Chapter 125 : Perekrutan [Great Prison]
Chapter 125 : Perekrutan [Great Prison]
"Enzo, apa kau tahu mengapa Rose dan Natsumi terlihat seperti itu? Mereka tampak saling menjaga jarak satu sama lain" tanya Ryouichi.
Enzo yang mendengar pertanyaan dari Ryouichi menjadi bingung dengan apa yang harus dia jawab dan hanya bisa berkilah.
"Ah, saya juga kurang tahu mengapa mereka seperti itu. Ketua, bukankah anda memiliki janji bertemu dengan Kolonel Elizabeth sebelum kita kembali ke markas provinsi timur? Cepatlah menemuinya, Kolonel Elizabeth mungkin sudah menunggu anda" ucap Enzo mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Oh, kau benar juga. Baiklah, aku akan menemui Kolonel Elizabeth dulu. Aku akan kembali jika semua urusan telah selesai"
Ryouichi pun berjalan pergi meninggalkan Enzo yang terlihat bernafas lega.
"Syukurlah aku berhasil mengelak dari pertanyaan ketua. Aku harap Kolonel Rose dan juga Natsumi bisa secepatnya berbaikan…" ucap Enzo.
Ryouichi masih dalam perjalanannya menuju ruangan Kolonel Elizabeth dan terlihat sedang berpikir dengan keras.
"Mengapa Rose bertingkah seperti itu? Sungguh jarang aku melihat Rose seperti itu—"
"Oh, Kolonel Ryouichi!"
Lamunan Ryouichi buyar setelah mendengar seseorang menyapa dirinya dari kejauhan.
"Kolonel Elizabeth! Kebetulan, aku hendak menuju ruangan anda untuk mengucapkan perpisahan" Ryouichi berjalan menghampiri Kolonel Elizabeth yang sendirian berjalan di koridor.
"Apa anda sudah mau pergi? Mengapa anda tidak menghabiskan waktu beberapa hari lagi di markas saya? Bukankah anda masih ada waktu hingga misi anda dimulai?" ucap Kolonel Elizabeth mencoba membujuk Ryouichi.
"Haha, sayang sekali aku harus kembali menuju markas timur karena ada beberapa hal yang masih harus kuurus disana" ucap Ryouichi sembari tertawa kecil.
"Begitukah? Sungguh sayang sekali. Omong-omong, Kolonel Ryouichi… Saya mendengar bahwa Kolonel Rose sedang mengandung, saya ucapkan selamat kepada anda dan istri anda" ucap Kolonel Elizabeth dengan wajah bahagia.
"Terima kasih atas ucapan selamat anda, Kolonel Elizabeth. Akan aku sampaikan ucapan anda kepada Rose. Kalau begitu aku akan kembali menuju markasku kembali, terima kasih atas keramahan anda selama pasukanku berada di markas anda. Dan juga maaf jika pasukanku ada berbuat kesalahan kepada anda" ucap Ryouichi sembari mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
"Sama-sama, Kolonel Ryouichi. Justru sayalah yang harus meminta maaf jika ucapan saya selama ini menyinggung perasaan anda dan saya harap kita bisa menjalin hubungan baik sebagai sesama [Guardian]. Dan juga saya akan memperbaiki kesalahan saya dengan meyakinkan petinggi lain untuk menerima anda sebagai pemimpin misi nanti"
Kolonel Elizabeth membalas jabatan tangan Ryouichi dan tersenyum. Setelah pertemuan Ryouichi dan Kolonel Elizabeth, Ryouichi bergegas menuju halaman untuk berkumpul kembali dengan yang lainnya.
"Hoi, apa kalian sudah siap?" seru Ryouichi dari kejauhan sembari melambaikan tangan.
"Ketua, kami sudah siap. Mari kita berangkat sekarang"
Akhirnya pasukan [Saint Wolf] melakukan perjalan untuk kembali menuju markas provinsi timur. Disisi lain Kolonel Ray melakukan perjalanan terpisah dengan mereka karena ada sesuatu yang masih harus dia lakukan. Sementara Hayate terlihat pergi menuju Central dengan menunggangi Leviathan.
