Part 72 ~ Rencana Bara
Part 72 ~ Rencana Bara
"Belum punya anak. Saya baru nikah."
"Semoga segera dikaruniai keturunan ya mbak. Kalo anak saya baru satu."
"Terima kasih atas doanya Mas. Udah berapa tahun umur anaknya?"
"Lima tahun mbak. Sudah sekolah TK."
"Cowok apa cewek?"
"Cowok mbak."
"Semoga anaknya kelak jadi anak soleh, sukses dan berprestasi," kata Dila dengan tulus.
"Amin mbak. Semoga anak saya bisa mengubah keadaan orang tuanya nanti. Enggak kerja di club kayak saya dan dicap negatif."
"Amin," balas Dila.
"Hidup di Jakarta keras mbak. Hanya ini pekerjaan yang saya dapatkan. Ini aja saya udah bohong sama istri. Saya ngakunya sama istri kerja di pabrik."
"Semoga Mas segera dapat pekerjaan di tempat lain yang lebih bagus dan enggak dicap negatif lagi."
"Kayaknya seru banget obrolan kalian," kata Anda tiba-tiba muncul dengan bermandikan keringat.
"Lo asik banget sama dunia lo sampai lupa teman," sindir Dila.
"Mana mungkin gue lupa sama teman kayak lo. Dila selalu dihati Anda," kata Anda menggombal memperlihatkan puppy eyes.
"Gue enggak butuh gombalan lo."
"Mas minuman aku dong!" Pinta Anda pada sang bartender.
Mas bartender memberikan minuman pesanan Anda yang telah dipesan tadi. Anda menerima minuman dari sang bartender. Hanya minum wine dengan kadar alkohol rendah dan tidak memabukkan.
"Kalo boleh tahu namanya siapa Mas?" Tanya Anda."Kayaknya seru banget ngobrol sama teman saya."
"Romi mbak. Mbaknya asik diajak ngobrol dan enggak sombong," jawab sang bartender.
"Romi ada korek enggak?" Anda mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya.
"Sejak kapan lo beli rokok?" Protes Dila dengan gigi bergemeletuk. Sesekali melepas candu Anda malah kebablasan.
"Tadi pas pergi ke kamar mandi. Jangan marah ya Dila. Udah lama enggak. Kalo enggak sekarang lepas kangen kapan lagi. Nyampe Surabaya mana bisa."
"Terserah lo," balas Dila ketus dengan mata melotot seperti tokoh antagonis di film India.
Sementara itu di tempat yang sama Bara dan rombongan DPRD menikmati malam Minggu mereka dengan melepas penat di club yang sama dengan Dila dan Anda. Rombongan DPRD provinsi akan balik ke Padang besok sore. Sebelum pulang mereka ingin bersenang-senang. Minum air sambil menyelam, itu ungkapan yang pantas untuk mereka.
Mereka minum dan karaoke ditemani oleh gadis pemandu lagu. Tak perlu dipungkiri dan sudah jadi rahasia umum jika kelemahan anggota dewan adalah wanita dan uang. Walau sudah tua, pria tetaplah pria yang akan tergoda dengan kemolekan tubuh perempuan muda. Istri di rumah sudah tak muda lagi, tak kencang dan singset seperti waktu muda. Pria seperti ini membutuhkan pelampiasan akan seks yang menggairahkan dari wanita muda.
Namanya laki-laki semakin tua semakin berminyak, kata orang Minang artinya semakin tua semakin menjadi. Kebanyakan dari anggota dewan yang dibawa Bara, mata keranjang dan penghamba uang.
Dian dan Bara keluar dari ruangan karaoke. Dian merasa risih melihat kelakuan anggota dewan yang tak tahu adab. Mereka tanpa sungkan meraba-raba dan meremas payudara sang pemandu lagu di depan para asisten masing-masing. Menjadi asisten seorang dewan harus siap mental memenuhi kebutuhan sang dewan termasuk kebutuhan arus bawah.
Bukan sebagai orang yang memenuhi syahwat mereka, tapi sebagai penyedia akomodasi seperti kondom dan tisu magic untuk mereka bercinta. Rata-rata asisten dewan sudah menstok kedua benda agar tak sulit lagi mencari ketika Bapak mereka butuh. Bapak dewan kadang bercinta tak tahu waktu. Tak jarang mereka membawa wanita ke dalam ruang kerja yang ada fasilitas kamar untuk istirahat.
Kabar burung yang mengatakan anggota DPR bercinta di ruangannya bukanlah isapan jempol belaka. Itu sudah jadi rahasia umum. Cleaning servis sudah biasa mendengar desahan sang dewan bercinta ketika akan membersihkan ruangan. Mereka diam karena tak mau mengusik sang dewan, jika tak ingin pekerjaannya terancam.
Bara dan Dian menikmati minuman mereka seraya melihat goyangan para penari di atas panggung.
