Divine_Gate

Chapter 112 : Ujian [True Insignia] Kolonel Ray Part 2



Chapter 112 : Ujian [True Insignia] Kolonel Ray Part 2

2"Sudah lama rasanya semenjak aku ada di dimensi roh senjata milikku sendiri…" ucap Kolonel Ray sembari melihat kesana kemari.     

Sejauh dan selama apapun Kolonel Ray melihat, hanya ada dunia berwarna putih tanpa adanya objek lain. Dunia roh yang dia kunjungi sangat sepi tanpa adanya suara apapun, bahkan karena terlalu sunyi, Kolonel Ray dapat mendengar detak jantungnya yang terdengar sangat jelas.     

"Jadi, ada apa kau kesini? Sudah lama sekali sejak anda kemari, tuanku" ucap sosok pria muda dengan baju yukata berwarna hitam dengan ornamen naga berwarna biru yang berdiri dibelakang dirinya.     

Kolonel Ray pun perlahan memalingkan wajahnya kearah sosok pria itu dan tersenyum.     

"Sungguh curang sekali, bahkan senjata rohku sampai meminjam wajah itu untuk diperlihatkan kepadaku" ucap Kolonel Ray.     

Sosok itu tidak lain adalah wajah Kolonel Ryota saat masih muda ketika baru bergabung dengan pasukan [The Saviour].     

"Hahaha, tidak perlu bersedih seperti itu wahai tuanku. Bukankah aku pernah berkata padamu, bahwa aku tidak mempunyai wajah untuk diperlihatkan, dan karena itulah aku meminjam wajah dari orang-orang terdekat anda dan yang paling ingin anda temui saat ini"     

Kolonel Ray lalu berdiri dengan tegap dan menatap sosok roh senjata miliknya dengan tatapan penuh kesedihan.     

"Bukankah kau sendiri sudah tahu tujuanku kemari? Aku kemari karena ingin mengklaim [True Insignia]"     

Sosok itu diam tanpa berkata sepatah kata apapun dan perlahan berbalik badan meninggalkan Kolonel Ray.     

"Tunggu! Mau kemana kau? Berhenti sekarang juga!" teriak Kolonel Ray.     

Sosok itu menghentikan langkahnya.     

"Menyerahlah, dengan kondisi mu saat ini sangatlah mustahil bagimu untuk mengklaim [True Insignia]. Kembalilah ketika kau sudah memiliki cukup persiapan"     

"Aku sudah memiliki cukup persiapan! Aku rela melakukan segalanya untuk mendapatkan [True Insignia]!" teriak Kolonel Ray putus asa.     

"Dirimu tidaklah sekuat orang yang bernama Ryota itu, dibandingkan dengannya… Kau hanyalah seekor semut. Aku harap kau tidak lupa alasan ku menjadi senjata rohmu pada saat itu dan mengakuimu sebagai pemilikku"     

Kolonel Ray terdiam dan mengepalkan tangannya.     

"A-Aku memang tidak bisa sekuat Ryota, aku juga tidak bisa seramah dan sebijaksana Ayumi, dan aku juga tidak bisa seperti Megumi yang selalu menaruh perhatian kepadaku bahkan disaat diriku mengabaikannya. Aku tidak ingin menjadi seperti mereka, aku hanya ingin menjadi diriku sendiri yang dapat menerima diriku apa adanya. Tidak perduli seberapa buruk dan lemahnya diriku, aku hanya ingin berdiri dengan kedua kakiku sendiri dan karena itulah aku kemari dengan alasan ingin menebus kesalahanku dan memperbaiki segalanya" ucap Kolonel Ray.     

"Apa kau rela mengorbankan segalanya demi [True Insignia] yang sangat ingin kau dapatkan itu?"     

Kolonel Ray memantapkan hatinya dan dengan lantang berteriak.     

"Aku siap!"     

Sosok senjata roh itupun menjentikkan jarinya, tidak beberapa lama dihadapan Kolonel Ray ada ratusan kloning dari Kolonel Ryota. Kolonel Ray pun tertegun, dan dengan cepat memahami arti dari semua itu.     

