Swords Of Resistance: Endless War

Bab 78, Antara Disiplin, dan Keberanian



Bab 78, Antara Disiplin, dan Keberanian

0Puteri Skoginleif berkunjung ke Ibu Kota Mignia untuk bertemu dengan Duta Besar Prussia di Mignia, Olivia Klopstock. Kedua perempuan itu duduk berhadap-hadapan di kursi mereka masing-masing.     

"Sebagai pemimpin di Kanton Laboton. Aku meminta maaf atas kejadian yang menimpa Puteri Athena. Walaupun Puteri Athena dan kedua sahabatnya tidak mengalami luka. Situasi negara kami masih belum pulih, sehingga banyak gerombolan liar bersenjata yang berkeliaran di jalanan yang mengancam siapa saja," kata perempuan berkulit putih layaknya salju, bermata emas, dan berambut pirang pucat itu. "Karena negeri kami sedang dilanda kekacauan. Sebagai Pemimpin Kanton Laboton. Kami mengharapkan kerja sama yang lebih luas di bidang ekonomi, pendidikan, teknologi, kesehatan, dan keamanan."     

"Kami menerima dengan baik permintaan maaf yang menunjukkan bahwa Puteri Skoginleif adalah orang yang paham dan mengerti tentang tata cara serta etika politik dan hubungan internasional. Kami mengapresiasi tindakan profesional Pemerintah Kanton Laboton yang telah melindungi seluruh Warga Prussia di sana, termasuk Puteri Athena, dan kedua sahabatnya," kata perempuam berambut pendek sebahu, berkulit keriput, dan berkacamata tersebut.     

"Terima kasih atas kebijaksanaan, Nyonya Olivia. Kami merasa bersyukur bisa menjalin hubungan yang lebih dalam dengan negara-negara anggota CSO."     

"Sama-sama, Puteri Skoginleif. Semoga kedamaian segera datang di Anvilesy."     

.     

.     

Lelaki berambut merah jabrik itu sedang latihan capoeira di hangarnya. Gerakannya begitu gesit dan bertenaga. Lantai di mana kakinya berpijak mendadak dingin dan dilapisi oleh lapisan es yang licin, sehingga membuat Theodore Ludwig Hohenstein terpeleset, dan jatuh. Walaupun dia berhasil berdiri kembali.     

Seorang perempuan berambut panjang lurus berwarna pirang datang dengan senyuman yang jahil yang menghiasi wajah cantiknya datang menghampiri sang kekasih.     

"Kau membuat kaget saja, Athena. Sepertinya kau baik-baik saja. Aku kasihan dengan orang-orang idiot yang mencari masalah denganmu itu," kata Theodore menatap kekasihnya.     

"Aku baik-baik saja, dan hanya ingin memberi kejutan. Aku bawa makanan untukmu. Aku buat nasi goreng dengan menggunakan bumbu rendang." Athena menyerahkan sekotak nasi goreng tersebut kepada kekasihnya.     

Theodore segera membuka kotak nasi pemberian kekasihnya dan segera memakan nasi goreng buatan kekasihnya dengan lahap.     

Athena senang melihat kekasihnya menghabiskan seluruh nasi goreng dengan bumbu rendang buatannya.     

"Tak ada hal yang paling menyenangkan selain melihat dirimu menghabiskan makanan buatanku. Kata Charlemagne, cara terbaik untuk menghormati seorang Koki adalah dengan menghabiskan seluruh makanan buatannya."     

"Kalau orang lain membuat makanan untukmu. Maka kau harus menghabiskannya tanpa sisa," balas Theodore. "Selain itu, masakan yang kau buat mengingatkanku akan masa kecilku di Kota Bukittinggi. Kalau ada waktu, aku ingin mengajakmu berlibur ke Kota Bukittinggi. Nanti kita akan menginap di rumah pamanku di sana."     

"Baiklah, aku sangat mengharapkannya. Mengingat aku ingin melihat secara langsung kampung halamanmu," kata Athena. Keponakan jauh dari Stadtholder Nikolaus itu menatap TSF tipe Su-27 yang dipiloti oleh kekasihnya. "Aku tidak menyangka bahwa kau lahir di Tanah Minang."     

