Chapter 84 : Kembali menjadi diri yang lama
Chapter 84 : Kembali menjadi diri yang lama
"Sa-saya juga tidak dapat berkata apa-apa…" ucap Letnan Satu Shizu.
Mereka berdua pun bertatapan satu sama lain lalu pergi dari tempat itu dan kembali menuju yang lainnya. Terlihat seluruh pasukan gabungan yang di pimpin Ryouichi telah siap untuk kembali, Ryouichi pun mengumpulkan mereka.
"Baiklah, misi kita sudah selesai. Kita sudah menangkap Kolonel Erik, dan juga terima kasih kepada Letnan Jendral Hayate yang telah membantu misi ini" ucap Ryouichi.
Hayate terlihat hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan. Terlihat ekspresi dari pasukan lain yang nampak tidak bersemangat.
"Kenapa kalian lesu seperti itu? Mari kita cepat kembali ke markas Central" ucap Ryouichi.
Setelah itu, Ryouichi dan yang lainnya memasuki mobil jeep. Terlihat Hayate yang menaiki punggung dari Leviathan.
"Paman Hayate, apakah paman tidak ikut dengan kami?" tanya Akari heran.
"Tidak. Aku akan pergi sendirian, lagipula aku masih memiliki sesuatu untuk dilakukan" ucap Hayate.
"Baiklah, paman Hayate. Berhati-hatilah, dan juga Akari akan mengunjungi rumah paman nantinya" ucap Akari sembari melambaikan tangannya.
"Jika kau ingin kerumah, jangan lupa bawa kekasihmu itu. Kalau begitu selamat tinggal" ucap Hayate.
Hayate lalu terbang bersama dengan Leviathan pergi meninggalkan mereka, mereka pun berangkat menuju bibir pantai. Sesampainya mereka disana, mereka menaiki kapal dan langsung berlayar kembali menuju pelabuhan.
Ryouichi terlihat sedang berdiri di luar kapal dan memandangi langit, angin kencang pun berhembus menerpa wajahnya. Enzo yang melihat hal itupun mendekati Ryouichi.
"Ketua, apa anda baik-baik saja sekarang?" ucap Enzo.
"Ah, Enzo. Aku baik-baik saja sekarang, kenapa kau menanya—" ucapan Ryouichi terhenti ketika melihat Aiko berlari kearahnya.
"Papa!" seru Aiko.
Ryouichi pun tersenyum dan menggendong Aiko dengan lembut.
"Ada apa Aiko?" tanya Ryouichi.
"Papa, apakah papa dan mama sedang ada masalah? Kenapa papa dan mama tidak mengobrol seperti biasanya?" tanya Aiko dengan wajah polosnya.
"Ah, tidak. Papa hanya sedang—" ucapan Ryouichi terhenti setelah mendengar suara Rose.
"Aiko, kamu dimana? Ah…" ucap Rose.
Rose pun berpandangan dengan Ryouichi, Enzo yang melihat hal itupun menjadi khawatir.
"Mama!" seru Aiko.
Ryouichi lalu menurunkan Aiko. Aiko pun berlari menuju Rose dan memeluknya.
"Apa yang sedang kau lakukan Aiko? Mama mencarimu kemana-mana" ucap Rose.
Aiko pun menunjuk kearah Ryouichi.
"Aiko tadi bersama dengan papa" ucap Aiko.
Ryouichi lalu berjalan mendekati Rose dan mencoba untuk berbicara dengannya.
"Rose, aku—" ucap Ryouichi.
Rose menatap Ryouichi dengan tajam dan menggendong Aiko.
"Apa yang ingin kau bicarakan? Aku tidak ada waktu untukmu" ucap Rose dengan ketus.
Ryouichi pun menggigit bibir bawahnya lalu tersenyum terpaksa.
"Tidak ada apa-apa, maaf sudah menganggu waktumu" ucap Ryouichi lirih.
Rose pun berbalik badan dan hendak pergi, namun dirinya menghentikan langkahnya.
"Jangan pernah berbicara denganku, dan juga jangan menyentuh Aiko lagi dengan tanganmu itu" ucap Rose dingin.
Rose lalu pergi, Enzo yang daritadi menahan kesalnya pun berusaha untuk mengejar Rose namun Ryouichi menghentikan Enzo.
"Enzo, berhentilah. Kau tidak perlu mengejarnya, entah mengapa dalam ingatannya dia tidak lagi mencintaiku. Yang ada dalam ingatannya adalah aku adalah orang yang paling menjijikkan dan paling dibenci olehnya" ucap Ryouichi.
"Ketua! Berhentilah bersikap seperti itu, apakah anda akan merelakan segalanya tentang Kolonel Rose? Apa anda bahagia dengan semua itu?" ucap Enzo.
"Kau pikir aku bahagia dengan semua ini? Aku sangat menderita, Enzo!" teriak Ryouichi.
"Lalu kenapa? Bukankah kita masih bisa mencari jalan lain untuk mengembalikan ingatan Kolonel Rose tentang anda?" ucap Enzo mencoba untuk meyakinkan Ryouichi.
"Aku sudah lelah, Enzo. Aku lelah dengan semua ini, aku hanya ingin beristirahat dengan tenang" ucap Ryouichi.
Ryouichi lalu meninggalkan Enzo yang masih tidak paham dengan jawaban Ryouichi.
