ayah menembaknya, maka bukan hanya dia yang akan mati, tapi akupun juga." Ucap Selena sambil mengarahkan pistolnya ke samping kepalanya.
Baik Tuan Handoko maupun Diego dibuat terkejut oleh tindakan Selena, dan tak lama suara deru sepatu yang sangat banyak tiba, Ronald dan kawan-kawan mereka tahu yang datang adalah polisi anti teroer yang tadi di telpon Tuan Handoko sebelum turun dari Helicopter.
"Angkat Tangan Anda Keatas." Ujar Kepala polisi.
Lalu mereka merangsek masuk ke dalam tapi tiba-tiba suara tembakan terdengar.
DOR.
"Ayah." Teriak Selena.