"Ibuku ditugaskan sebagai seorang Guru di sana. Sementara ayahku adalah seorang Montir. Jadi ayahku mengikuti ibuku bertugas di Bukittingi. Aku dan Lise lahir di sana."     

"Sepertinya menyenangkan tinggal di tanah yang hampir semua tanaman bisa tumbuh. Dengan iklim tropis yang begitu bersahabat."     

.     

.     

Lima belas unit TSF tipe Su-27 milik Tentara Prussia, Russia, Belarusia, Azerbaijan, dan Armenia tengah terbang di angkasa menuju ke arah Kota Bantram yang merupakan Ibu Kota dari Kanton Bantamn. Kelima belas unit TSF tersebut, segera menembaki posisi mobil-mobil toyota musuh yang ada di bawah.     

Pasca kematian Raja Lancelot Tommie. Persemakmuran Anvilesy dilanda kekacauan dengan terpecahnya Anvilesy menjadi beberapa negara berdasarkan Agama mayoritas Rakyatnya. Di mana Rakyat penganut Agama "Cult of Eoglahin" berperang melawan Rakyat penganut Agama "Faith of Lunufis." Kanton-kanton penganut Agama Agama "Cult of Eoglahin" menjalin persekutuan dengan CSO, sementara Kanton-kanton penganut Agama "Faith of Lunufis" menjalin persekutuan dengan NAA.     

Dari sebuah tempat di sudut Kota yang berada di posisi yang aman. Sebuah mobil toyota pick-up yang dilengkapi dengan persenjataan yang berat milik Tentara Xutradan. Toyota tersebut tengah menembaki kelima belas unit TSF milik CSO yang terbang di angkasa. Tembakan Toyota tersebut menjatuhkan satu unit TSF milik Tentara Azerbaijan.     

Para Tentara Xutradan bersorak-sorai dengan riang gembira setelah berhasil menjatuhkan TSF milik Tentara Azerbaijan. Hanya saja kegembiraan mereka itu adalah yang terakhir di dunia, sebelum tembakan dari TSF yang dipiloti oleh Theodore menghancurkan mereka dan mengirim mereka ke neraka. Ledakan itu terjadi cukup dahsyat dan menewaskan sekitar tiga puluh Tentara Xutradan yang berjaga di sana.     

"Tembakan yang bagus, Theo," puji seorang Pilot perempuan Prussia yang bernama Sabina Magdalena Krzywicka.     

TSF tersebut berpisah untuk mengisi posisi yang telah diberikan oleh markas pusat.     

"Terima kasih, Theo. Sudah membunuh mereka untuk Etibar Aüamusalü. Kami tidak akan memaafkan kalian, Xutradan!" kata seorang Pilot Azerbaijan yang bernama Azad Naghiyev.     

Theodor ditempatkan di distrik lima yang terletak di pusat Kota Bantamn bersama dengan seorang Pilot TSF dari Russia yang bernama Umsky Sergei Antonovich, dan seorang Pilot perempuan dari Armenia yang bernama Nane Ekshian.     

Ketiga TSF CSO tersebut segera menembaki posisi Tentara Xutradan yang ada di bawah. Para Tentara Xutradan mundur ke belakang dan posisi tersebut telah diamankan Tentara CSO.     

Tentara Kanton Bantamn yang ada di lokasi segera memberikan pesan kepada mereka bertiga. Pesan tersebut berbunyi, "Terima kasih telah datang tepat waktu, Comrade. Jika tidak, kami sudah dihabisi oleh mereka."     

Bagian barat Kota Bantamn dikuasai oleh Tentara Xutradan. Sementara bagian timurnya masih di bawah kendali Kanton Bantamn.     

"Mungkin ini pertama kalinya aku terlibat pertempuran Kota. Banyaknya gedung dan bangunan yang berisikan Warga Sipil, sedikit menghambat pergerakan kita untuk menyerang musuh. Salah menyerang justru akan memperbanyak jumlah musuh," kata Theodor.     

