Divine_Gate

Chapter 135 : Kembali bersama



Chapter 135 : Kembali bersama

2"Manusia sialan! Ternyata beberapa dari kalian masih ada yang hidup!" seru salah satu demon yang berada di kumpulan banyak demon.     

"Kolonel Elizabeth, tampaknya akan susah untuk keluar dari tempat ini… Cepat tinggalkan aku dan pergi dari tempat ini" ucap Kolonel Rose dengan ekspresi masih menahan rasa sakit.     

"Apa yang anda bicarakan, Kolonel Rose! Saya tidak mungkin meninggalkan anda ditempat ini, saya tidak ingin merasakan kemarahan dari Kolonel Ryouichi nantinya. Saya yakin masih ada cara lain untuk selamat dari kepungan demon itu"     

"Aku setuju dengan perkataan manusia itu, tidak mungkin aku meninggalkan seseorang yang sudah berbuat baik kepadaku. Aku masih bisa berubah wujud sekali lagi, jadi manfaatkan lah kesempatan itu untuk lari dari tempat ini. Aku akan membalas budiku kepadamu karena sudah membantuku sebelumnya, namun jangan mengharapkan banyak dariku karena aku sendiri sudah hampir kehabisan kekuatan sihir" ucap kucing itu dengan tatapan tajam.     

Rose tampak diam dan memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Otak Rose bekerja dengan keras berusaha membuat keputusan untuk dilakukan.     

"A-aku—"     

"Kolonel Rose, larilah cepat! Demon itu sudah berlari kearah kita!" teriak Kolonel Elizabeth.     

"[Skill : Wall of Flame]!"     

Rose dengan sigap merapal mantera tanpa memperhatikan ucapan dari Kolonel Elizabeth.     

"Aku tidak akan pernah meninggalkan teman-temanku! Setidaknya itulah yang akan dikatakan oleh Ryouichi jika dirinya berada diposisiku saat ini" seru Kolonel Rose.     

Kolonel Elizabeth memandang Kolonel Rose dengan tatapan kagum dan tersenyum kecil.     

"Anda sungguh hebat, Kolonel Rose. Kalau begitu, saya juga tidak akan menyerah dengan keadaan kita sekarang! Saya akan terus bersama anda dan bertahan sampai bala bantuan kita datang!" ucap Kolonel Elizabeth dengan perasaan berapi-api.     

Kucing yang berada di samping mereka lalu berubah wujud kembali menjadi kucing raksasa dan mulai bertarung dengan ratusan pasukan demon itu. Tidak terasa sudah beberapa menit berlalu dan pasukan demon terus berdatangan dan menyerang Kolonel Rose dan yang lainnya.     

"Kolonel Elizabeth, berapa lama lagi pasukan bantuan kita akan datang? Bukankah ini sudah terlalu lama?"     

"Maafkan saya, Kolonel Rose. Saya juga tidak dapat memastikan hal itu. Demon-demon yang kita lawan saat ini bukanlah demon biasa, masing-masing dari mereka adalah demon tingkat bumi yang hampir menjadi demon tingkat langit. Saya tidak yakin kita bisa menahan mereka sebelum pasukan bantuan kita datang"     

Kucing yang menemani pertarungan Rose dan Kolonel Elizabeth terlihat sudah kelelahan dan perlahan dipukul mundur oleh pasukan demon.     

Rose yang melihat bahwa mereka hampir sudah tidak ada harapan pun memejamkan matanya dan membayangkan wajah Ryouichi.     

"Ryouichi…" gumam Rose.     

Tiba-tiba mereka dikagetkan oleh sosok yang turun dari langit dan mendarat di hadapan mereka. Kepulan debu tebal beterbangan dan menyembunyikan wajah sosok itu.     

"KALIAN SEMUA MERUNDUK!" teriak sosok itu.     

Kolonel Rose dan Kolonel Elizabeth serta kucing yang mendengar instruksi dari sosok itu pun langsung merunduk tanpa berpikir panjang.     

"[Ultimate Skill : Death Scythe, Certain Death]"     

Setelah sosok itu merapal mantera, sosok itu lalu mengayunkan senjata roh berbentuk sabit raksasa ke arah pasukan demon itu. Dengan satu ayunan, seluruh kepala demon yang menyerang mereka langsung lepas dan mengakhiri pertarungan dengan singkat.     

Sosok itu lalu mengalihkan pandangannya ke arah Kolonel Rose dan yang lainnya yang masih merunduk ditanah.     

"Kalian baik-baik saja? Kalian beruntung aku masih bisa sampai tepat waktu" ucap sosok itu sembari tersenyum lebar.     