"Kau sungguh tidak ingin tuanmu ini mendapatkan [True Insignia] bukan? Ujian ini bahkan bisa membuatku kehilangan nyawa" ucap Kolonel Ray.     

"Jangan salah sangka kepadaku dulu, tuanku. Aku tidak dapat memperingan ujian untuk mendapatkan [True Insignia], bahkan dari beberapa tuanku sebelumnya hanya beberapa dari mereka yang bisa mendapat [True Insignia]"     

Kolonel Ray pun mengeluarkan aura yang sangat besar dan bersiap untuk melawan ratusan kloning dari Kolonel Ryota.     

"Jika itu memang satu-satunya jalan, maka aku akan terima ujian ini dengan senang hati!" teriak Kolonel Ray dengan senyuman puas.     

Kolonel Ray mulai bertarung dengan ratusan kloning Kolonel Ryota selama berbulan-bulan tanpa henti. Tidak terhitung jumlah luka yang diterima Kolonel Ray dari pertarungan tersebut, Kolonel Ray hanya fokus untuk menyelesaikan ujian itu. Hingga pada suatu waktu ketika melawan kloning Kolonel Ryota yang ke 200, Kolonel Ray kehilangan kaki kirinya dan satu tangan kanannya.     

"Sialan, jadi begitukah cara kerja kloning Ryota… Semakin banyak kloning Ryota yang kukalahkan, maka akan ada lagi kloning yang lebih kuat dibanding sebelumnya" gumam Kolonel Ray dalam hatinya.     

"Menyerahlah, tuanku. Anda sudah menghabiskan waktu selama 4 bulan di dimensi ini untuk melawan para kloning itu, aku sungguh terkesan padamu yang bahkan masih bisa berdiri meskipun staminamu sudah hampir habis serta sudah kehilangan kaki dan tanganmu" ucap sosok senjata roh milik Kolonel Ray dari kejauhan.     

Tubuh Kolonel Ray sudah terlihat lemas dan rambutnya tampak berantakan. Penglihatan miliknya sudah beberapa kali memudar, namun Kolonel Ray menyadarkan dirinya sendiri beberapa kali dengan menancapkan pecahan besi ke pahanya.     

"Selama salah satu tanganku masih bisa mengayunkan senjata dan satu kakiku ini masih bisa menopang diriku, aku akan tetap menyelesaikan ujian ini"     

Sosok senjata roh Kolonel Ray pun tertegun heran, dirinya bertanya-tanya dalam hati mengapa ada manusia seperti Kolonel Ray yang begitu gigih untuk menyelesaikan ujian ini tanpa memperdulikan kondisi dirinya sendiri.     

"Jika anda mati disini, maka anda akan mati juga di dunia nyata. Jadi tolong berhentilah, jika anda mati maka itu berarti saya yang harus mengambil alih tubuh anda sesuai dengan kontrak jiwa" ucap sosok senjata roh milik Kolonel Ray dengan raut wajah khawatir.     

Kolonel Ray berjalan terseok-seok untuk melawan kloning Ryota yang jumlahnya sudah hampir mencapai 250 kloning hingga akhirnya dirinya tumbang.     

"Sudah kuduga, anda tidak bisa menyelesaikan ujian ini… Maaf sebelumnya, tapi sesuai kesepakatan saya harus mengambil alih tubuh anda"     

Sosok senjata roh itu berjalan mendekati Kolonel Ray, namun dirinya berhenti saat merasakan aura membunuh yang sangat besar didekatnya.     

"Jangan berani melangkahkan kakimu lebih dari itu. Jika kau berani melangkahkan kakimu lebih dari itu, aku akan menjamin kau akan menyesalinya"     

"Siapa dirimu? Kau bahkan bisa masuk ke dimensi ini dengan mudah. Tidak seharusnya orang lain bisa masuk ke dimensi milikku"     

Seorang pria paruh baya mendekati Kolonel Ray yang sudah terbaring tidak berdaya.     