"Master, mengapa master terlihat tegang seperti itu? Apakah master sedang memikirkan sesuatu?" tanya Leviathan yang berada dalam bentuk magical beastnya.
"Fiuhhh, aku hanya sedang memikirkan tentang relik yang seharusnya di investigasi oleh Havif. Bahkan orang setingkat dirinya tidak dapat mencari tahu tentang relik itu, aku memperkirakan bahwa relik itu adalah sesuatu yang berada di luar nalar manusia" ucap Hayate sembari menghembuskan asap rokoknya.
"Jadi apa yang akan master lakukan selanjutnya? Apakah master akan melakukan investigasi sendiri? Apakah master akan menyusup lagi ke wilayah demon?" tanya Leviathan penasaran.
"Mungkin saja, tapi akan akan menahan diri untuk itu. Di situasi seperti sekarang, aku tidak bisa sembarangan bertindak tanpa dasar yang jelas"
"Master, apakah kita akan menuju rumah teman master yang bernama Havif itu?"
"Benar, namun sebelum itu aku akan menuju [Great Prison] terlebih dahulu untuk bertemu dengan seseorang yang mungkin masih memiliki informasi terkait relik itu" ucap Hayate.
"Seseorang?" Leviathan merasa bingung dengan perkataan Hayate namun memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan hanya berfokus terbang menuju [Great Prison].
[Great Prison] adalah penjara tingkat atas dengan penjagaan yang sangat ketat dan hanya orang-orang yang memiliki otoritas tertentu yang bisa masuk kedalam penjara ini. Bahkan petinggi atas tidak bisa memasuki penjara ini tanpa otoritas resmi dari Jendral.
[Great Prison] sendiri berisikan kriminal-kriminal tingkat tinggi seperti para mantan petinggi atas yang dulunya mencoba melawan pemerintahan dan juga pembunuh-pembunuh berbahaya yang dapat mengancam stabilitas negara.
"Tolong berhenti, silahkan tunjukkan otoritas anda"
Salah satu penjaga terlihat menghentikan Hayate ketika melihat dirinya yang berjalan menuju gerbang masuk [Great Prison].
"Oi,oi, aku ini adalah Letnan Jendral. Lihatlah pangkat dan kartu identitasku" ucap Hayate sembari menyodorkan kartu pengenalnya kepada penjaga.
Penjaga itu menerima kartu pengenal Hayate dan memeriksanya lalu mengembalikan kartu itu kepada Hayate.
"Maaf, sayang sekali saya masih tidak dapat mengizinkan anda untuk memasuki [Great Prison]. Meskipun pangkat anda hanya satu tingkat dibawah Jendral, namun kami masih tidak bisa membiarkan anda masuk tanpa otoritas resmi" ucap penjaga itu.
Tatapan Hayate menjadi serius dan menakutkan, Hayate mengeluarkan aura besar dan menyeramkan. Penjaga yang melihat hal itu pun menjadi takut namun tetap mencoba untuk menghalangi Hayate untuk masuk.
"Letnan Jendral Hayate, tolong mengertilah bahwa kami hanya menjalankan tugas dan perintah. Bahkan jika anda adalah singa pemerintahan dan bisa membunuh semua penjaga di tempat ini dalam sekejap namun kami akan tetap mempertahankan tempat ini sampai titik darah penghabisan. Ini adalah tugas yang diberikan secara langsung oleh Jendral August kepada kami!" seru salah satu penjaga.
"Kalian tetap berkata seperti itu meskipun kalian tahu bahwa kalian bisa terbunuh olehku?" geram Hayate.
"Cukup! Berhenti sampai disitu!"
Teriakan itu berasal dari dalam gerbang masuk, Hayate melihat sosok yang perlahan berjalan keluar dari gerbang masuk itu.
"Oh, kau bahkan sampai keluar untuk menemuiku seperti itu. Kau sungguh murah hati juga, Brigadir Jendral Steven" ucap Hayate menyeringai.
"Murah hati, pantatmu. Kau tiba-tiba datang kemari dan membuat keributan, apa kau tidak tahu aku sedang membaca manga kesukaanku?! Dasar singa sialan!" teriak Brigadir Jendral Steven menahan kesal dengan urat yang terlihat dikepalanya.