"Kau nanti akan terbiasa setelah berperang di Kota. Anggap saja ini adalah debutmu, mengingat pengalaman pertama itu selalu ada kesan tersendiri. Walaupun aku juga baru pertama kali berperang di Kota," balas Nane Ekshian.     

Sekitar tujuh belas rudal mendarat dan menghancurkan posisi-posisi Tentara Xutranda di wilayah barat Kota Bantamn. Serangan tersebut menghasilkan sebuah ledakan yang besar, di mana salah satu rudal menghantam gudang senjata milik Xutranda yang ada di sana, yang mana sebelumnya tempat tersebut adalah gudang senjata milik Bantamn.     

.     

.     

Peperangan dihentikan untuk sementara. Sehingga kedua belah pihak yang tengah bertikai memilih menghabiskan waktu yang ada dengan bersantai dan menikmati waktu santai mereka di masing-masing wilayah yang mereka kuasai.     

Theodor tengah menyendiri di dalam sebuah ruangan yang terbengkalai. Walaupun dia sedang menyendiri, tetapi dia sedang berkomunikasi melalui sambungan dengan Duta Besar Olivia Klopstock yang merangkap sebagai Pemimpin Stasi di Mignia.     

"Peperangan tidak harus diselesaikan dengan senjata," kata sang Duta Besar. "Kau aku tugasi untuk bertemu dengan Brigadir Jenderal Erelva Vistridot, selaku Pemimpin Tertinggi Tentara Kanton Xutranda. Kau harus melobi sang Brigadir Jenderal untuk menghentikan peperangan dan menjalin persekutuan dengannya. Kau akan ditemani dengan Ratgomm Fogmark yang merupakan seorang Letnan Satu di Bantamn, untuk menjalankan tugas tersebut. Aku doakan semoga kau bisa menyelesaikan misi ini dengan baik, berjalan dengan lancar, dan sukses."     

"Siap laksanakan, Butterfly," balas Theodore Ludwig Hohenstein.     

Duta Besar Olivia Klopstock menutup pembicaraan dengan Theodor. Dia menatap Peta Anvilesy yang ada di layar laptopnya.     

"Semoga kau bisa menjalankan tugasmu dengan baik dan tanpa ada halangan yang berarti."     

Suara langkah kaki terdengar menuju ke arahnya. Theodore segera bersiap diri untuk melakukan sebuah misi diplomatik. Pintu diketuk oleh seorang elf berkulit putih pucat dan bermata yang memancarkan cahaya berwarna biru.     

"Ini aku, Orange Clown," kata Letnan Satu Ratgomm Fogmark yang berdiri di depan pintu di ruangan di mana Theodore Ludwig Hohenstein tengah berada.     

Theodore segera berjalan ke arah pintu dan keluar dari ruangannya.     

"Ayo kita bergerak, kawan," kata Letnan Satu Ratgomm.     

"Siap," balas Theodore dengan suara pelan tapi tegas.     

Mereka berdua berjalan di tengah gelapnya malam dengan mengenakan jubah berwarna hitam. Di beberapa titik yang merupakan batas pemisah antara Tentara Bantamn dan Xutranda. Terlihat Tentara dari kedua belah pihak tengah berbicara santai, walaupun tadi siang mereka bertarung dengan begitu sengit. Dalam pembicaraan yang terjadi di antara beberapa Tentara dari kedua belah pihak. Mereka hanya berbicara tentang cinta, keluarga, hingga masa depan yang damai. Dari cara mereka berbicara, serta ekspresi tawa, dan bahagia yang ditunjukkan oleh Tentara Bantamn, dan Xutranda yang tengah berbicara. Menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada benih permusuhan yang begitu tajam di antara mereka.     

"Mereka semua adalah bawahanku. Aku sengaja memerintahkan mereka untuk berkomunikasi secara santai dengan Tentara Xutranda. Mengingat bagaimanapun juga kami masih bangsa yang sama, dan berasal dari negeri yang sama. Ini juga adalah cara terbaik untuk membuat Anvilesy kembali bersatu sebagai bangsa yang berdaulat."     