Kolonel Rose yang merasa familiar dengan suara itu langsung mengangkat kepalanya dan langsung melihat sosok itu.     

"Ko-Kolonel Ray? A-apakah itu benar anda?" tanya Kolonel Rose dengan tatapan tidak percaya.     

Kolonel Ray langsung mengulurkan tangannya kepada Rose dan membantunya untuk berdiri.     

"Apa yang kau bicarakan, Rose? Kenapa wajahmu terlihat seperti kau sudah melihat hantu?" ucap Kolonel Ray dengan ekspresi bingung.     

Tubuh Kolonel Ray dipenuhi dengan luka dan tangan kanannya putus, dan seragam yang dia kenakan robek dibeberapa bagian. Tanpa pikir panjang, Rose langsung memeluk Kolonel Ray dengan erat.     

"Tu-tunggu sebentar, Rose. Kenapa kau seperti ini? A-asal kau tahu, aku masih menyayangi nyawaku, jika Ryouichi melihat ini maka aku akan langsung mati di tempat" ucap Kolonel Ray dengan wajah heran.     

"Aku mengira kau sudah mati! Kau tidak tahu betapa kagetnya aku ketika melihat potongan tanganmu yang dimakan oleh demon!" seru Kolonel Rose.     

Kolonel Ray menggaruk kepalanya dan tersenyum kecut.     

"Ahaha, agak memalukan bukan? [Guardian] sepertiku bisa ceroboh dan membiarkan salah satu tanganku terpotong. Benar juga! Apakah kau menyimpan potongan tanganku?"     

Rose lalu menyerahkan potongan tangan yang dia simpan kepada Kolonel Ray.     

"Terima kasih, Kolonel Rose. Aku kira aku tidak akan pernah menemukan potongan tanganku ini lagi" ucap Kolonel Ray dengan wajah bahagia sembari memainkan potongan tangan itu dengan mengayunkan tangan itu.     

"Berhentilah bermain dengan potongan tanganmu seperti itu, kau membuatku jijik" ucap Rose dengan wajah kesal.     

"Maaf-maaf…Haha"     

Kolonel Ray terlihat melihat kesana kemari dan memasang wajah serius.     

"Ada apa, Kolonel Ray? Kenapa kau masih terlihat waspada seperti itu?" tanya Rose heran.     

"Tidak apa-apa. Kolonel Rose, kenapa kau bisa ada disini? Aku tidak ingat bahwa kau akan ikut dalam misi ini? Apakah kau adalah bala bantuan yang dikirimkan Central?"     

Rose mengangguk dan menjelaskan semuanya kepada Kolonel Ray.     

"Begitukah, aku minta maaf karena sudah merepotkanmu dan juga Kolonel Elizabeth. Jika saja aku bisa lebih kompeten dalam menyelesaikan misi ini…" ucap Kolonel Ray dengan raut wajah bersalah.     

"Tidak perlu meminta maaf seperti itu, Kolonel Ray. Apakah kau—" ucapan Rose terhenti setelah dirinya merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya dan memegangi perutnya lalu jatuh terduduk ditanah.     

"Kolonel Rose! Ada apa dengan—... Bagaimana bisa kau terluka separah ini dan masih bisa berdiri untuk mengobrol denganku? Berbaringlah, aku akan menyembuhkan lukamu sekarang" ucap Kolonel Ray panik.     

Kolonel Rose mengangguk pelan dan berbaring ditanah sementara Kolonel Ray memeriksa lukanya.     

"Sungguh mengerikan, perutmu sudah robek sebagian. Kau beruntung karena bayi yang ada diperutmu tidak terkena luka apapun" ucap Kolonel Ray.     

"Apakah luka Kolonel Rose bisa disembuhkan, Kolonel Ray?" tanya Kolonel Elizabeth dengan wajah khawatir.     

"Dengan skill medis yang kumiliki, tidaklah sulit bagiku untuk menyembuhkan luka ini. Anda bisa tenang, Kolonel Elizabeth" ucap Kolonel Ray sembari menyeka keringat yang ada dikeningnya.     

Kolonel Elizabeth menghela nafas lega dan tersenyum.     

"Anda sungguh beruntung, Kolonel Rose" ucap Kolonel Elizabeth.     

"Kolonel Elizabeth, apakah kucing itu baik-baik saja?" tanya Kolonel Rose.     

"Benar juga! Kucing itu"     

Kolonel Elizabeth lalu mencari kucing itu kesana kemari di hamparan luas tumpukan mayat demon.     

"Kucing? Kucing apa yang kalian bicarakan? Apakah memang ada kucing dari awal?" tanya Kolonel Ray bingung.     

"Kalian tidak perlu khawatir denganku..."     