"Kau sebaiknya mencari pasangan nyata daripada hanya tertarik dengan karakter 2D berdada besar itu" ucap Hayate.
"Leona-tan tidak ada hubungannya denganmu, lagipula kenapa kau tidak menunjukkan otoritas resmimu daritadi? Kau memang sengaja membuat masalah denganku, huh?" ucap Brigadir Jendral Steven.
"Hahaha, jangan terlalu kaku seperti itu kepadaku. Bukankah kita adalah kawan lama, Steven?" ucap Hayate.
"Kawan lama, matamu. Kau sungguh ingin aku menendang bokongmu? Cepat tunjukkan otoritasmu kepada penjaga dan masuklah! Aku sudah lama menunggumu"
Brigadir Jendral Steven lalu berbalik badan dan kembali masuk.
"Brigadir Jendral Steven… Salah satu orang yang masuk dalam peringkat 4 prajurit terkuat di kekaisaran, hanya satu tingkat di bawahku. Jika bisa memilih, aku tidak ingin bertarung dengan orang itu" gumam Hayate.
Hayate lalu berjalan pelan menuju penjaga wanita yang tadinya sangat keras menolak kedatangannya, lalu menunjukkan token otoritasnya kepada penjaga itu lalu tersenyum.
"Siapa namamu?" tanya Hayate sebelum melangkahkan kakinya sebelum memasuki gerbang masuk.
"Na-nama saya Nino, pang-pangkat saya adalah Mayor" ucap penjaga wanita itu dengan ragu-ragu.
Hayate menatap penjaga itu dengan tajam untuk beberapa saat lalu tersenyum.
"Aku menyukai dirimu, Mayor Nino" ucap Hayate sembari mendekatkan wajahnya ke penjaga itu.
"A-apa?! Let-Letnan Jendral Hayate, tolong jangan bercanda… Hubungan dengan atasan dan bawahan itu sa-sangat tidak pantas! " ucap penjaga wanita itu dengan wajah terkejut dan tersipu malu.
"Huh? Apa maksudmu? Aku hanya mengatakan aku menyukai kinerjamu sebagai penjaga, kau sangat setia dan bahkan rela mengorbankan diri untuk melawanku meski kau tahu aku bisa membunuhmu kurang dari 10 detik. Kau adalah wanita yang luar biasa" ucap Hayate.
Penjaga wanita itu terlihat menelan ludah dan terdiam beberapa saat.
"Hahaha, tidak perlu setakut itu. Ambillah surat ini, jika suatu saat kau berniat untuk berhenti menjadi penjaga penjara ini maka temuilah aku di mansionku dan tunjukkan surat itu kepada kepala pelayanku, dia sudah tahu apa yang harus dilakukan denganmu. Kalau begitu aku pergi dulu, Nino" ucap Hayate sembari menyerahkan secarik kertas dan tersenyum kepada penjaga wanita itu.
~Kyuuun…
Wajah Mayor Nino memerah menahan malu. Jantungnya menjadi berdebar-debar ketika melihat senyuman Hayate.
Setelah itu Hayate berjalan pergi meninggalkan Mayor Nino yang masih terdiam.
"Ma-Mayor! Apa anda baik-baik saja? Letnan Jendral Hayate itu sungguh tidak tahu malu, langsung menggoda seorang wanita seperti itu…Huh? Mayor?" salah satu penjaga menghampiri Mayor Nino dan melihat Mayor Nino yang hanya termenung.
"Letnan Jendral Hayate kah? Dia lumayan tampan, aku tidak membencinya" gumam Mayor Nino dengan wajah yang masih memerah.
"Hah?" ucap penjaga itu dengan wajah heran.
Setelah Hayate masuk, dirinya langsung melihat sel penjara yang masing–masing dari sel itu dijaga oleh dua orang prajurit dengan senjata roh tingkat rendah.
"Seperti biasanya, penjara ini sangat ketat… Yo, Steven!"
"Jangan berteriak seperti itu, bukankah kau ingin bertemu dengan seseorang? Cepatlah temui orang itu dan pergi dari tempat ini" ucap Steven dengan ketus.