Mereka berdua berjalan dengan mengendap-endap melewati gedung-gedung yang kosong, dan dijaga oleh beberapa Tentara. Theodore dan Letnan Satu Ratgomm memasuki sebuah gedung di mana ada seseorang berjubah hitam metalik yang tengah menunggu mereka berdua.     

"Apakah kami telat?" tanya Letnan Satu Ratgomm.     

"Tidak, kawan," jawab orang itu. Dari suaranya, terdengar bahwa dia adalah seorang perempuan. "Sekarang kalian ikut aku. Brigadir Jenderal Erelva ingin bertemu dengan kalian."     

Dengan dibimbing oleh seorang perempuan. Theodor dan Letnan Satu Ratgomm berjalan menuju ke sebuah tempat yang berada di atas bukit, di mana Brigadir Jenderal Erelva berada. Tempat itu merupakan sebuah bangunan berbentuk kotak yang terletak di atas sebuah bukit dan dijaga oleh delapan Dark Elf bersenjata berat.     

"Minerva," kata perempuan itu kepada para Dark Elf yang tengah berjaga.     

"Silahkan masuk," kata salah seorang Dark Elf.     

Mereka bertiga memasuki bangunan tersebut. Di ruang tamu, seorang perempuan dewasa berseragam militer berwarna hijau gelap yang diperkirakan berusia empat puluh satu tahun tengah duduk di kursinya.     

"Terima kasih Minerva telah menjemput tamuku. Sekarang kau boleh berisitirahat," kata Brigadir Jenderal Erelva.     

"Terima kasih, Brigadir Jenderal Erelva." Minerva segera balik kanan dan keluar dari bangunan tersebut.     

Setelah Minerva keluar dari bangunan tersebut. Sang Brigadir Jenderal mempersilahkan kedua tamunya untuk duduk dan membuka jubah hitam mereka dengan isyarat tangan. Theodor dan Letnan Satu Ratgomm segera duduk dan membuka jubah hitam mereka.     

"Pertempuan tadi siang cukup menyenangkan. Kalau saja CSO tidak mengirimkan lima belas TSF, sudah pasti kami sudah menguasai 60% Kota Bantamn," kata sang Brigadir Jenderal.     

"Kau memang tangguh, Nyonya Erelva. Kau memiliki Pasukan yang terlatih dan profesional. Tidak seperti Tentara Bantamn yang hanya modal nekat," balas Letnan Satu Ratgomm.     

"Kalian cukup tangguh untuk satuan Tentara yang modal nekat. Tentaraku tidak senekat Tentara Bantamn. Mungkin ini karena perbedaan budaya antara kedua Kanton, di mana Kanton Bantamn adalah pusat industri, sedangkan Kanton Xutradan adalah pusat militer. Selain itu, orang-orang Xutradan sangat disiplin sementara orang-orang Bantamn sangat berani," puji Brigadir Jenderal Erelva.     

Suasana hening untuk beberapa detik. Ekspresi sang Brigadir Jenderal masih terlihat tenang, dan penuh percaya diri. Sementara Letnan Satu Ratgomm memasang wajah datar sambil matanya melirik ke segala penjuru.     

Theodore yang merasakan adanya nuansa yang dingin. Langsung mencairkan suasana dengan berkata, "Orang-orang yang disiplin dan berani jika bersatu akan menjadi kekuatan yang tak terkalahkan dan bisa mengajak orang lain untuk menciptakan perdamaian di dunia. Aku melihat beberapa Tentara Bantamn dan Xutradan yang berbicara dengan santainya di beberapa titik. Walaupun tadi siang mereka bertarung dengan begitu sengitnya. Mereka berbicara dengan santai layaknya sahabat. Walaupun perang ini sangat gila, di mana sesama bangsa Anvilesy saling berperang. Akan tetapi jauh di dalam lubuk hati mereka. Sangat menginginkan kedamaian, dan bisa hidup normal seperti sedia kala, sebagai seorang yang merdeka, dan juga teman yang bersahabat."     

Brigadir Jenderal Erelva tersenyum tipis dan bertepuk tangan dengan pelan sebagai pujian terhadap Theodor.     

