Divine_Gate

Chapter 53 : Pengorbanan Terakhir



Chapter 53 : Pengorbanan Terakhir

3  "Oh, hebat juga rupanya kau berhasil menghindari seranganku. Namun seranganku selanjutnya tidak akan meleset" ucap Letnan Satu Shizu.     

  Kapten Saito tidak bergeming, dan berjalan mundur perlahan kearah Nero dan juga anak kecil itu.     

  "Kalian, cepat pergilah dari tempat ini! Aku akan mengalihkan perhatian mereka agar kalian bisa kabur" ucap Kapten Saito.     

  "Apa maksudmu? Kau bukan bagian dari mereka? "tanya Nero.     

  "Jika aku tahu dia adalah orang jahat, aku tidak akan bergabung dengan mereka dari awal" ucap Kapten Saito sembari menghela nafas.     

  Nero pun terlihat bimbang.     

  "Awas!" teriak kapten Saito.     

  Kapten Saito pun mendorong Nero dan juga anak kecil itu kesamping. Terlihat kapten Saito yang berusaha bertahan dari serangan terus menerus dari Letnan Satu Shizu.     

  "Apa yang kalian lakukan? Cepat pergi dari sini, mereka hanya mengincarku untuk saat ini" ucap Kapten Saito.     

  "Terima kasih" ucap Nero.     

  Nero lalu menggenggam tangan anak kecil itu dan berlari sekuat tenaga berusaha pergi dari tempat itu.     

  "Letnan Satu Shizu! Jangan biarkan half-demon itu kabur! Aku tidak peduli dengan yang lainnya, tapi tangkap half-demon itu. Dia adalah salah satu eksperimen ku yang berharga" seru Kolonel Erik.     

  Letnan Satu Shizu pun berniat untuk mengejar Nero namun Kapten Saito dengan cepat menghadang Letnan Satu Shizu.     

  "Oi, Oi, Barusan kau berusaha untuk membunuhku, namun tiba-tiba kau mencoba untuk pergi dariku. Hatiku sungguh sakit" ucap Kapten Saito sembari tertawa kecil.     

  "Menyingkirlah, aku tidak berniat untuk membunuhmu. Prioritas utamaku saat ini bukanlah untuk membunuhmu tapi untuk mengejar half-demon itu " ucap Letnan Satu Shizu.     

  "Aku sungguh kecewa padamu, Letnan Satu Shizu. Kolonel Ryota sudah mempercayaimu, namun kau tega mengkhianati kepercayaannya. Aku bisa membayangkan wajah kekecewaan dari Kolonel Ryota dan juga Ryouichi" ucap Kapten Saito.     

  Letnan Satu Shizu terlihat memasang ekspresi datar.     

  "Apa hanya itu yang ingin kau ucapkan? Sekarang menyingkirlah dari hadapanku, aku tidak punya waktu untuk mendengar ceramahmu" ucap Letnan Satu Shizu.     

  "Cih, aku tidak akan membiarkanmu menangkap mereka" ucap Kapten Saito.     

  Di sisi lain, Nero dan anak kecil itupun berlari tanpa henti hingga akhirnya mereka terhenti di ujung jurang.     

  "Ayo kita pergi, Nero. Bukankah kau bisa terbang?" ucap anak kecil itu.     

  "Ta-tapi, aku mengkhawatirkan prajurit itu. Dia adalah prajurit yang baik dan bukan bagian dari orang-orang jahat itu" ucap Nero.     

  Hingga akhirnya mereka menyadari Kapten Saito yang terlempar kearah mereka.     

  "Ugh, sialan. Seperti yang kuharapkan dari komandan divisi Dark Moon, sangat kuat sekali" gumam kapten Saito.     

  Darah terlihat mengucur dari kepala Kapten Saito dan dirinya juga muntah darah. Letnan Satu Shizu bersama dengan Kolonel Erik pun muncul dari bayangan hutan dan berjalan menuju mereka.     

  "Menyerahlah, Kapten Saito. Beberapa rusuk mu sudah patah dan kau hampir kehabisan kekuatan sihir" ucap Letnan Satu Shizu.     

