Pencapaian yang Lebih Tinggi
Pencapaian yang Lebih Tinggi
Ekspresi Wei Longxing terlihat sangat mengerikan. Sambil melipat kedua tangannya di belakang pinggul, saat itu mata harimaunya terlihat semakin membara. "Belakangan ini, ternyata pihak sekte benar-benar mampu melahirkan banyak jenius. Baiklah, kurasa pertempuran hari ini akan menjadi semakin menarik."
Tatapan mata Hai Lingyin terjatuh pada sosok Zhang Ruochen. Saat itu, ia tersenyum. "Saat pertama kali aku melihatmu di Gunung Qianyuan, sejak saat itu aku tahu bahwa kau adalah salah satu kandidat yang luar biasa. Ternyata, kau benar-benar tidak mengecewakanku."
Intensitas pertempuran di dalam diri Wei Longxing bertumbuh semakin kuat. Setelah itu, ia berkata dengan penuh percaya diri. "Karena kita sudah berada di sini, sebaiknya kita segera beranjak ke ujian kedua. Siapapun yang menjadi Putra Dewa akan ditentukan oleh seberapa kuatnya lawan yang kau tantang."
"Aku tidak takut denganmu."
Hai Lingyin dan Sun Dadi juga sama-sama tidak sabar lagi untuk segera bertarung. Akibatnya, aura mereka semakin menguat, bahkan sampai memancar keluar dari tubuh masing-masing.
"Belum." Zhang Ruochen memasang ekspresi datar sembari mengamati sesuatu di tempat lain. "Karena aku sudah berada di lantai lima, bukankah aku masih punya kesempatan untuk mendaki ke lantai keenam?"
Mendengar itu, maka Wei Longxing, Hai Lingyin, bahkan Sun Dadi, sama-sama merasa terkejut. Dia ingin mendaki ke lantai enam Altar Dewa Darah?
Apalagi, mereka telah menggunakan segenap kekuatan masing-masing untuk berada di lantai kelima. Bagaimana mungkin mereka melanjutkan pendakian di lantai keenam? Selama ini, para kandidat Putra Dewa dan Saintess yang berhasil mendaki sampai ke lantai keenam hanya dapat dihitung dengan jari. Sebagian besar dari mereka adalah para figur berpengaruh yang akhirnya menjadi para pemimpin di Daratan Kunlun.
Sebagaimana misal, sosok jenius – yang berhasil memahami Blood God Map – pada masa 1.000 tahun silam, adalah sosok yang pernah berhasil mencapai lantai keenam. Jadi, kalau ada seseorang yang berhasil mendakinya, maka orang itu akan dianggap sebagai salah seorang jenius yang dilahirkan setiap seribu tahun sekali.
Kalau bukan karena pencapaian itu, bagaimana mungkin sosok legendaris itu disebut sebagai seorang jenius?
Sun Dadi mulai memijat pelipisnya sendiri. "Benar. Karena kita sudah berada di lantai kelima, setidaknya kita harus mencoba mendaki ke lantai yang lebih tinggi. Apalagi, kandidat yang lain tidak punya kesempatan yang sama seperti ini."
Setelah itu, Sun Dadi dan Zhang Ruochen mulai mendaki tangga berdarah – yang terbuat dari tulang – menuju ke lantai enam. Tulang-belulang yang mereka pijak sangat keras, dan bersinar terang layaknya permata.
Terdapat tebing curam yang sedang menunggu mereka. Setidaknya, tingginya mencapai ribuan kaki. Selain kabut darah merah di sekitarnya, di sana terdapat banyak jiwa-jiwa biksu. Mereka sedang melayang-layang di udara dan mengeluarkan suara-suara teriakan aneh.
Ketika mendengar suara-suara teriakan itu, maka seketika itu pula hati Sun Dadi langsung merasa gentar. Tiba-tiba, pria itu merasa pusing dan sulit berkonsentrasi. Rasa-rasanya, Lautan Chi di dalam dahinya seakan hendak meledak.
Pada akhirnya, Wei Longxing dan Hai Lingyin mengejar mereka dan mulai mendaki menuju ke lantai keenam.
Wei Longxing sedang merasa bersemangat dan penuh dengan intensitas pertempuran. Maka dari itu, sembari bergerak seperti naga, ia pun berkata santai, "Siapa yang paling dekat dengan lantai keenam, maka dia memiliki potensi yang lebih besar. Untungnya, kalian bertiga sama-sama berada di sini, setidaknya hal itu akan semakin menstimulasi potensiku."
