Divine_Gate

Chapter 74 : Tiara vs Letnan Satu Shizu



Chapter 74 : Tiara vs Letnan Satu Shizu

0"Tampaknya aku sudah terlambat, pasukan regu kedua sudah memulai serangan mereka. Dan mungkin Kolonel Ray dan lainnya sudah berada didalam markas itu untuk menyelamatkan para anak-anak yang telah ditahan oleh Kolonel Erik" gumam Ryouichi.     

Terlihat pasukan divisi Dark Moon dapat bertarung dengan baik dan dapat mengalahkan prajurit penjaga yang jumlahnya jauh lebih banyak dari mereka.     

"Serang mereka! Tapi ingat jangan membunuh siapapun! Kapten Ryouichi sudah memberi perintah untuk jangan membunuh siapapun!" seru seorang prajurit divisi Dark Moon sembari menghunuskan pedangnya.     

Terlihat prajurit penjaga markas provinsi utara kewalahan melawan pasukan dari divisi Dark Moon dan terpukul mundur. Para prajurit penjaga itu pun berusaha untuk melarikan diri dan masuk kedalam benteng markas provinsi utara.     

"Cegah mereka! Jangan sampai mereka masuk kedalam sana!" teriak salah satu prajurit divisi Dark Moon sembari berlari.     

Ryouichi yang melihat hal itupun langsung berlari dengan cepat mendahului prajurit divisi Dark Moon.     

"Tak akan kubiarkan!" seru Ryouichi.     

Ryouichi terlihat melumpuhkan seluruh prajurit penjaga yang hendak masuk kedalam benteng markas provinsi utara dengan hitungan detik.     

Terlihat Ryouichi berdiri tegap dengan kepulan debu beterbangan. Jubah yang di pakai oleh Ryouichi pun berkibar seiring dengan angin kencang yang berhembus ditempat itu.     

"Ju-jubah itu?! Itu adalah Kapten Ryouichi!" seru salah satu prajurit divisi Dark Moon.     

Ryouichi pun berbalik badan dan tersenyum, terlihat dirinya memegang pedang Chronos dengan satu tangan.     

"Yo, kalian baik-baik saja? Maaf aku terlambat" ucap Ryouichi.     

Seluruh prajurit divisi Dark Moon di tempat itu pun lega dan senang melihat kedatangan Ryouichi.     

"Kapten Ryouichi, kami senang anda dapat kembali dengan selamat. Lalu bagaimana dengan tiga prajurit musuh yang berada di hutan tadi?" tanya salah satu prajurit Divisi Dark Moon.     

"Mereka sudah kami kalahkan, kalian tenang saja" ucap Enzo yang berjalan menghampiri mereka.     

"Syukurlah" ucap prajurit divisi Dark Moon itu sembari menghela nafas.     

"Dimana Kolonel Ray dan yang lainnya? Apa mereka sudah masuk kedalam?" tanya Ryouichi.     

"Benar, Kapten Ryouichi. Mereka sudah masuk kedalam, anda lihat lubang besar ditembok itu? Itu adalah ulah dari Kolonel Ray yang menabrakkan mobil jeepnya" ucap prajurit divisi Dark Moon itu.     

Ryouichi pun menghela nafas.     

"Aku jadi meragukan keputusanku menjadikan Kolonel Ray sebagai pemimpin regu kedua… Lalu dimana Aiko? Dimana putriku?" tanya Ryouichi.     

Ryouichi terlihat khawatir.     

"Tenang saja, kapten Ryouichi. Anak anda aman bersama pasukan ka—"     

Ucapan prajurit divisi Dark Moon itu terhenti ketika dirinya melihat salah satu prajurit muda dari divisi Dark Moon yang seharusnya menjaga Aiko malah berlari kearahnya.     

"Pak, saya ingin melaporkan sesu—" ucap prajurit muda itu namun dirinya terkejut ketika melihat Ryouichi.     

"Ada apa? Lanjutkan saja perkataanmu" ucap Ryouichi.     

"I-itu, se-sebenarnya. Pu-putri anda…" ucap prajurit muda itu terbata-bata.     

Ryouichi pun memasang ekspresi serius.     

"Ada apa dengan putriku? Jangan membuatku khawatir seperti ini" ucap Ryouichi dengan nada khawatir.     

"Se-sebenarnya putri anda… Dia hilang ketika saya dan prajurit lain tengah melawan pasukan Kolonel Erik, ka-kami sudah mencarinya kemanapun namun tetap tidak dapat menemukannya" ucap prajurit muda itu.     

Terlihat ekspresi Ryouichi berubah menjadi ekspresi terkejut dan marah. Ryouichi pun menarik kerah baju dari prajurit muda itu dan marah tidak terkendali.     

"Apa kau bilang!? Putriku hilang selagi ada di penjagaan kalian? Jangan bercanda denganku! Jika terjadi sesuatu dengan putriku, aku pastikan kau akan menyesalinya!" teriak Ryouichi.     