  "Sudah berakhir, lebih baik kau menyerahkan dirimu sekarang, half-demon sialan" ucap Kolonel Erik.     

  "Apa kau tahu apa yang akan di lakukan oleh Kolonel Ryota jika dia mengetahui bahwa kau berkhianat?" tanya kapten Saito.     

  Kolonel Erik pun tertawa dengan keras dan membuat kapten Saito pun menjadi bingung.     

  "Kolonel Ryota? Memang benar, aku bukanlah tandingan untuk dirinya. Jika aku melawannya, sudah jelas bahwa aku akan kalah. Namun apakah kau tahu, bahwa dia sekarang sedang koma dan terbaring tak berdaya di markas provinsi timur?" ucap Kolonel Erik.     

  "A-apa?! Kolonel Ryota koma? Bagaimana bisa kondisi tubuhnya memburuk secepat ini" gumam kapten Saito dengan ekspresi sangat terkejut.     

  "Apakah kau terkejut? Kolonel Ryota adalah salah satu penghalang terbesar untuk rencanaku ini. Setelah aku berhasil dengan eksperimen half-demon ku, aku akan meruntuhkan sistem pemerintahan saat ini. Dan aku akan membunuh jendral sialan itu!" ucap Kolonel Erik.     

  "Kau sudah gila, mengapa kau sampai berbuat sejauh ini?" tanya kapten Saito.     

  "Sudah cukup dengan pembicaraan ini. Letnan Satu Shizu, cepat bunuh dia serta anak kecil itu dan tangkap half-demon itu. Jangan biarkan ada saksi yang akan membocorkan hal ini" ucap Kolonel Erik.     

  "Me-mengapa aku tidak bisa bergerak?" ucap Nero.     

  "Nero, ayo pergi dari sini. Ada apa denganmu? "ucap anak kecil itu.     

  "Tubuhku tidak bisa bergerak! "ucap Nero.     

  Kolonel Erik pun tertawa dengan keras.     

  "Apa kau sudah lupa? Aku sudah menandai seluruh half-demon dengan mantera pengekang, seluruh half-demon dalam radius 500 meter tidak akan bisa bergerak dan akan mematuhi perintahku. Sekarang kemarilah" ucap Kolonel Erik.     

  Perlahan tubuh dari Nero bergerak dengan sendirinya dan melangkah menuju Kolonel Erik.     

  Anak kecil itupun berusaha menarik tubuh dari Nero, namun hal itu sia-sia. Tubuh dari Nero tetap berjalan menuju Kolonel Erik.     

  "Inikah takdir ku? Aku bahkan tidak bisa bertemu lagi dengan adikku satu-satunya. Maafkan aku, Naoto. Nampaknya kakak gagal memenuhi janji kakak untuk menemukanmu" gumam Nero.     

  Dengan tekad yang gigih, kapten Saito pun berdiri dan berteriak dengan lantang meskipun tubuhnya telah babak belur dan darah terus mengucur dari kepalanya.     

  "Aku akan tetap berdiri dan melindungi mereka! Bahkan jika hal itu akan membuat diriku terbunuh!" teriak kapten Saito.     

  Kapten Saito pun mengangkat perisai roh miliknya dan merapal mantera sihir.     

  "Hidupku adalah bagian dari jiwaku, seluruh pengorbanan akan aku lakukan untuk jiwa yang kesepian. Seluruh jiwa dan ragaku adalah besi yang membara! [Magic Shield : Nullify All Debuff]! (Watashinojinsei wa watashi no tamashī no ichibudeari, watashi ga kodokuna tamashī no tame ni tsukuru subete no giseidesu. Watashi no tamashī to karada zentai ga kusubutte iru tetsudesu. [Mahō no tate: Subete no debafu o mukōnisuru]!)" rapal kapten Saito.     

  Cahaya terang pun menyinari tempat itu.     

  Setelah rapalan itu, sihir pengekang yang mempengaruhi Nero pun menghilang.     

  "Si-sihirnya menghilang?! Ba-bagaimana bisa?" ucap Nero terkejut.     