Tiba-tiba kucing itu berjalan kearah mereka dengan penuh luka.     

"Kucing itu bisa berbicara?!" seru Kolonel Ray kaget.     

Namun kucing itu kehilangan keseimbangan dan jatuh tergeletak ditanah. Rose yang melihat itu langsung berlari dan menggendong kucing itu.     

"Bertahanlah! Kolonel Ray, cepatlah sembuhkan kucing ini" ucap Rose dengan wajah panik.     

"Ba-baik!"     

Kolonel Ray lalu dengan segera merapal sihir medis dan berusaha menyembuhkan kucing yang sedang sekarat itu.     

"Sial! Kenapa bisa seperti ini?" ucap Kolonel Ray.     

"Ada apa, Kolonel Ray? Apakah lukanya separah itu?" tanya Rose.     

"Luka dari kucing ini sendiri tidaklah berat, namun entah mengapa tanda kehidupan dari kucing ini hampir habis"     

"Ti-tidak mungkin…" Tanpa disadari, mata rose berkaca-kaca dan menitikkan air mata.     

"Berhentilah menangis seperti itu, gadis manusia. Kepedulianmu saja sudah cukup bagiku, umurku memang sudah hampir habis. Aku mengeluarkan seluruh kekuatan sihir yang seharusnya cukup untukku bertahan hidup selama beberapa tahun kedepan untuk menyelamatkanmu dari demon-demon itu. Anggap saja aku membalas budimu" ucap kucing itu dengan nafas pendek.     

Rose terdiam setelah mendengar ucapan dari kucing itu dan meneteskan air mata.     

"Lagi? Aku tidak ingin kejadian yang sama terulang kembali. Aku tidak ingin ada yang mati karena mengorbankan nyawa mereka untuk melindungiku" ucap Kolonel Rose dalam hati.     

"Kolonel Rose! Buatlah kontrak dengan kucing itu! Alasan mengapa kucing itu sekarat karena tidak ada yang menyuplai kekuatan sihir kepadanya untuk beregenerasi!" seru Kolonel Elizabeth.     

Rose tersentak dan dengan cepat bertanya kepada kucing itu.     

"Aku ingin membuat kontrak denganmu! Apakah kau bersedia?" seru Kolonel Rose kepada kucing itu.     

Kucing itu terdiam untuk beberapa saat dan kemudian menjawab dengan nada pelan.     

"Apakah kau yakin dengan hal itu? Aku adalah [Magical Beast], berbeda dengan [Elemental Beast] yang tidak terlalu banyak memakan kekuatan sihir dari pemiliknya, sebaliknya aku membutuhkan kekuatan sihir yang cukup besar untuk bertahan hidup. Jika kau sungguh tidak keberatan dengan itu, maka aku dengan senang hati akan membuat kontrak denganmu"     

"Aku sama sekali tidak keberatan dengan hal itu! Aku tidak ingin ada yang mati lagi karena mengorbankan nyawa mereka untukku!" ucap Rose dengan air mata yang mengalir.     

"Baiklah jika itu maumu…"     

Rose lega mendengar ucapan dari kucing itu dan mengeluarkan pisau belati kecil dari saku pinggangnya lalu mulai menyayat jarinya. Setelahnya Rose meneteskan darah dari jarinya ke kening kucing itu. Perlahan kening kucing itu bersinar dan luka-luka yang berada di tubuh kucing itu sembuh.     

Kucing itu lalu bangkit dari tidurnya dan menatap Rose.     

"Kau adalah masterku, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungimu tidak perduli apapun yang terjadi dan kau bisa memanggilku sesuka hatimu" ucap kucing itu.     

Rose tersenyum dan menggendong kucing itu.     

"Mulai dari sekarang, namamu adalah Fuku! Dalam bahasa jepang, namamu berarti nasib baik. Aku harap nasib baik akan selalu menyertaimu dalam kondisi apapun. Senang berkenalan denganmu, Fuku" ucap Rose dengan senyuman manis sembari memeluk kucing itu.     

Diam-diam kucing itu tersenyum dan matanya berkaca-kaca menahan tangis dalam dekapan hangat Rose.     

"Sudah lama aku tidak mendengar nama itu. Bagaimana bisa kau memberi nama itu lagi kepadaku, master? Kau masih sama seperti dulu, aku selalu menyayangimu" ucap kucing itu dalam hati.     

Yang Rose tidak sadari adalah kucing itu merupakan reinkarnasi dari [Elemental Beast] miliknya yang dulu tewas karena melindungi Rose dan akhirnya terlahir kembali menjadi [Magical Beast] hanya untuk bertemu lagi dengannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.