Divine_Gate

Chapter 55 : Rapat Besar (Part 2)



Chapter 55 : Rapat Besar (Part 2)

2  Terlihat jendral sedang memangku Aiko. Aiko pun memainkan jenggot jendral dan tertawa bahagia.     

  "Jenggot kakek panjang! Bolehkah Aiko menariknya sampai habis?" tanya Aiko.     

  "Kalau kau menarik jenggot kakek sampai habis, kakek akan menangis sedih" ucap jendral sembari berpura-pura menangis.     

  "Kakek jangan menangis, ini… Aiko kembalikan jenggot kakek yang putus" ucap Aiko sembari memberikan beberapa helai jenggot putih kepada jendral.     

  Jendral pun terlihat tertawa kecil dan mengelus kepala Aiko.     

  "Tapi bukankah ini sudah lumayan lama juga kita menunggu mereka?" ucap jendral sembari melihat arloji miliknya.     

  "Ah, mungkin mereka masih sibuk bersiap-siap" ucap Enzo.     

  "Bukankah mereka sedang membuat an—" ucap Akari.     

  Dengan cepat Enzo langsung menutup mulut dari Akari dan tertawa kecil.     

  "Anda tidak perlu menghiraukan ucapan dari perempuan ini. Kepalanya terbentur dengan keras tadi pagi, sehingga ucapannya menjadi tidak jelas" ucap Enzo.     

  Tidak lama kemudian, Ryouichi dan Rose pun tiba di ruangan rapat itu.     

  "Maaf, kami terlambat" ucap Ryouichi.     

  "Ryouichi, kemarilah sebentar" ucap Rose.     

  Ryouichi yang bingung pun mendekat ke Rose. Rose pun lalu memperbaiki seragam Ryouichi yang belum terkancing.     

  "Baiklah, sudah beres" ucap Rose tersenyum.     

  "Te-terima kasih Rose…" ucap Ryouichi.     

  Mereka pun berpandangan beberapa saat.     

  "Ehem, aku sungguh senang kalian mesra seperti ini. Tapi bisakah kita memulai rapatnya ?" ucap jendral.     

  Ryouichi dan Rose pun tersadar dari dunia mereka.     

  "Ma-maaf jendral" ucap Ryouichi.     

  Mereka berdua pun akhirnya duduk di kursi. Jendral pun memandangi Rose, Rose yang merasa di perhatikan itu lalu menjadi salah tingkah.     

  "A-ayah, kenapa ayah melihatku seperti itu ?" tanya Rose.     

  "Ah tidak, hanya saja sepertinya aku akan mempunyai cucu lagi dalam waktu dekat. Nampaknya kau akan mempunyai adik baru, Aiko" ucap jendral sembari tersenyum dan mengelus kepala Aiko.     

  "A-ayah!" seru Rose dengan wajah memerah.     

  Chloe lalu menarik lengan baju dari Ryouichi.     

  "Master, apakah Chloe akan mempunyai teman baru selain Reina dan Aiko?" tanya Chloe dengan wajah polosnya.     

  "Mu-mungkin saja, kau tunggu saja" ucap Ryouichi salah tingkah.     

  Akari pun juga terlihat memandangi Enzo.     

  "A-Akari, mengapa kau memandangiku seperti itu ?" tanya Enzo.     

  "Aku hanya penasaran, apakah anak kita akan akur dengan anak ketua atau tidak" ucap Akari.     

  "Ber-berhentilah menggodaku seperti itu!" seru Enzo gugup.     

  Natsumi yang melihat hal itupun hanya bisa menghela nafas.     

  "Mengapa di pasukan ini banyak sekali orang yang jatuh cinta ?" ucap Natsumi.     

  "Apakah kau tidak tertarik untuk jatuh cinta, Natsumi ?" tanya Tiara.     

  "Tentu saja tidak, untuk apa aku jatuh cinta ? Tidak ada gunanya untuk jatuh cinta kepada seseorang. Aku tidak ingin merasa kehilangan jika orang yang kucintai meninggalkanku" ucap Natsumi.     

  "Kalau kau berkata seperti itu terus, maka kau akan menjadi perawan tua" ucap Akari.     

  Natsumi pun menarik dan mencubit pipi dari Akari.     

  "Adwuh, sawkit… Awu mintwa mwaaf" ucap Akari.     

  Jendral pun tertawa melihat tingkah lucu dari pasukan milik Ryouichi.     

  "Kalian sungguh akrab dan dekat sekali. Baiklah, mari kita mulai rapat hari ini" ucap jendral.     

  Semua orang yang ada diruangan itu pun menjadi tenang dan memperhatikan jendral dengan ekspresi serius.     

  "Baiklah, dalam rapat kali ini ada beberapa kabar baik dan kabar buruk. Apakah kalian ingin kabar buruk atau kabar baik terlebih dahulu ? " tanya jendral.     

  Ryouichi dan Rose pun saling bertatapan lalu akhirnya mengangguk seakan menyetujui sesuatu.     

  "Apa kabar buruknya, jendral ?" tanya Ryouichi.     