"Aku benar-benar muak melihat kelakuan rombongan bos. Gaya sok alim, sholat tak pernah tinggal, tapi tetap aja genit dan doyan wanita. Tidak punya malu padahal ada yang dipanggil Pak Haji. Benar-benar enek melihat kepalsuan mereka. Manis diluar saja, tapi busuk di dalam," komentar Dian melihat kelakuan para anggota DPRD. Ia menghabiskan minuman dalam sekali teguk.
Bara tertawa terkekeh," Dian oh Dian. Masa kamu baru tahu jika mereka semua enggak bermoral? Agama hanya tameng untuk mengambil simpati rakyat. Sekali bejat tetap saja bejat."
"Penipu ulung banget bos. Mending orang yang terang-terangan keliatan bobrok, daripada sok alim kayak mereka tapi aslinya bejat. Orang kayak mereka paling berbahaya. Gaya sok alim, sayang istri tapi kalo kunker cari wanita buat ewe-ewe. Kan suek bos. Mending hadapin pengusaha nakal, udah pasti kita was-was sama mereka daripada berhadapan dengan dewan terlaknat itu."
"Ha...ha.ha....," tawa Bara pecah mendengar celotehan Dian.
"Itulah dunia politik Dian. Tak ada politisi yang bersih. Mereka cuma baik diluar saja, tapi aslinya ya gini. Mereka berbondong-bondong jadi anggota dewan karena mereka tahu tempat basah untuk mendulang uang. Memperjuangkan nasib rakyat, bullshit. Mereka malah memperjuangkan nasib sendiri. Mengembalikan uang mereka yang habis buat kampanye. Baru saja dilantik satu hari mereka sudah menggadaikan SK mereka ke bank dan kredit dengan plafond maksimal. Gaji mereka sudah habis untuk cicilan kredit. Yang mereka harapkan tunjangan ini itu."
"Benar-benar memalukan ya bos. Pantas saja aja caleg yang stres dan gila karena tak terpilih."
"Gimana enggak stres jika uangnya habis buat kampanye sampai jual rumah, mobil dan berhutang. Berharap ketika dipilih bisa balik modal nyatanya zonk,", balas Bara tergelak tawa. Entah kenapa obrolan mereka kali ini sangat menarik bagi Bara.
"Sampai jam berapa kita tunggu Bapak-bapak dewan terlaknat itu bos?"
"Biarin aja mereka senang-senang sampai puas dan teler. Sudah persiapkan rencana kita?"
"Sudah bos. Aku sudah menghubungi mami Dahlia. Anak buah mami sudah siap melaksanakan perintah kita."
"Biarkan mereka bersenang-senang dengan para pelacur itu tanpa mereka tahu jika percintaan mereka nanti direkam anak buah mami Dahlia. Aku akan menggunakan video itu nanti, ketika mereka melawanku. Kita harus siapkan amunisi sebelum berperang."
"Benar sekali bos. Kita harus mempersiapkan benteng yang kuat sebelum musuh menyerang."
"True," balas Bara meneguk wine.
"Bos aku lupa bilang," kata Dian tiba-tiba ingat Dila. Entah kenapa telponan dengan Dila mengusik pikirannya. Mau cerita tapi tak jadi karena mempersiapkan rencana Bara untuk anggota dewan.
"Bilang apa?"
"Dua hari yang lalu Dila menelpon aku. Dia menanyakan penggerebekan Hadi. Dila menanyakan padaku apakah bos dalang dibalik semua ini."
Bara tertawa terbahak-bahak. Istrinya sangat pintar dan
tebakannya benar.
"Istriku pintar sekali. Tahu sekali jika itu perbuatan suaminya," kata Bara bangga.
"Bos kok malah senang? Harusnya bos risau, belang bos ketahuan Dila."
"Kamu pikir Dila itu perempuan bodoh? Aku tak perlu berpura-pura padanya. Aku berbohong pun dia akan tahu. Pegawai bank itu tidak kaleng-kaleng, apalagi sekelas Dila. Dia bisa mengetahui mana orang yang jujur apa tidak. Dari mata kita saja ia sudah bisa menebak kita bohong apa tidak. Pegawai perbankan memiliki analisa yang kuat dan pintar dalam melakukan investigasi pada nasabah. Mereka ada pelatihan pengenalan karakter nasabah dari tulisan, mimik wajah dan memahami psikologi nasabah. Topik pembicaraan mereka sederhana, tapi justru sedang menggali informasi tentang nasabah. Melalui tulisan tangan kita saja Dila sudah bisa mengetahui kepribadian kita. Grafologi enggak salah nama ilmunya."
Grafologi adalah sebuah studi untuk mengungkap kepribadian dan karakter seseorang berdasarkan tulisan tangannya. Pegawai perbankan mendapatkan pelatihan ini untuk menganalisis dokumen nasabah dalam melakukan pelayanan sebagai alat pencegahan tindak kejahatan seperti pemalsuan tanda tangan dalam sebuah dokumen seperti cek dan surat perintah transfer.