Divine_Gate

Chapter 54 : Rapat Besar (Part 1)



Chapter 54 : Rapat Besar (Part 1)

3  Sementara itu, markas provinsi timur sedang dikejutkan oleh kondisi Kolonel Ryota yang tiba-tiba menjadi buruk dan membuat dirinya sedang tak sadarkan diri. Mayor Megumi adalah orang yang mengurus Kolonel Ryota semenjak kepergian dari Kapten Saito bersama dengan Kolonel Erik untuk menginvestigasi kasus half-demon, dirinya terlihat sedang berada di ruang perawatan dan duduk di kursi memandangi Kolonel Ryota yang tengah terbaring di kasur. Terlihat rambut dari Kolonel Ryota berubah menjadi putih sebagian dan wajahnya yang menjadi pucat.     

  "Kolonel Ryota, apa yang terjadi dengan anda? Mengapa anda tiba-tiba menjadi seperti ini?" ucap Mayor Megumi dengan ekspresi sedih.     

  Tidak beberapa lama kemudian, seorang prajurit mengetuk pintu ruangan itu.     

  "Permisi, Mayor Megumi. Apakah saya bisa masuk?" ucap prajurit itu dari balik pintu.     

  "Masuklah…" ucap Mayor Megumi.     

  Prajurit itupun masuk kedalam ruangan itu.     

  "Ada apa ? Apakah sudah ada kabar dari Kapten Saito? Kapan dia akan kembali?" tanya Mayor Megumi.     

  "Kami masih belum menerima kabar darinya, namun sepertinya tidak lama lagi dia akan kembali" ucap prajurit itu.     

  "Mengapa semua ini terjadi secara bersamaan? Dari kondisi Kolonel Ryota yang tiba-tiba saja memburuk seperti ini, dan juga Kapten Saito yang pergi bersama dengan Kolonel Erik. Aku harap surat yang kita kirimkan sudah sampai di central" ucap Mayor Megumi.     

  Prajurit itu pun menemani Mayor Megumi untuk beberapa saat hingga akhirnya terjadi sebuah keributan dari luar.     

  "Ada keributan apa ini?" ucap Mayor Megumi.     

  Mayor Megumi pun bergegas untuk keluar bersama dengan prajurit itu. Mereka pun berjalan dengan cepat menuju gerbang masuk markas provinsi timur. Setibanya mereka disana, mereka dikejutkan oleh kehadiran seorang half-demon dan anak kecil yang berada di belakangnya.     

  "Apa- apaan ini?!" seru Mayor Megumi.     

  "Mayor Megumi! Mundurlah, biarkan kami yang mengurus half-demon ini" ucap salah satu prajurit penjaga.     

  Terlihat banyak prajurit penjaga yang mengerumuni half-demon itu, dan mengacungkan senjata kepadanya.     

  "Apa yang demon sepertimu lakukan disini? Kau pikir kau bisa lolos dari sini dengan kondisi hidup?" ucap salah satu prajurit.     

  "Nero, apa yang harus kita lakukan ? Mereka menganggapmu sebagai demon yang harus mereka bunuh…" ucap anak kecil itu.     

  Half-demon itu pun berjalan maju tanpa menghiraukan ancaman dari prajurit itu.     

  "Aku tidak berniat untuk melukai kalian, aku hanya ingin mencari tempat perlindungan. Seorang prajurit yang bernama Saito yang menyuruhku untuk kesini" ucap Nero.     

  Mayor Megumi yang mendengar hal itupun terkejut dan mendekati half-demon itu.     

  "Apa yang kau katakan? Kapten Saito yang mengirimmu kesini? Dimana dia sekarang?" tanya Mayor Megumi.     

  Nero pun menggelengkan kepalanya.     

  "Dia sudah mengorbankan dirinya untukku. Aku takut dia sudah terbunuh oleh prajurit tua yang jahat itu" ucap Nero.     

  "Ter-terbunuh?! Apa maksudmu? Bukankah dia sekarang sedang bersama dengan Kolonel Erik dan juga Letnan Satu Shizu? " ucap Mayor Megumi tidak percaya.     