  "Baik, tapi aku harap kalian mempersiapkan diri kalian ketika mendengar kabar buruk ini. Kabar buruknya adalah Kolonel Ryota sedang dalam kondisi koma di markas provinsi timur dan Kapten Saito dikabarkan telah meninggal ketika sedang bertugas" ucap jendral.     

  Ryouichi yang mendengar hal itupun terkejut dan tidak percaya.     

  "A-apa maksud anda, jendral? Ba-bagaimana mungkin Kolonel Ryota koma? Dan bagaimana bisa Kapten Saito meninggal?" tanya Ryouichi.     

  Rose lalu menyentuh tangan Ryouichi dengan lembut dan berusaha untuk menenangkan dirinya.     

  "Ryouichi, tenanglah" ucap Rose.     

  "Alasan mengapa Kolonel Ryota bisa menjadi koma masih belum dapat di simpulkan, dan tentang perihal meninggalnya Kapten Saito…" ucap jendral namun terhenti.     

  "Ada apa dengan kematian Kapten Saito, jendral ?" tanya Ryouichi.     

  Jendral terlihat menghela nafas.     

  "Beberapa hari yang lalu, seorang half-demon dan seorang anak kecil datang ke markas provinsi timur. Mereka meminta perlindungan karena sedang dikejar oleh seorang prajurit, dan mereka berkata bahwa prajurit itulah yang membunuh Kapten Saito. Namun kebenaran dari hal ini, masih belum bisa dipastikan" ucap jendral.     

  "Siapa prajurit itu? Apakah anda tahu?" tanya Ryouichi.     

  "Yang membunuh Kapten Saito adalah… Kolonel Erik" ucap jendral.     

  Seluruh orang yang berada diruangan itupun terkejut.     

  "Ko-Kolonel Erik?! Jadi maksud anda adalah Kolonel Erik telah berkhianat kepada negara?" seru Enzo.     

  "Tenanglah. Menurut informasi dari markas provinsi timur, Kolonel Erik telah bereksperimen dengan objek anak-anak dan mengubah mereka menjadi half-demon" ucap jendral.     

  "Kalau begitu, apa yang anda tunggu? Bukankah kita bisa langsung menangkapnya?" ucap Ryouichi.     

  "Tenanglah, kalian tidak perlu terburu-buru seperti itu. Aku sudah mempunyai mata-mata disamping Kolonel Erik" ucap Jendral.     

  "Mata-mata? Apakah orang itu adalah Letnan Satu Shizu?" tanya Ryouichi.     

  Jendral pun terkejut setelah mendengar perkataan Ryouichi.     

  "Bagaimana bisa kau mengetahui hal itu?" tanya jendral.     

  "Aku sudah menduganya sejak aku melihat berkas foto yang diberikan oleh Rose. Pimpinan dari organisasi [Black Rope] memakai sebuah gelang, dan secara kebetulan aku mengingat gelang yang sama persis dipakai oleh Letnan Satu Shizu" ucap Ryouichi.     

  "Ketua, anda sungguh hebat. Bahkan dapat mengetahui hal sekecil itu" ucap Enzo.     

  "Baiklah, kalau begitu bagaimana dengan kabar baiknya?" tanya Ryouichi.     

  "Kabar baiknya adalah misi kalian sudah selesai dan kalian mendapat kenaikan pangkat serta penghargaan" ucap jendral.     

  Seluruh pasukan [Saint Wolf] terdiam setelah mendengar hal itu.     

  "Hanya itu saja?" ucap Ryouichi dengan pandangan kosong.     

  "Ketua…" ucap Enzo lirih.     

  "Aku mengerti bahwa kau ingin membalaskan dendammu kepada Kolonel Erik, namun biarlah aku sendiri yang mengatasi masalah ini. Kau bisa menghabiskan waktumu bersama dengan Rose, bukankah itu yang kau mau?" ucap Jendral.     

  Suasana di ruangan itu menjadi suram dan hening.     

  "Ketua, bolehkah aku mengatakan sesuatu?" ucap Natsumi.     

  Natsumi pun berdiri dan memasang ekspresi sedih.     

  "Meskipun misi kami sudah selesai, namun aku masih tidak bisa menerima kepergian dari Kapten Saito begitu saja. Bagiku, dia adalah sosok orangtua yang telah menyelamatkan hidupku dan juga adikku. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kepadaku, jika Kapten Saito tidak mengadopsiku waktu itu" ucap Natsumi.     

  Terlihat Natsumi berlinang air mata. Melihat hal itu, Ryouichi pun ikut berdiri.     

  "Aku tidak akan tinggal diam melihat anggotaku menangis seperti ini, Jendral. Aku juga tidak perduli dengan apapun lagi, selain membalas Kolonel Erik" ucap Ryouichi dengan tatapan yakin.     

  Jendral lalu berdiri menyerahkan Aiko kepada Rose.     

  "Ayah?" gumam Rose.     

  Jendral pun terlihat berhadapan satu lawan satu dengan Ryouichi.     