"Sayangnya aku tidak tahu dimana letak sel penjara orang itu, maukah kau berbaik hati dan memanduku?" ucap Hayate.
"Cih, membuang waktuku saja. Cepatlah ikuti aku"
Hayate lalu mengikuti Steven tanpa banyak bicara. Selama mengikuti Steven, Hayate melihat para penghuni sel yang dimana semua dari mereka memakai semacam kalung pengekang dileher mereka. Kalung itu berfungsi untuk menghilangkan kekuatan sihir mereka dan mustahil untuk melepaskan kalung itu tanpa token otoritas.
"Steven, kulihat kau sangat nyaman menjadi kepala penjara ini. Apa kau tidak ada keinginan untuk melepas jabatanmu di sini dan bertarung melawan demon lagi di luar sana?" tanya Hayate.
"Jabatanku di tempat ini bukanlah urusanmu, lagipula di luar sana hanya memerlukan satu singa. Apakah kau tidak takut jika diluar sana aku menjadi singa kedua dan melengserkan posisimu sebagai singa nomor satu?"
"Hahaha, kau benar juga. Lagipula aku tidak ingin membunuh teman-teman terdekatku lagi…" ucap Hayate dengan lirih.
"Cih, apa kau masih menyalahkan dirimu atas kematian Lily? Buka matamu dan berpikirlah dengan jernih. Terbunuh saat menjalankan tugas sudah menjadi resiko sejak kau memutuskan untuk menjadi prajurit. Namun bukan berarti aku tidak memiliki hati dan tidak sedih jika salah satu rekanku mati. Hal itu juga berlaku untukmu, jadi berusahalah untuk tidak mati diluar sana dan membuatku melakukan hal yang merepotkan seperti menaruh bunga di makammu" ucap Steve.
"Steve… Kau itu sungguh pria tsundere ya?"
"Sialan! Setelah aku mengatakan semua hal itu kepadamu, kau malah mengejekku seperti itu… Kita sudah sampai, kau memiliki waktu 10 menit untuk berbincang dengannya. Untuk masalah keamanan aku tidak mempermasalahkannya, lagipula jika terjadi sesuatu kaulah yang akan membereskannya" ucap Steve lalu pergi setelah membuka pintu ruangan sel itu.
Hayate berjalan masuk kedalam ruangan sel itu dan memasang wajah serius.
"Sudah lama tidak bertemu, Kolonel Erik" ucap Hayate.
Kolonel Erik mengangkat wajahnya dan melihat kearah Hayate. Rambutnya terlihat sudah agak memanjang dan kumis serta jenggotnya yang tumbuh dengan lebat.
"Oh, Letnan Jendral Hayate. Ini adalah kunjungan anda pertama kali kesini, ada tujuan apa anda kemari? Tentu bukan hanya untuk melihat kondisi pria tua yang menyedihkan ini, kan?" ucap Kolonel Erik.
Hayate lalu duduk berseberangan dengan Kolonel Erik dan menawarkannya rokok.
"Ada sesuatu yang hendak aku tanyakan kepadamu, Kolonel Erik" ucap Hayate.
Kolonel Erik menerima rokok yang diberikan oleh Hayate dan tersenyum.
"Dan masalah kecil apa yang hendak ditanyakan oleh singa pemerintahan? Apakah tentang relik itu? Tapi maaf, aku sudah memberitahu segala yang kuketahui tentang relik itu saat interogasi. Kau tahu aku tidak bisa berbohong saat interogasi, bukan? Lagipula mereka memakai alat yang membuatmu tidak bisa berbohong dan harus menjawab seluruh pertanyaan mereka tanpa terkecuali" ucap Kolonel Erik.
"Aku tahu, berdasarkan jawaban darimu tentang relik itu akupun melakukan investigasi sendiri dengan membaca seluruh buku kuno yang berkaitan dengan relik seperti itu. Namun hasilnya nihil… Jadi bisakah kau membantuku?" ucap Hayate.