  "Jika Letnan Satu Shizu yang kau bicarakan adalah seorang wanita yang memakai kacamata dan berambut hitam serta Kolonel Erik adalah pria tua dengan jenggot panjang, maka tidak salah lagi. Merekalah yang berusaha untuk membunuhku dan Kapten Saito mengorbankan nyawanya untuk melindungiku" ucap Nero.     

  "Ti-tidak mungkin! Kau berbohong, mengapa Kolonel Erik membunuh Kapten Saito? Semua yang kau katakan tidak masuk akal!" seru Mayor Megumi.     

  "Aku mengatakan yang sebenarnya, aku bisa menjelaskan semuanya kepadamu. Namun aku butuh perlindungan saat ini, aku takut prajurit tua itu masih mengejarku sekarang" ucap Nero.     

  Mayor Megumi terlihat bimbang.     

  "Mayor Megumi, apa perintah anda? Yang memegang posisi tertinggi saat ini adalah anda" ucap salah satu prajurit penjaga.     

  "Baiklah, aku akan memberi perlindungan kepadamu sampai aku mengetahui apa yang sebenarnya terjadi" ucap Mayor Megumi.     

  "Terima kasih atas bantuanmu" ucap Nero.     

  Nero pun berbalik badan dan tersenyum kepada anak kecil itu.     

  "Beritahu kepada divisi warrior untuk menjaga half-demon dan juga anak itu" ucap Mayor Megumi kepada prajurit penjaga.     

  "Baik, Mayor Megumi!" ucap prajurit penjaga itu.     

  "Masuklah bersamaku, meskipun aku memberikan perlindungan kepada kalian tapi bukan berarti aku sudah tidak curiga kepada kalian" ucap Mayor Megumi.     

  "Niat baikmu saja sudah lebih dari cukup bagiku, terima kasih" ucap Nero.     

  Akhirnya mereka pun masuk kedalam markas, sementara itu Kolonel Erik dan Letnan Satu Shizu melihat hal itu dari kejauhan melalui teropong.     

  "Kolonel Erik, mengapa kita tidak langsung saja masuk dan menangkap half-demon itu ? Apakah anda masih mewaspadai Kolonel Ryota di markas itu?" tanya Letnan Satu Shizu.     

  "Tidak perlu terlalu terburu-buru, Letnan Satu Shizu. Aku tidak bisa langsung menyatakan perang kepada pemerintahan saat ini. Jika saatnya sudah tiba, aku akan menggunakan prajurit half-demon ku untuk menghancurkan pemerintahan saat ini. Aku bahkan sudah meminta bantuan kepada ras demon untuk membantuku, kau tidak perlu khawatir" ucap Kolonel Erik.     

  "Baiklah kalau itu yang anda mau" ucap Letnan Satu Shizu.     

  "Aku pasti akan membalaskan seluruh perlakuan negeri ini kepadamu, Amanda" gumam Kolonel Erik sembari mengepalkan tangannya.     

  Sementara itu di markas Central setelah jendral menerima surat dari markas provinsi, jendral pun merencanakan rapat dengan Ryouichi dan pasukan [Saint Wolf] miliknya.     

  Pada pagi hari buta, Ryouichi pun terbangun dari tidurnya. Perlahan Ryouichi membuka matanya, dirinya menyadari bahwa ada seseorang yang tidur di samping dirinya. Tangan Ryouichi merasakan sesuatu dan mencoba untuk meremasnya.     

  "Benda lembut apa ini ? Mengapa perasaanku menjadi tidak enak ?" gumam Ryouichi.     

  "Aaahh…" terdengar suara desahan yang tidak asing di telinga Ryouichi.     

  Perlahan Ryouichi menoleh ke arah kanan, dan menyadari bahwa Rose berada di satu kasur bersamanya. Rose pun membuka matanya dan tersenyum kecil kepada Ryouichi.     

  "Ryouichi mesum" ucap Rose.     

  "Ma-maafkan aku!" seru Ryouichi.     