  "Jadi kau mau mengabaikan perintah dariku? Aku adalah pemegang posisi tertinggi di Empire saat ini, kau pikir kau bisa mengabaikan perintah dariku begitu saja?" ucap jendral.     

  Jendral pun mengeluarkan aura yang besar, berbeda dari aura yang dikeluarkannya ketika berlatih tanding dengan Ryouichi beberapa hari yang lalu. Ryouichi nampak tidak bergeming, dan malah juga ikut mengeluarkan aura besar.     

  "Aku menghormati anda sebagai jendral dan juga ayah dari Rose, namun aku tidak akan membiarkan diriku di kendalikan oleh orang lain disaat anggotaku menderita melihat kerabat mereka terbunuh" ucap Ryouichi.     

  Tatapan jendral yang sebelumnya tajam dan dingin, akhirnya menjadi normal kembali.     

  "Ikutlah bersamaku keluar" ucap jendral.     

  Jendral pun berjalan keluar dari ruangan itu diikuti oleh Ryouichi.     

  "Kolonel Rose, apa anda tidak bisa melakukan sesuatu?" ucap Enzo.     

  "Kau tidak perlu khawatir, aku akan selalu mendukung Ryouichi. Tidak perduli apapun yang terjadi, aku akan selalu berada disampingnya" ucap Rose.     

  Setelah Ryouichi dan jendral berada di luar ruangan itu, mereka pun berdiri bertatapan satu sama lain. Terlihat jendral mengeluarkan rokok dari saku bajunya, setelah mengambil satu batang rokok, diapun melempar satu bungkus rokok kepada Ryouichi.     

  "Ambillah, mari kita bicarakan hal ini" ucap jendral.     

  Ryouichi pun mengambil satu batang rokok yang tersisa dan membakarnya dengan korek berwarna perak yang diberikan oleh pria tua yang dia temui di cafe dulu. Jendral yang melihat hal itu pun tersenyum.     

  "Apa kau ingat, apa hak istimewa yang kau punya selagi kau mempunyai lencana [Glorius Wings] ?" ucap jendral sembari menghisap rokoknya.     

  Ryouichi pun tersenyum lebar ketika mendengar perkataan jendral, dirinya mengingat kembali hak istimewa yang dia punya sebagai pemegang lencana [Glorius Wings].     

  "Baik diriku dan pasukan milikku tidak terikat oleh perintah orang lain. Bahkan kau tidak dapat memerintah aku dan pasukanku seenak hatimu, jendral" ucap Ryouichi.     

  "Kau benar, sudah lama aku tidak bertemu dengan orang sepertimu. Orang yang mempunyai keyakinan dan keteguhan hati yang luar biasa, hanya beberapa orang yang seperti itu di negara ini. Jadi apa yang akan kau lakukan setelah ini ?" ucap jendral.     

  "Tentu saja aku akan pergi ke markas provinsi timur terlebih dulu untuk melihat kondisi dari Kolonel Ryota. Dia adalah orang yang sudah kuanggap sebagai ayahku sendiri" ucap Ryouichi.     

  Jendral tersenyum sembari menghisap rokoknya.     

  "Kalau begitu, pergilah. Aku yakin kau bisa menyelesaikan masalah ini, Kapten Ryouichi. Aku menitipkan putriku kepadamu, bahagiakanlah dia" ucap jendral.     

  "Kau tidak perlu khawatir, aku akan menjaganya. Selama aku hidup, aku tidak akan membiarkan dirinya menderita" ucap Ryouichi     

  Jendral pun menghisap rokoknya yang hampir habis, lalu menjatuhkannya dan menginjaknya.     

  "Sebelum kau pergi, aku ingin kau mengunjungi gudang persenjataan terlebih dahulu. Aku yakin kau butuh perlengkapan untuk menangkap Kolonel Erik" ucap jendral.     

  Jendral dan Ryouichi lalu masuk kembali ke ruangan rapat. Disana, seluruh orang terlihat cemas dan khawatir.     

  "Kalian sungguh beruntung mempunyai pemimpin seperti Ryouichi. Pergilah dan balaskan dendam kalian, aku akan menyerahkan masalah ini kepada kalian. Selalu patuhi dan setia kepada pemimpin kalian. Bukankah begitu, Kapten Ryouichi ?" ucap jendral.     

  Seluruh pasukan [Saint Wolf] pun bernafas lega setelah mendengar ucapan dari jendral.     

  "Jadi ayah menyerahkan masalah penangkapan Kolonel Erik kepada Ryouichi dan pasukannya?" tanya Rose.     

  "Benar! Dengarlah, pasukan [Saint Wolf]! Ini adalah misi terakhir kalian, pergilah dan tangkap pengkhianat negara itu" seru jendral.     

  Seluruh pasukan [Saint Wolf] pun menjadi bersemangat dan berapi-api. Rapat pada hari itupun di tutup dengan misi terakhir yang diberikan oleh jendral untuk menangkap Kolonel Erik dan juga kenaikan pangkat Ryouichi menjadi kapten. 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.