Enzo dan Natsumi pun mencoba untuk menenangkan Ryouichi yang sedang marah.     

"Te-tenanglah, ketua" ucap Enzo.     

"Benar, ketua Ryouichi. Kami akan mencari Aiko, jadi tolong tenanglah" ucap Natsumi.     

Ryouichi pun menghela nafas dan mendorong prajurit muda itu dengan keras ketanah. Ryouichi pun menatap prajurit muda itu dengan tatapan tajam.     

"Aku beri kau waktu untuk mencari putriku bersama dengan Enzo dan Natsumi. Berdoalah semoga kau berhasil menemukan putriku, atau kau akan berurusan denganku" ucap Ryouichi dengan nada dingin.     

Prajurit muda itu pun menganggukkan kepalanya ketakutan.     

"Enzo, Natsumi, Akari. Aku perintahkan kalian untuk mencari Aiko terlebih dahulu bersama dengan regu kedua yang ada disini. Aku sendiri yang akan masuk kedalam dan membantu Kolonel Ray serta yang lainnya" ucap Ryouichi.     

Enzo dan Natsumi pun saling bertatapan, keduanya pun mengangguk.     

"Baiklah, ketua. Jaga diri anda baik-baik" ucap Enzo.     

Enzo, Akari, dan juga Natsumi pun bergegas pergi dari tempat itu bersama dengan seluruh prajurit divisi Dark Moon lainnya untuk mencari Aiko.     

"Sial, kenapa disaat seperti ini malah hal yang tidak kuinginkan terjadi. Tidak… Aku harus percaya bahwa Enzo dapat menemukan Aiko, sekarang aku harus masuk kedalam dan menangkap Kolonel Erik" gumam Ryouichi.     

Ryouichi pun berlari kedalam benteng markas provinsi utara dan masuk melalui lubang besar yang dibuat oleh Kolonel Ray. Ketika dirinya memasuki markas provinsi utara itu, dirinya melihat Tiara dan Letnan Satu Shizu yang sedang bertarung dengan sengit.     

"Kemampuanmu hebat juga, Tiara. Namun itu saja belum cukup untuk mengalahkanku" ucap Letnan Satu Shizu.     

Letnan Shizu terlihat berdiri dengan beberapa makhluk lain yang telah dia panggil sebelumnya, seperti singa raksasa berkepala tiga, Gorilla hitam raksasa, dan kelabang putih raksasa beracun.     

"Aku tidak bisa terus seperti ini, lawanku adalah seorang summoner yang bahkan dapat memanggil banyak hewan roh tingkat menengah. Apa yang harus kulakukan?"gumam Tiara.     

Kelabang putih raksasa beracun pun menyemburkan racun kearah Tiara. Tiara berusaha menghindari racun itu, namun sayang kaki dari Tiara terkena racun itu. Tiara pun merasakan sakit yang luar biasa dan kakinya mati rasa.     

"Gawat, kakiku mati rasa. Racun dari kelabang itu sungguh kuat sekali, apa yang harus aku lakukan?" gumam Tiara sembari memegangi kakinya.     

"Sudah berakhir, Tiara. Gorilla hitam, tangkap dia" ucap Letnan Shizu.     

Gorilla hitam raksasa itupun menggenggam tubuh Tiara dan meremasnya dengan kuat sembari mengangkatnya.     

"Argh…" jerit Tiara kesakitan.     

Tiara terlihat berusaha untuk melepaskan diri dari genggaman gorilla hitam raksasa itu, namun dirinya tidak cukup kuat untuk melepaskan genggaman gorilla hitam itu.     

"Tidak perlu berusaha melepaskan diri seperti itu, Tiara. Kau sudah kalah, menyerahlah sekarang" ucap Letnan Satu Shizu.     

"Ti-tidak! Aku tidak akan menyerah! Tuan Ryouichi dan yang lainnya saat ini sedang bertarung dan mempertaruhkan nyawa mereka. Oleh karena itu aku tidak akan menyerah meskipun tubuhku ini hancur sekalipun!" seru Tiara.     

Letnan Shizu terlihat menghela nafas dan memperbaiki posisi kacamatanya.     

"Kau masih tidak mengerti juga rupanya. Gorilla hitam, hancurkan tubuhnya agar dia mengerti" ucap Letnan Satu Shizu.     

Gorilla hitam itu pun memperkuat genggamannya, terlihat Tiara yang kesakitan. Jeritan pilu menghiasi ruangan itu.     

"Tu-tuan Ryouichi, maafkan saya yang tidak bisa menjadi prajurit yang anda banggakan" ucap Tiara lirih.     

Pandangan Tiara pun menjadi buram, namun ketika hidupnya sedang terancam terdengarlah suara yang menggema didalam kepalanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.