Empat kandidat itu mulai mendaki ke lantai keenam bersamaan. Untuk pertama kalinya sejak Abad Pertengahan, maka para kandidat itu mulai mendaki ke lantai keenam. Bahkan, para Biksu yang hadir di sana merasa gembira sekaligus penasaran, apalagi murid-murid biasa yang berada di bawah altar. Yang jelas, mereka semua mulai mengamati jalannya kompetisi dengan seksama.
Whoosh!
Sun Dadi – yang sedang melayang 30 kaki di atas permukaan tanah – tubuhnya sedang diselimuti oleh api berwarna merah. Api yang panas itu terlihat mirip seperti bayangan Biksu Monyet. Bahkan, api itu seakan telah menyatu dengan tubuhnya.
Di sisi lain, armor saint lima warna milik Wei Longxing juga bukan harta karun biasa. Armor itu tampak diselimuti oleh cahaya warna-warni, hingga sampai membentuk awan lima warna. Awan-awan itu melingkupi dirinya dan membantunya terbebas dari tekanan di sekitarnya.
Lain lagi halnya dengan Hai Lingyin, sebab pria itu sedang mengeluarkan sayap api birunya. Ketika sayap itu direntangkan, maka lebarnya mencapai 70 kaki. Kedua sayap itu memancarkan Chi saintly tertentu. Sehingga, itu membuatnya tampak seperti seekor Luan dengan bentuk manusia.
Saat menyaksikan sayap Luan di punggung Hai Lingyin, saat itu seorang elder di Alam Biksu mulai mengangguk pelan. "Hai Lingyin pernah mendapatkan benda peninggalan Kaisar Beast Luan Blue dari Wilayah Savage Barren. Kalau begitu, bisa dipastikan bahwa pria ini akan menjadi seorang Biksu dalam satu dekade mendatang."
Sang Leluhur Sekte Dewa Darah – yang sedari awal selalu diam saja – mulai mengeluarkan komentar, "Seekor naga baru saja keluar dari sarang persembunyiannya dan sebentar lagi akan mengguncang dunia."
Berbekal sayap Luan berwarna biru, maka seketika itu pula kecepatan Hai Lingyin bertambah semakin tinggi. Jadi, pria itu segera memimpin di barisan paling depan. Meski begitu, ia masih tidak mengendurkan kewaspadaannya, mengingat Gu Linfeng masih bersikap dengan sangat tenang. Bahkan, lelaki itu belum mengeluarkan Laksana-nya.
Sebelum-sebelumnya, Hai Lingyin berpikir bahwa Wei Longxing adalah saingan terbesarnya. Tapi sekarang, ia menyadari bahwa Gu Linfeng adalah sosok monster yang sesungguhnya.
Zhang Ruochen sama sekali tidak mengubah ritme pergerakannya, meski ia tahu bahwa Hai Lingyin telah berada di depan sana. Lelaki itu hanya terus mendaki langkah demi langkah, sembari menata pikirannya sendiri, agar tetap berada di kondisi optimal.
15 menit kemudian, Zhang Ruochen telah berhasil menyalip Hai Lingyin dan berada di barisan paling depan.
Meski dengan bantuan sayap Luan, namun Hai Lingyin juga berangsur-angsur mulai melambat. Jadi, ia hanya mampu mengamati punggung Gu Linfeng.
"Bagaimana mungkin dia sangat... rileks?"
Otot-otot di tubuh Hai Lingyin mulai bermunculan, dengan nafasnya yang tersengal-sengal. Pria itu sudah mencapai batasan dirinya. Pada akhirnya, ia berhenti mendaki ke atas. Sebab, kalau ia masih bersikeras untuk melanjutkan pendakiannya, mungkin itu akan berbahaya untuknya.
Maka dari itu, ia segera menoleh ke belakang, lalu melihat Wei Longxing dan Sun Dadi yang sama-sama telah berhenti bergerak. Mereka berdua berada di jarak tujuh atau delapan langkah darinya.
Kecepatan pria itu sama sekali tidak melambat. Apa dia benar-benar sekuat itu?
