Divine_Gate

Chapter 85 : Selamat tinggal Ryouichi



Chapter 85 : Selamat tinggal Ryouichi

0"Jendral, nampaknya mereka sudah sampai" ucap salah satu prajurit sembari menunjuk ke arah kapal Regu Ryouichi.     

"Bagus, nampaknya mereka telah berhasil menangkap Kolonel Erik. Aku harus mempersiapkan hadiah bagi mereka semua" ucap Jendral antusias dan dengan wajah gembira.     

Jendral pun melihat Kolonel Ray dan juga pasukan Ryouichi yang turun dari kapal itu sembari membawa Kolonel Erik.     

"Jendral, maaf membuat anda menunggu terlalu lama. Saya tidak tahu bahwa anda akan menunggu kami seperti ini" ucap Kolonel Ray sembari memberi hormat.     

"Hahaha, tidak apa-apa. Aku memang tidak memberitahukan hal ini kepada kalian karena aku ingin membuat kejutan, lalu dimana Ryouichi dan Rose? Aku tidak sabar bertemu dengan mereka dan juga cucuku" ucap Jendral.     

"Me-mereka…" ucap Kolonel Ray.     

"Ada apa dengan mereka?" tanya Jendral heran.     

Ryouichi pun terlihat turun dari kapal itu dengan wajah suram.     

"Ah, itu dia orang yang sudah kutunggu-tunggu" ucap Jendral senang.     

Ryouichi lalu menghampiri Jendral.     

"Maaf membuat anda menunggu terlalu lama, Jendral. Kami sudah menyelesaikan misi kami" ucap Ryouichi sembari memberi hormat kepada Jendral.     

"Tidak apa-apa, Ryouichi. Lalu dimana Rose dan juga Aiko? Aku sangat rindu kepada mereka" ucap Jendral.     

"Mereka berdua masih berada didalam kapal, mungkin sebentar lagi mereka akan keluar" ucap Ryouichi.     

"Begitukah? Baiklah kalau begitu, bagaimana hubunganmu dengan Rose? Apakah kalian akan memberikanku cucu baru lagi? Hahaha" ucap jendral sembari tertawa.     

Ryouichi hanya tersenyum kecut. Tidak lama kemudian, Rose turun dari kapal sembari menggendong Aiko.     

"Kakek!" seru Aiko.     

"Aiko! Cucuku tersayang" ucap Jendral sembari melambaikan tangan.     

Rose dan Aiko pun berjalan menghampiri Jendral.     

"Ayah, Rose kembali" ucap Rose.     

"Kerja bagus Rose, lalu bagaimana hubunganmu dengan Ryouichi? Apakah kalian bertambah mesra? Hahaha" ucap Jendral.     

"Ryouichi? Ah, apakah yang ayah maksud adalah pria menyedihkan itu?" ucap Rose sembari menunjuk kearah Ryouichi.     

Ekspresi wajah Jendral pun berubah.     

"Rose, apa maksudmu? Kenapa kau berkata kasar tentang suamimu?" ucap Jendral.     

"Kenapa kalian semua menyebut dirinya sebagai suamiku? Aku sudah lelah dengan semua ucapan itu, aku akan pergi duluan ke markas Central" ucap Rose sembari memberikan Aiko kepada Jendral.     

"Rose! Rose!" seru Jendral.     

Rose tidak menjawab Jendral dan masuk kedalam mobil jeep. Jendral pun melihat kearah Ryouichi.     

"Ryouichi, aku akan mendengarkan penjelasanmu ketika kita berada di markas Central" ucap jendral lalu pergi meninggalkan Ryouichi.     

Ryouichi hanya bisa menundukkan kepalanya, Enzo pun menepuk pundak dari Ryouichi.     

"Ketua, tenanglah. Kami akan selalu ada disamping anda, anda tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Mari kita pergi sekarang, ketua" ucap Enzo lalu pergi bersama dengan pasukan lainnya.     

Ryouichi hanya mengangguk, namun dirinya merasakan ada sebuah tangan yang menggenggam tangannya.     

"Natsumi?" ucap Ryouichi lirih.     

"Saya akan selalu bersama anda, ketua" ucap Natsumi sembari tersenyum manis.     

Natsumi lalu mengajak Ryouichi pergi, Akari yang melihat hal itupun menjadi heran.     

"Natsumi, apakah kau…" gumam Akari.     

Akhirnya mereka semua pun kembali menuju markas Central. Sesampainya mereka di markas Central, Jendral langsung mengundang seluruh pasukan [Saint Wolf] menuju ruangannya.     

"Kalian semua, silahkan duduk" ucap Jendral.     

Seluruh pasukan [Saint Wolf] serta Kolonel Ray berada di ruangan milik jendral. Terlihat situasi yang tegang di antara mereka.     

"Jadi, bisakah kalian menjelaskan kepadaku apa yang sedang terjadi diantara Ryouichi dan juga Rose?" tanya Jendral dengan nada serius.     

Ekspresi wajah Ryouichi pun menjadi suram, dirinya pun menundukkan kepalanya.     

"Tentang hal itu…" ucap Kolonel Ray dengan ekspresi ragu-ragu.     