  Kapten Saito pun melihat kebelakang dan tersenyum dengan darah yang mengalir dari mulutnya.     

  "Pergilah sekarang, carilah adikmu dan bawa anak kecil itu. Aku akan mengorbankan nyawaku disini untuk kalian, pergilah ke markas provinsi timur! Mintalah perlindungan dari mereka, katakan bahwa Saito yang mengirim kalian" ucap kapten Saito.     

  Nero terlihat memasang ekspresi sedih.     

  "Aku baru saja bertemu denganmu, namun aku bisa merasakan kebaikan yang sangat dalam dari dirimu. Aku harap kita dapat bertemu lagi, pahlawan terhormat. Aku akan selalu mengingatmu selama hidupku" ucap Nero.     

  Setelah mengucapkan hal itu, Nero pun mengangkat anak kecil itu dan terbang menjauh dari tempat itu.     

  "Sialan, sudah lama sekali sejak aku mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi seseorang" ucap Kapten Saito dengan senyuman yang lebar.     

  "Kau pikir aku akan membiarkanmu pergi dari sini?" teriak Kolonel Erik.     

  Kolonel Erik terlihat mengeluarkan senjata roh miliknya yang berbentuk seperti pistol revolver dengan corak ular di pinggirnya dan membidik Nero yang tengah terbang.     

  "Tak akan kubiarkan!"     

  Untuk sekali lagi Kapten Saito mengangkat perisainya dan mengeluarkan kekuatan sihir yang besar dan mulai merapal sihir lagi.     

  "Besilah yang menempa diriku, hanya diriku yang bisa melindungi semua. Bangkitlah! [Magic Shield : Guardian Angel]! (Watashi o kitaeta no wa tetsudeshita. Watashi dake ga subete o mamoru koto ga dekimasu. Okiru! [Mahō no tate: Shugo tenshi]!)"     

  Perlahan perisai milik Kapten Saito pun berubah menjadi figur malaikat besar yang memegang perisai besar berwarna putih dan melakukan pose bertahan.     

  Kolonel Erik pun melepaskan tembakan yang mengeluarkan peluru sihir yang dapat menembus segala objek tidak peduli sekeras apapun. Kapten Saito pun berdiri dengan gagah berani dengan tekad yang membara di ujung jurang dan menahan peluru sihir itu, perlahan perisai sihir miliknya mulai retak. Dirinya pun melihat Nero yang sudah terbang jauh dan tidak terlihat lagi.     

  "Setidaknya aku sudah menyelamatkan dua nyawa yang tidak bersalah, aku harap Kolonel Ryota dapat memaafkan diriku karena mati lebih dulu darinya. Selamat tinggal Kolonel Ryota, Ryouichi, dan juga yang lainnya. Aku harap kita bisa bertemu lagi di kehidupan selanjutnya" ucap Kapten Saito.     

  Peluru sihir dari Kolonel Erik terus mencoba untuk menembus perisai sihir dari kapten Saito, hingga akhirnya peluru sihir itu dapat memecahkan perisai sihir dari kapten Saito. Peluru sihir itupun tepat mengenai dada kiri kapten Saito dan menembus jantungnya. Kapten Saito pun tumbang dan jatuh ke dalam jurang dengan senyuman puas dan bahagia, dirinya bahagia karena dirinya mati terhormat untuk melindungi seseorang. Perlahan mata Kapten Saito tertutup seiring dirinya jatuh kedalam jurang itu.     

  Letnan Shizu yang melihat hal itu pun berjalan pelan menuju ujung jurang.     

  "Anda adalah prajurit yang saya hormati, Kapten Saito. Bahkan di detik terakhir, anda masih bisa tersenyum seperti itu. Maafkan saya, saya pasti akan menebus hal ini di kehidupan selanjutnya" ucap Letnan Satu Shizu dengan tatapan sedih.     

  "Letnan Satu Shizu! Apa yang kau lakukan? Cepat kita pergi dan kejar half-demon itu, mereka pasti belum pergi jauh dari sini" ucap Kolonel Erik.     

  Letnan Satu Shizu dan Kolonel Erik pun pergi dari tempat itu berusaha untuk mengejar Nero. 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.