Kedua mata Wei Longxing sedang terpaku ke arah punggung Gu Linfeng – yang sedang bergerak semakin menjauh. Di waktu yang bersamaan, pria itu sedang merasa gelisah. Yang jelas, ia sama sekali tidak bisa menerima semua ini. Jadi, apa yang dirasakannya berasal dari kombinasi perasaan khusus seperti; curiga, sedih, dan sebagian besar lainnya didominasi oleh amarah.
"Baiklah Kakak Gu," Sun Dadi menghela nafasnya. "Kau memang harus menunjukkan bakatmu."
Secara natural, Zhang Ruochen tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh orang-orang di belakangnya. Lelaki itu hanya terus berjalan dengan langkah-langkah yang tegas dan semakin mendekati lantai enam.
Ketika lelaki itu berhasil mencapai lantai enam altar, maka semua pertapa di Sekte Dewa Darah langsung terdiam seperti batu. Seluruh wilayah itu dipenuhi oleh keheningan. Atmosfir di sekitarnya pun berubah menjadi ganjil dan sangat mengerikan.
Boom.
Satu detik setelahnya, terdengar "tsunami" teriakan dari segala penjuru.
"Ternyata potensi Gu Linfeng berhasil mengungguli Hai Lingyin."
"Kudengar Gu Linfeng hanya melatih Kitab Naga Darah. Itu semacam keterampilan olah raga kelas superior dari Tingkatan Hantu. Jika begitu, bagaimana mungkin dia mampu melakukannya?"
"Sulit dipercaya. Benar-benar sulit dipercaya. Apa talenta Gu Linfeng mampu menandingi sosok jenius pada masa 1.000 tahun silam?"
Semua orang sedang mengamati lelaki yang berdiri di lantai keenam altar dengan ekspresi yang berbeda-beda. Beberapa dari mereka memasang ekspresi takjub, beberapa yang lain terlihat iri, sementara sisanya terlihat curiga.
"Apa ini adalah kemampuannya yang sesungguhnya?" wajah Bai Yu mulai memerah, seperti orang yang baru saja ditampar keras-keras.
"Apa aku telah salah menilainya?" sang Saintess tampak tercengang dan tak habis pikir. Sosok pria yang direndahkan sebelumnya, ternyata mampu mencapai lantai keenam altar. Bahkan, sang Saintess tidak bisa menandingi pencapaiannya.
Tampaknya, wanita itu harus mengubah rencananya dalam berhubungan dengan Gu Linfeng. Sebab, meski Gu Linfeng gagal menjadi Putra Dewa, namun ia harus mampu memenangkan hatinya, tidak peduli apapun caranya.
Sementara itu, para Biksu yang berada di atas altar pun mulai merasa gelisah. Jadi, mereka langsung menatap Discipline King Haiming lekat-lekat.
"Ternyata muridmu itu sangat jenius," kata sang pemimpin istana di Istana Nether Heavenly. "Aku tidak menyangka kalau dia hanya melatih Kitab Naga Darah."
Discipline King Tianji mendengus. "Haiming Tua, selama beberapa tahun belakangan, kurasa kau telah memperhitungkan semua ini baik-baik, bahkan kau melatih muridmu secara sembunyi-sembunyi. Ternyata, kau mempersiapkan semua itu demi kompetisi hari ini, bukan begitu?"
Ada banyak Biksu dari Sekte Dewa Darah yang juga berpikir bahwa Gu Linfeng memang merupakan murid rahasia Discipline King Haiming – yang secara khusus dipersiapkan demi memperebutkan posisi Putra Dewa.
Tidak ada satupun yang curiga kepada Gu Linfeng. Sebab, jika bicara tentang trik-trik kotor dan propaganda, maka semua Biksu itu juga paham kalau Discipline King Haiming memang ahlinya.
Pada saat itu, sang pria tua masih duduk di kursinya, sembari mengelus kumisnya sendiri. Kedua mata tuanya terlihat sangat dingin. Pada saat ini, ia pun merasa semakin yakin bahwa ada sesuatu yang ganjil dengan Gu Linfeng.
Meski begitu, ia tidak membongkar keganjilan tersebut di muka publik. Lagipula, jika Gu Linfeng berhasil menjadi Putra Dewa, maka ia juga diuntungkan dalam hal tersebut. Tentu saja, apa yang perlu dipikirkan oleh King Haiming adalah cara untuk mengendalikan Gu Linfeng sepenuhnya.