Kolonel Ray lalu menjelaskan seluruh kejadian yang terjadi selama mereka berada di benteng markas provinsi utara. Jendral yang mendengar hal itu menjadi terkejut dan mengepalkan kedua tangannya.     

"Baiklah, sudah cukup. Aku sudah mendengar dan paham dengan seluruh kejadian itu. Dan kau tidak perlu menguping seperti itu, Hayate. Masuklah, jangan diam diluar seperti itu" ucap Jendral.     

Pintu ruangan itupun terbuka dan Hayate memasuki ruangan itu.     

"Seperti biasanya, kau bahkan bisa merasakan kehadiranku" ucap Hayate.     

"Aku sudah mengenalmu begitu lama, tidak mungkin aku tidak tahu tentang kebiasaanmu yang suka menguping pembicaraan orang lain" ucap Jendral.     

Hayate lalu ikut duduk bersama Ryouichi dan yang lainnya.     

"Mengapa kau lesu seperti itu, Ryouichi" ucap Hayate.     

"…"     

Ryouichi tidak menjawab dan masih menundukkan kepalanya. Hayate pun menghela nafasnya setelah melihat tingkah laku Ryouichi.     

"Hanya karena seorang perempuan, kau menjadi seperti itu? Sungguh menyedihkan sekali dirimu" ucap Hayate sembari tertawa kecil.     

Enzo pun langsung berdiri dan menatap Hayate dengan tajam.     

"Letnan Jendral Hayate, tolong tarik kembali ucapan anda tadi. Apa yang baru saja anda katakan sudah sangat keterlaluan" ucap Enzo.     

Hayate pun berdiri dan membalas tatapan Enzo.     

"Jika aku tidak mau menarik ucapanku, apa yang akan kau lakukan? Kau pikir kau bisa menang jika bertarung denganku?" ucap Hayate menantang.     

"Duduklah kalian berdua!" seru Jendral.     

Hayate dan Enzo pun duduk kembali. Jendral pun melihat kearah Ryouichi sembari membakar cerutunya.     

"Ryouichi, aku sungguh menyesalkan kejadian ini. Aku sungguh minta maaf mengenai perilaku Rose yang telah berbuat hal seperti itu kepadamu" ucap Jendral dengan nada kasihan.     

Ryouichi pun mengangkat kepalanya dan melihat kearah jendral.     

"Ti-tidak apa-apa, mungkin ingatan Rose akan segera pulih kembali. Mungkin… suatu saat nanti" ucap Ryouichi lirih sembari tersenyum pasrah penuh dengan kesedihan.     

Seluruh ruangan itupun menjadi sunyi hingga akhirnya Hayate memecah kesunyian itu dengan menyalakan pemantiknya untuk membakar rokoknya.     

"Lalu apa yang akan kau lakukan? Berdiam diri saja dan menunggu hingga ada suatu keajaiban yang membuat ingatan Rose kembali?" ucap Hayate sembari menghembuskan asap rokoknya.     

"Hayate, tolong bisakah kau diam dulu? Apapun yang kau katakan tidak akan merubah situasi saat ini" ucap Jendral sembari menatap Hayate.     

Ryouichi terlihat termenung untuk sementara waktu hingga dirinya memasang ekspresi serius.     

"Jendral, bisakah aku meminta sesuatu sebagai hadiah atas keberhasilanku dalam memimpin misi ini?" ucap Ryouichi serius.     

Jendral pun mengangguk pelan dan mulai memperhatikan Ryouichi.     

"Sebutkanlah permintaanmu, aku akan mengabulkan permintaanmu selagi aku mampu" ucap Jendral.     

Ryouichi pun menarik nafas dalam.     

"Aku ingin keluar dari militer" ucap Ryouichi.     

Seluruh pasukan [Saint Wolf] pun sangat terkejut dan langsung berdiri dari tempat duduk mereka.     

"Apa maksud anda, ketua?! Anda sedang bercanda, bukan?" ucap Enzo tidak percaya.     

"Enzo, dengarkanlah aku du—" ucap Ryouichi namun terpotong oleh ucapan Enzo.     

"Apakah anda tidak memikirkan tentang kami? Kami tidak ingin di pimpin oleh orang lain, kami masih ingin anda sebag—" ucap Enzo namun terhenti setelah melihat Ryouichi berdiri dan menepuk pundaknya.     

Terlihat wajah Ryouichi yang menahan kesedihan mendalam.     

"Enzo, apakah kau pikir aku masih bisa memimpin kalian dengan kondisiku saat ini? Apakah kalian ingin melihat diriku yang terus menerus sedih seperti ini setiap harinya?" ucap Ryouichi.     

"I-itu…" ucap Enzo lirih.     

Jendral pun ikut berdiri dan berjalan kearah Ryouichi.     

"Jadi alasanmu keluar dari militer adalah karena dirimu tidak sanggup mengingat semua kenanganmu bersama Rose?" tanya Jendral.     

Ryouichi pun mengangguk pelan.     

"Ketua! Tolong pikirkan kembali tentang semua ini" ucap Akari sembari menangis.     