"Kau memiliki kemampuan bicara yang hebat, anak muda. Aku senang pihak CSO mau mengirimmu bersama dengan Letnan Satu Artgomm. Bagaimanapun juga aku sudah mendapatkan beberapa laporan di lapangan tentang beberapa Tentaraku yang tengah berbicara santai dengan Tentara Bantamn. Pada dasarnya kita tidak ingin berperang. Hanya saja ada orang-orang yang memaksa kita untuk saling berperang. Aku juga tidak begitu suka jika harus memerangi orang Bantamn, mengingat mereka adalah orang-orang yang berani. Sangatlah tidak berguna jika memerangi para pemberani," ungkap Brigadir Jenderal Erelva yang memuji kedua tamunya pada dua kalimat yang telah dia lontarkan di awal.     

"Kami juga tidak ingin berperang. Mengingat kita hidup di tanah yang sama. Kita memang dipisahkan oleh Agama yang berbeda. Namun kita sudah hidup dan berdiri di tanah ini sejak lama. Sudah saatnya kita harus bersatu untuk kedamaian, serta kebaikan Rakyat kita. Ini adalah moment yang tepat untuk bersatu dan menghentikan perang ini," kata Letnan Satu Artgomm dengan nada bicara yang berapi-api.     

Brigadir Jenderal Erelva tersenyum lebar mendengarnya. "Kalian adalah pemuda yang hebat. Aku senang dengan gaya bicara kalian serta kalimat yang kalian lontarkan. Mungkin pertemuan ini adalah awal bagi kita untuk kembali bersama sebagai sesama Bangsa Anvilesy."     

"Tentu saja, Brigadir Jenderal," kata Theodore dan Letnan Satu Ratgomm serempak.     

"Katakan kepada Pemimpinmu, bahwa Xutradan ingin berdamai bersama dengan Kanton-kanton di timur Anvilesy. Aku harap Kanton-kanton di barat mau berdamai dan menjalin persekutuan seperti sediakala. Walaupun aku yakin akan sangat sulit membujuk para orang tua bau tanah di Kanton-kanton barat."     

Letnan Satu Ratgumm dan Theodor sangat senang mendengar balasan dan respon positif dari Brigadir Jenderal Erelva.     

"Kami sangat senang atas balasan dari Brigadir Jenderal. Kami akan segera sampaikan kepada Pemimpin kami, Tuan Voy Ngryuyen Tjakh," balas Letnan Satu Ratgumm.     

Setelah selesai berdiplomasi dengan Brigadir Jenderal Erelva. Mereka segera kembali ke Kota Bantamn dan menyampaikan pesan dari Brigadir Jenderal Erelva.     

Pertempuran di Kota Bantamn telah berakhir dengan dimulainya persekutuan antara Bantamn, dan Xutranda, sehingga membuat Kanton Xutranda bergabung dengan Konfederasi Kanton Timur Anvilesy. Dengan dimulainya persekutuan antara Bantamn, dan Xutranda. Diharapkan Anvilesy kembali menjadi negeri yang damai seperti di masa lalu.     

.     

.     

Walaupun memakan proses dan waktu yang cukup lama. Amerika Utara, Inggris Raya, Perancis, Prussia, dan Russia berusaha untuk mengumpulkan seluruh Pemimpin dari Kanton-kanton yang membentuk Persemakmuran Anvilesy kembali, agar bisa mewujudkan Anvilesy yang baru serta mewujudkan perdamaian di negara tersebut.     

Bukan perkara mudah untuk menyatukan seluruh Pemimpin Kanton dari Persemakmuran Anvilesy. Mengingat sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang keras kepala, sehingga membutuhkan proses yang lama bagi CSO dan NAA untuk mengumpulkan mereka untuk membentuk Anvilesy yang baru.     

Setelah menjalani berbagai macam perjanjian, akhirnya Anvilesy bisa kembali menjadi negara yang bersatu walaupun negara tersebut dibakar oleh api dalam sekam yang bakalan kembali terbakar suatu hari nanti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.