"Bukankah sudah kukatakan sebelumnya kepada anda? Aku sudah tidak tahu apa-apa lagi mengenai relik itu, tapi kena—"
"Aku tidak kesini untuk bertanya lagi kepadamu tentang relik itu, aku kesini untuk merekrutmu" ucap Hayate.
Kolonel Erik sangat terkejut dengan ucapan Hayate dan tertawa keras.
"Tolong jangan bercanda dengan pria tua ini. Karir saya di militer sudah hancur, lagipula memangnya apa yang anda inginkan dari pria tua ini sampai anda bersikeras merekrut saya?" ucap Kolonel Erik.
"Aku ingin kau menjadi bagian dari tim investigasi yang di pimpin oleh Ryouichi nantinya. Ryouichi akan memimpin sebuah misi yang sangat beresiko untuk mencari tahu tentang relik kuno di reruntuhan peradaban lama" ucap Hayate.
Kolonel Erik tersentak dan langsung berdiri.
"Reruntuhan peradaban lama? Tolong jangan bercanda, Letnan Jendral Hayate. Tidak perduli betapa kuatnya pasukan yang di pimpin oleh Ryouichi, reruntuhan itu sangatlah berbahaya! Aku bahkan sampai kehilangan 100 prajurit terbaikku di reruntuhan itu hanya untuk mengambil relik itu" ucap Kolonel Erik.
"Oleh karena itulah, aku membutuhkan orang yang sudah paham dengan kondisi di reruntuhan peradaban lama itu. Jika kau setuju, maka aku sendiri yang akan meminta Jendral untuk meringankan hukumanmu. Jika tidak salah, hukumanmu adalah hukuman mati bukan?" ucap Hayate.
"Lupakan tentang itu, Letnan Jendral Hayate. Aku tidak akan kembali ke reruntuhan itu dan mengorbankan nyawaku, jika kau sudah selesai dengan pembicaraan ini maka kau bisa pergi" ucap Kolonel Erik.
"Meskipun itu artinya kau akan mati tanpa melihat putramu untuk terakhir kalinya?" tanya Hayate.
Kolonel Erik lalu berbalik dan menatap Hayate.
"Darimana kau tahu tentang hal itu? Aku tidak pernah memberitahukan hal itu kepada siapapun termasuk Letnan Satu Shizu" ucap Kolonel Erik.
"Kau terlalu meremehkanku, Kolonel Erik. Kau pikir aku tidak mengetahui hal itu? Aku memiliki informasi yang cukup untuk tahu tentang siapa sebenarnya putramu itu" ucap Hayate.
"Aku tidak pantas bertemu dengannya, aku juga ragu dia akan menerima kenyataan jika dia tahu bahwa aku adalah ayahnya" ucap Kolonel Erik.
Hayate lalu berdiri lalu melangkah keluar dari ruangan sel itu.
"Dia… Chloe sudah tahu bahwa kau adalah ayahnya. Dan dia juga memintaku untuk membawamu keluar dari sini dan bertemu dengannya untuk menjelaskan semuanya. Aku memberimu waktu hingga esok untuk menentukan jawabanmu, walaupun sebenarnya aku sudah tahu jawaban apa yang akan kau berikan kepadaku nantinya. Sampai berjumpa lagi, Kolonel Erik" ucap Hayate.
Hayate lalu pergi meninggalkan Kolonel Erik dan pergi menemui Brigadir Jendral Steve.
"Steve, aku akan kembali ke Central. Jika Kolonel Erik memutuskan untuk setuju dengan permintaanku, aku minta kau langsung menghubungiku. 40 persen keberhasilan dari misi nanti bergantung pada jawaban yang akan diberikan oleh Kolonel Erik" ucap Hayate.
Brigadir Jendral Steve hanya menghela nafas dan menggaruk kepalanya.
"Tentu, aku akan langsung mengabarimu. Cepatlah pergi dari sini, aku sudah menahan kesal melihat wajahmu daritadi" ucap Steve.
"Kalau begitu, sampai berjumpa lagi"
Hayate lalu pergi dari [Great Prison] menunggangi Leviathan dan langsung menuju Central untuk bertemu dengan Mayor Jendral Havif untuk mendiskusikan kembali tentang misi investigasi relik kuno itu.