"Dasar anak bodoh, aku memang tahu kau adalah orang yang ceroboh. Namun aku tidak menyangka tekadmu sampai seperti ini, maafkan ayah yang terlambat kemari"     

Sosok itu tidak lain adalah Brigadir Jendral Ivan, ayah dari Kolonel Ray.     

"Aku sudah mendengar bahwa anakku yang bodoh ini sangat terpukul karena kematian salah satu rekan prajuritnya yang mati saat penyerbuan demon. Sifatmu sungguh sama dengan ibumu yang keras kepala, Ray" ucap Brigadir Jendral Ivan.     

Sosok senjata roh milik Kolonel Ray pun memerintahkan sisa dari kloning Kolonel Ryota untuk menyerang Brigadir Jendral Ivan.     

"Sudah kubilang, jangan bertindak bodoh!" seru Brigadir Jendral Ivan dengan wajah penuh amarah.     

Brigadir Jendral Ivan mengeluarkan aura yang sangat besar yang bahkan bisa dengan mudah melenyapkan sisa dari Kloning Kolonel Ryota.     

"Mustahil, orang ini sangat kuat. Siapa dirinya sebenarnya?" sosok senjata roh itu sangat terkejut dengan apa yang dia lihat.     

"Aku sudah cukup melihat tekad dari anakku yang bodoh ini, aku akan membawanya keluar dari dimensi ini. Silahkan jika kau ingin menghentikanku, namun aku pasti akan membunuhmu"     

Brigadir Jendral Ivan langsung membopong Kolonel Ray dan bersiap untuk keluar dari dimensi roh. Namun sebotol kaca berisikan darah milik sosok bertopeng terjatuh dari kantung baju Kolonel Ray. Melihat hal itu, sosok senjata roh Kolonel Ray langsung tersenyum dan tertawa keras.     

"Hebat! Sungguh tidak disangka! Tuanku bahkan bisa berteman dengan salah satu makhluk surgawi yang pernah mengobrak-abrik surga! Baiklah, aku akan memberikan [True Insignia] kepada mu, Ray!"     

Bersamaan dengan ucapan dari sosok senjata roh itu, Brigadir Jendral Ivan sudah menghilang bersama dengan Kolonel Ray.     

"…Ray…"     

"Kolonel Ray!"     

Kolonel Ray tersadar dari tidurnya dan terlihat banyak prajurit dari provinsi selatan mengerumuninya. Dirinya terbangun di tempat dimana dirinya pertama kali bertemu dengan sosok bertopeng.     

Kolonel Ray mencoba duduk dan teringat dengan seluruh ujian yang dia hadapi saat berada di dimensi roh miliknya. Dengan gelisah, dirinya melihat tanda [Insignia] yang berada di dada miliknya dan menyadari bahwa dirinya gagal mendapat [True Insignia].     

"Ja-jadi aku gagal ya… Maafkan aku, Megumi… Bahkan aku yang sudah dengan sombongnya berkata akan mendapat [True Insignia] dan menghidupkan dirimu kembali… Sungguh tidak adil. Dunia ini sungguh tidak adil"     

Kolonel Ray menangis dengan mengepalkan tangannya ke wajahnya. Seluruh prajurit miliknya yang berada di tempat itu bingung dengan sikap Kolonel Ray, hingga dirinya mendengar sebuah mobil jeep yang melaju dan berhenti tepat di depan dirinya.     

Dari dalam mobil jeep itu muncul seorang wanita yang langsung berlari kearah Kolonel Ray.     

"Me-megumi?"     

Sorot mata Kolonel Ray mengatakan bahwa dirinya tidak percaya bahwa wanita yang seharusnya sudah mati karena kesalahannya sendiri malah berada tepat dihadapannya.     

"Kolonel Ray, mengapa anda terlihat berantakan seperti ini? Dari mana asalnya darah yang ada di baju anda? Apakah anda terluka parah? Maafkan saya yang terlambat kema…"     

Ucapan dari Mayor Megumi terhenti tepat saat Kolonel Ray memeluknya dengan erat.     

"Apakah ini semua mimpi? Aku tidak peduli walaupun ini semua adalah mimpi… Aku minta maaf karena telah gagal melindungimu, Megumi" ucap Kolonel Ray dengan isak tangis yang tak terbendung lagi.     