"Master, apakah master ingin meninggalkan Chloe sendirian? Bukankah master berjanji akan selalu bersama dengan Chloe dan yang lainnya?" ucap Chloe dengan ekspresi sedih.     

Ryouichi tidak bereaksi sama sekali dan hanya mematung.     

"Aku akan menemani ketua. Jika ketua ingin keluar dari militer, maka aku akan ikut keluar bersamanya" ucap Natsumi sembari menggenggam tangan Ryouichi.     

"Natsumi, kau… Apa yang baru saja kau katakan?" ucap Enzo terkejut.     

"Aku mengatakan bahwa aku tidak bisa meninggalkan ketua sendirian seperti ini. Aku akan mengurus dirinya, dan jika perlu aku akan menjadi pengganti Kolonel Rose untuk ketua" ucap Natsumi.     

" NATSUMI! Kau..." teriak Enzo.     

Suasana didalam ruangan itu pun menjadi semakin tegang.     

"Jadi kau ingin lari dari masalahmu? Jangan bercanda, Ryouichi. Keluar dari militer tidaklah semudah yang kau pikirkan" ucap Hayate.     

"KAU PIKIR AKU MENGINGINKAN SEMUA INI? AKU TIDAK MENGINGINKAN SEMUA INI! KAU PIKIR BAGAIMANA PERASAANKU KETIKA SEORANG YANG SANGAT KUCINTAI MELEMPAR CINCIN PERNIKAHAN TEPAT DIHADAPANKU DAN MENGATAKAN BAHWA DIA SANGAT JIJIK DENGANKU! BENAR, AKU SANGAT MENYEDIHKAN! SILAHKAN TERTAWAKAN SAJA DIRIKU INI!" teriakan Ryouichi pun memecah kebisingan ruangan itu.     

Hayate pun tertegun ketika mendengar teriakan Ryouichi.     

"August, semua keputusan ada ditanganmu sekarang. Aku sudah tidak bisa lagi berbuat apa-apa tentang hal ini" ucap Hayate pasrah.     

"Aku tidak bisa memberimu izin untuk keluar dari militer semudah itu, Ryouichi. Namun kau bisa mengambil cuti sementara sampai kau bisa menenangkan dirimu dan kembali ke militer lagi" ucap Jendral serius.     

"Tidak masalah, Jendral. Itu sudah lebih dari cukup bagiku, terima kasih" ucap Ryouichi.     

Jendral terlihat memberikan selembar kertas kepada Ryouichi.     

"Terimalah ini, Ryouichi. Atas keberhasilanmu dalam misi ini, maka aku menganugerahkan kenaikan pangkat kepadamu dan juga untuk seluruh timmu. Pasukan [Saint Wolf] sekarang memiliki autoritas yang sama seperti divisi besar disetiap provinsi lainnya untuk merekrut anggota baru. Selamat atas kenaikan pangkatmu, Letnan Kolonel Ryouichi" ucap Jendral.     

Seluruh ruangan itu masih tetap sunyi tanpa adanya suara riuh tepuk tangan. Hanya sebuah senyuman terpaksa yang muncul dari wajah Ryouichi. Ryouichi pun mendekati Enzo dan menatapnya.     

"Enzo, aku serahkan emblem pemimpin pasukan [Saint Wolf] kepadamu. Tolong jaga dan uruslah pasukan [Saint Wolf] hingga nanti aku kembali" ucap Ryouichi.     

Enzo pun menerima emblem yang diberikan Ryouichi dengan wajah sedih.     

"Seluruh pasukan! Beri hormat kepada pemimpin kita, Letnan Kolonel Ryouichi" seru Enzo.     

Seluruh pasukan [Saint Wolf] pun memberi hormat kepada Ryouichi dengan ekspresi sedih dan berlinang air mata, Ryouichi pun membalas hormat itu dengan tangisan.     

"Terima kasih untuk kalian semua, aku harap kalian bisa mandiri tanpa adanya diriku bersama kalian. Sampai bertemu lagi, dan untukmu Reina… Kau bisa berhenti untuk mengikutiku, dan tetap tinggallah bersama dengan pasukan [Saint Wolf]" ucap Ryouichi.     

"Mas-master…" ucap Reina lirih.     

Wajah Reina pun menjadi sedih dan tak percaya bahwa bahkan masternya telah mengabaikannya.     

Setelah mengucapkan hal itu, Ryouichi pun keluar dari ruangan itu bersama dengan Natsumi. Sesaat setelah Ryouichi menutup pintu ruangan jendral, terdengar teriakan putus asa dari Enzo.     

"SIALAN! MENGAPA SEMUA INI HARUS TERJADI!" teriak Enzo.     

Ryouichi yang mendengar hal itu hanya bisa menahan perasaannya, namun Natsumi mengenggam tangan dari Ryouichi dan tersenyum kepadanya serta mengatakan sesuatu. Pada hari itu, pasukan [Saint Wolf] kehilangan sosok pemimpin yang selama ini mereka hormati dan mereka kagumi. Ryouichi menghilang dari militer dan tidak pernah ada seorang pun yang tahu dimana keberadaanya selama 3 bulan lamanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.