  Rose pun bangkit dan duduk di kasur itu. Terlihat Rose yang hanya terbalut oleh selimut berwarna putih.     

  "Mengapa kau meminta maaf seperti itu? Bu-bukankah kita sudah menjadi…" ucap Rose malu-malu.     

  "Sudah menjadi ? " tanya Ryouichi penasaran.     

  "Moo… Ryouichi bodoh! Bu-bukankah kita sudah menjadi pasangan suami-istri?" ucap Rose dengan wajah memerah menahan malu.     

  Ryouichi pun terdiam beberapa saat, hingga dirinya tidak dapat menahan tawa.     

  "Pfftt… Hahaha"     

  "Me-mengapa kau tertawa?" ucap Rose dengan wajah cemberut dan mencubit Ryouichi.     

  "Maaf, hanya saja aku tidak dapat menahan tawaku ketika melihat wajahmu yang tersipu malu" ucap Ryouichi sembari tertawa kecil.     

  Rose lalu mendekati Ryouichi dan tidur di atas lengannya.     

  "Entah mengapa aku merasa nyaman sekali saat berada di dekatmu, Ryouichi. Apa kau juga merasa seperti itu ? " ucap Rose.     

  "Rose…" gumam Ryouichi.     

  Ryouichi pun tidak dapat menahan dorongan nafsunya dan akhirnya mencium bibir Rose dengan lembut, Rose pun terlihat menikmati hal itu.     

  "Ryouichi, apa kau masih belum puas semalam?" ucap Rose sembari tersenyum.     

  Rose pun tidur terlentang dan memasang ekspresi wajah yang menggoda.     

  "Rose… Aku mencintaimu" ucap Ryouichi.     

  "Ahhhh…" desah Rose.     

  Namun tiba-tiba, pintu kamar mereka terbuka.     

  "Ketua! Kolonel Rose! Jendral menyuruh anda berdua untuk menghadiri rapatnya nanti" seru Akari.     

  "Akari ! Apa yang kau lakukan! Bukankah sudah kubilang untuk tidak menganggu ketua dan…" ucap Enzo yang tiba-tiba terhenti setelah melihat Ryouichi dan juga Rose sedang bermesraan.     

  "Ah! Ketua, apa anda sedang membuat ana—" ucap Akari namun dengan cepat Enzo menutup mulutnya.     

  Ryouichi dan Rose terlihat malu dan menutupi tubuh mereka dengan selimut.     

  "Maaf ketua! Kami akan memberitahu jendral bahwa anda masih sibuk saat ini. Sekali lagi mohon maaf" ucap Enzo.     

  Enzo pun menutup pintu itu, dan membawa Akari pergi menjauh dari kamar Ryouichi dan Rose.     

  Ryouichi pun menghela nafas.     

  "Sepertinya mulai dari sekarang, aku harus mengunci pintu agar tidak ada yang menganggu kita" ucap Ryouichi.     

  "Ka-kau benar…" ucap Rose.     

  Mereka berdua pun tertawa bersama.     

  "Baiklah, apakah kita akan melanjutkan hal yang tadi?" tanya Ryouichi.     

  "Ryouichi bodoh, lebih baik kita mandi dan bersiap untuk rapat dengan ayahku" ucap Rose.     

  Rose pun bangkit dari kasur dan terlihat tidak memakai pakaian sehelai pun, Ryouichi yang melihat hal itupun langsung menggendong Rose dan membawanya ke kamar mandi.     

  "Moo, Ryouichi… Jangan bermain-main lagi, kita harus segera bersiap-siap" ucap Rose.     

  "Bukankah kita bisa mandi bersama sekaligus melanjutkan hal yang tadi ? " ucap Ryouichi.     

  Wajah Rose pun memerah dan mengangguk pelan.     

  "Ka-kalau begitu, mungkin kita bisa agak terlambat ke rapat nanti" ucap Rose.     

  Mereka berdua pun melanjutkan momen kebersamaan mereka di kamar mandi, sementara jendral dan pasukan [Saint Wolf] sedang menunggu kehadiran Ryouichi dan juga Rose di ruang rapat. 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.