Kolonel Ray merasakan ada sebuah tangan hangat yang membelai kepalanya dan menyadari bahwa semua yang berada dihadapannya bukanlah sebuah mimpi.     

"Saya tidak terlalu mengerti apa yang terjadi dengan anda, tapi tampaknya anda sudah berjuang dengan sangat keras, bukan?" tanya Mayor Megumi dengan senyuman.     

"A-aku berusaha sekuat tenaga ku untuk meraih segalanya, namun aku gagal. Aku mengira bahwa aku tidak bisa bertemu denganmu lagi"     

Kolonel Ray jatuh terduduk dan Mayor Megumi berusaha untuk menenangkan dirinya. Mayor Megumi memberi isyarat kepada seluruh prajurit provinsi selatan yang berada ditempat itu untuk pergi dari tempat itu meninggalkan mereka berdua.     

Melihat isyarat dari Mayor Megumi, para prajurit pun langsung meninggalkan tempat itu dan menjauh dari mereka.     

Kolonel Ray mulai menceritakan seluruh kejadian yang dia alami kepada Mayor Megumi.     

"Anda sudah berjuang sangat keras, Kolonel Ray. Jika anda membutuhkan apapun, saya akan selalu berada di samping anda" ucap Mayor Megumi sembari menidurkan Kolonel Ray di pangkuannya.     

"Bagaimana dengan dirimu, Megumi? Kau tidak akan bilang bahwa kau tiba-tiba bangkit dari kematian hanya seperti itu saja bukan?" tanya Kolonel Ray.     

Mayor Megumi tersentak untuk sesaat namun dirinya perlahan tersenyum.     

"Tampaknya ada seseorang yang sangat saya kenal, meraih tangan saya dari kegelapan dan tiba-tiba saja saya terbangun seperti bangun dari mimpi yang sangat panjang. Satu-satunya hal yang ingin saya lakukan adalah bertemu dengan anda dan memberitahu anda bahwa saya masih hidup"     

Kolonel Ray tertegun dan bangkit dari pangkuan Mayor Megumi.     

"Apakah orang itu bertopeng?"     

"Siapa yang tahu?" canda Mayor Megumi.     

Meskipun Mayor Megumi tidak mengatakan siapa yang menyelamatkan dirinya, namun Kolonel Ray sangat yakin bahwa yang menyelamatkan Mayor Megumi adalah sosok bertopeng yang dia temui sebelumnya.     

Dari kejauhan, sosok bertopeng yang ditemani seseorang terlihat memperhatikan Mayor Megumi dan Kolonel Ray yang tengah berbincang akrab.     

"Kau sudah sangat membantu kehidupan di dunia ini, apa kau sangat ingin menyelamatkan dunia ini?"     

Sosok yang berada di samping sosok bertopeng itu bertanya sembari membakar rokoknya.     

"Aku hanya ingin membalas jasa-jasa dari orang-orang yang dulu mengorbankan nyawa demiku, tidak lebih dari itu…" ucap sosok bertopeng itu.     

"Dasar pembohong, kau pikir aku tidak tahu bahwa kau sampai jauh-jauh berkunjung ke Underworld dan mengalahkan Kaisar Dunia Bawah Hades hanya untuk meminta mengembalikan nyawa gadis itu"     

"Berhentilah menyindirku seperti itu, Brigadir Jendral Ivan. Bukankah kau juga sama? Kau bahkan masuk ke dimensi roh anakmu untuk menyelamatkannya"     

"Sepertinya cukup pembicaraan kita kali ini, aku harap kau tidak bertindak melampaui batas nantinya hanya untuk membalaskan dendammu pada dunia ini"     

Brigadir Jendral Ivan pun menyadari bahwa sosok bertopeng itu sudah menghilang tanpa jejak meninggalkan dirinya.     

"Lihat bukan? Kau masih sama dengan dirimu yang lain saat ini, keras kepala namun lembut dan tahu balas budi. Aku mendoakan dirimu semoga kau bisa mencapai tujuanmu, […..]"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.