"Apa aku harus mencoba mendaki ke lantai ketujuh atau kedelapan?" pikir Zhang Ruochen, sembari berdiri di lantai keenam.
Selama lelaki itu berkultivasi, maka ia selalu melatih dirinya sendiri sampai puncak tertinggi. Selain itu, Zhang Ruochen juga dijaga oleh Tanda Dewa di dalam tubuhnya. Akibatnya, pondasinya benar-benar mampu melampaui semua orang, alih-alih bicara tentang potensi. Bahkan, rasa-rasanya, potensi Zhang Ruochen seakan tidak terbendung.
Yang jelas, lantai keenam di Altar Darah Dewa bukanlah batasannya. Akan tetapi, akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya untuk mendaki lebih tinggi dan hanya berdiri di sana. Apalagi, tujuannya datang kemari dan berkompetisi bukan untuk memamerkan kekuatannya. Lelaki itu hanya ingin memperebutkan posisi Putra Dewa.
Jadi, karena ia telah berada di lantai keenam, maka ia sudah memiliki satu keunggulan tertentu. Sehingga, ia tidak perlu mendaki lebih tinggi lagi.
"Kenapa Gu Linfeng tidak mendaki ke lantai ketujuh?"
"Kurasa dia masih belum mengerahkan segenap kekuatannya. Kalau dia mencobanya lagi, mungkin dia mampu mencapai lantai ketujuh dan menciptakan sebuah keajaiban."
"Mungkin dia ingin menyimpan energinya untuk ujian yang kedua. Apalagi, berdasarkan pada pencapaiannya sekarang ini, maka dia pasti mampu memenangkan posisi Putra Dewa, seandainya dia berhasil lulus di ujian kedua..."
…
Entah lelaki itu berhasil menjadi Putra Dewa atau tidak, namun semua itu masih ditentukan oleh ujian yang kedua.
"Kalau dia gagal di ujian kedua, maka semua perjuangannya tidak berarti apa-apa, meski dia berhasil mendaki sampai di lantai yang paling tinggi." Wei Longxing masih merasa tidak rela. Pria itu percaya bahwa ia masih punya kesempatan untuk merebut posisi Putra Dewa dari lelaki tersebut.
Whoosh!
Pria itu menekan altar dengan tangannya dan mulai menyuntikkan Chi Suci ke dalam sana. Di waktu yang bersamaan, angin yang mengerikan tiba-tiba mulai bertiup dari entah. Garis-garis Chi Darah segera berkumpul di sekitar Wei Longxing, hingga membentuk 13 figur yang melayang-layang di udara.
Mereka adalah 13 Putra Dewa di sepanjang sejarah Sekte Dewa Darah. Ke-13 figur itu pernah meninggalkan bayangan diri mereka di Altar Dewa Darah ketika mereka masih berada di Alam Setengah-Biksu di level kesembilan.
Jadi, bila Wei Longxing mampu mengalahkan salah satu di antara mereka, maka ia akan lulus di ujian kedua.
"13 Putra Dewa itu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Aku hanya bisa melampaui pencapaian Gu Linfeng setelah mengalahkan salah satu bayangan Putra Dewa yang paling kuat."
Wei Longxing mengamati salah satu dari mereka. "Putra Dewa Yuan Hong, aku akan menantangmu."
Whoosh.
Bayangan Putra Dewa Yuan Hong mulai melayang-layang di angkasa, dan berhadap-hadapan dengan Wei Longxing. Di waktu yang bersamaan, 12 bayangan lainnya langsung menghilang dari sana.
Sebenarnya, Putra Dewa Yuan Hong telah wafat sejak 80.000 tahun silam. Jadi, sosok yang berhadapan dengan Wei Longxing adalah bayangannya – yang terbentuk dari kekuatan misterius di dalam altar tersebut.
Meski begitu, baik kecerdasan, kemampuan bertarung, kehendak spiritualnya benar-benar mirip seperti Putra Dewa Yuan Hong yang asli ketika ia masih berada di Alam Setengah-Biksu di level kesembilan.
"Ternyata nyalimu cukup besar, karena kau berani menantangku," kata bayangan Putra Dewa Yuan Hong sambil terkekeh. "Tapi, apa kau tahu bahwa semasa hidup, aku sama sekali tidak pernah bertarung melawan musuh yang berada di tingkatan alam yang sama?"