"Ketua!" teriak Enzo putus asa.
Setelah kejadian itu, terlihat jarak yang terlihat jelas antara Ryouichi dan juga Rose. Terlihat ketika mereka makan bersama, Rose selalu tidak mau ikut makan jika ada Ryouichi. Ryouichi yang melihat hal itupun mengalah dan memutuskan untuk tidak ikut makan bersama dengan mereka. Dirinya hanya menghabiskan sebagian besar waktunya bersama dengan Reina di kamarnya.
"Master, Reina membawa makanan untuk master" ucap Reina.
Terlihat Ryouichi menutup dirinya dan hanya berbaring di kasurnya.
"Terima kasih, Reina" ucap Ryouichi lirih.
"Master, sebentar lagi kita akan sampai di pelabuhan. Sebaiknya master bersiap-siap, yah?" ucap Reina.
"…"
Ryouichi tidak menjawab Reina.
"Ka-kalau begitu, Reina akan keluar dulu" ucap Reina.
Reina pun keluar dari kamar Ryouichi, terlihat seluruh pasukan [Saint Wolf] lainnya sedang menunggu diluar.
"Bagaimana dengan keadaan ketua?" tanya Enzo.
Reina pun menggelengkan kepalanya.
"Master masih mengurung dirinya didalam kamarnya…" ucap Reina sedih.
"Mung-mungkin ketua akan kembali menjadi seperti biasa jika aku berbicara dengannya?" ucap Akari.
"Tidak perlu, Akari. Kesedihan yang dialami ketua kali ini berbeda, kita hanya perlu memberikan dia waktu" ucap Natsumi.
"Waktu? Mau sampai kapan kita memberikan dia waktu?" tanya Enzo kesal.
"Enzo, tenanglah" ucap Akari.
Suasana diantara mereka pun menjadi tegang.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Rose yang tiba-tiba melewati koridor kapal.
Enzo yang melihat Rose pun berjalan kearah Rose.
"A-ada apa denganmu, Enzo?" tanya Rose bingung.
"Tidak, aku hanya sedang melihat jalang yang bernama Rose yang sudah membuat ketua bersedih" ucap Enzo dengan nada mengejek.
"Ja-jalang? Kau pikir kau sedang berbicara dengan siapa? Aku adalah Kolonel, aku bisa memberikanmu hukuman karena tidak patuh dan berbicara kasar kepada atasan" ucap Rose dengan nada ancaman.
"Hukuman? Silahkan kau berikan aku hukuman, lagipula apakah kau memang bisa? Pasukan [Saint Wolf] adalah pasukan khusus yang tidak terikat dengan perintah orang lain selain ketua Ryouichi. Jadi sia-sia saja bagimu untuk berbicara seperti itu" ucap Enzo.
"Lagi-lagi tentang pria menyedihkan itu. Aku penasaran kenapa kau sangat menyanjung pria menyedihkan itu, lagipula—" ucapan Rose terhenti setelah Natsumi menamparnya dengan keras.
"Aku tidak akan membiarkanmu berbicara hal yang merendahkan ketua Ryouichi. Kau bukanlah Kolonel Rose yang kami kenal lagi, kau hanyalah perempuan yang kasar dan tidak tahu tata krama" ucap Natsumi.
"Ka-kau!" seru Rose.
"Ada apa dengan keributan ini?" tanya Kolonel Ray yang menghampiri mereka.
"Tidak ada masalah apa-apa, Kolonel Ray. Kami hanya sedang terganggu oleh kehadiran perempuan ini yang suka mencari masalah dengan kami" ucap Natsumi.
"Kalian semua tenanglah, kita sebentar lagi sampai di pelabuhan. Dan untukmu Rose, bisakah kau tenang dan tidak membuat masalah dengan pasukan Ryouichi?" ucap Kolonel Ray.
"Jadi, kau juga memihak mereka? Terserahlah, lagipula aku juga berniat untuk pergi dari sini" ucap Rose lalu pergi meninggalkan mereka.
Kolonel Ray pun menghela nafas dan mengalihkan pandangannya kepada Natsumi.
"Dan untukmu, Natsumi. Kenapa kau menampar Rose? Dia masih bisa dibilang atasan kalian, meskipun kalian memang tidak terikat oleh perintah dari orang lain selain ketua kalian namun setidaknya kalian masih harus menghormati Rose sebagai [Guardian]" ucap Kolonel Ray.
"Untuk apa aku menghormati dirinya? Dia bukan lagi Kolonel Rose yang kami kenal, dia seperti menjadi orang lain" ucap Natsumi.
"Kau benar, kepribadian Rose kembali menjadi sewaktu dirinya belum mengenal Ryouichi. Namun aku yakin kita masih bisa mengembalikan ingatannya" ucap Kolonel Ray.
Tiba-tiba salah satu prajurit Dark-Moon menghampiri mereka.
"Kolonel Ray, kita sudah sampai dipelabuhan. Dan juga jendral beserta pasukan pribadinya sudah menunggu kita" ucap prajurit itu.
"Baiklah, kalian semua bersiaplah dan juga beritahu Ryouichi untuk segera bersiap" ucap Kolonel Ray.
Kolonel Ray lalu pergi meninggalkan pasukan [Saint Wolf]. Di pelabuhan itu, Jendral dan beberapa prajurit menunggu kedatangan pasukan gabungan Ryouichi.