Part 183 ~ Penyelamatan Dila ( 2 )
Part 183 ~ Penyelamatan Dila ( 2 )
"Berhenti Dila! Aku benci dipermainkan," ujar Jack dengan dingin. "Berhenti atau kau mau mati."
Ancaman Jack membuat langkahnya terhenti. Tubuhnya menggigil mendengar ancaman Jack. Entah kenapa takdir mempertemukannya dengan orang-orang kejam seperti Ana dan Jack. Motif penculikannya pun tidak diketahui. Kenapa dan mengapa ia diculik?
Dila memberanikan diri untuk mengabaikan ancaman Jack. Baginya yang terpenting melarikan diri dari tempat neraka seperti ini. Dila naik ke atas rooftop. Jack dan Ana dan beberapa penjaga mengikutinya ke rooftop. Walau takut dengan ketinggian Dila tetap memberanikan diri meloncat dari rooftop untuk menyelamatkan diri.
"Cepat tangkap dia. Tuan bisa membunuh kita jika dia lolos!" Teriak Ana lantang.
Dila tak menyerah, dia berlari dan melemparkan vas bunga yang tersusun rapi di rooftop. Dila melihat kayu, lalu mengambilnya untuk membuat para penjahar kesulitan mencapai dirinya.
Dila terus berlari dari kejaran penjaga berbaju hitam. Dila menggeram frustasi, berharap bantuan segera datang. Kaki Dila tersandung dan ia jatuh. Untung saja jatuhnya tak terlalu menyakitkan untuknya.
"Pergi kalian dari sini. Jangan tangkap aku," kata Dila berteriak. Ia mundur terdesak di bawah lantai rooftop.
"Siapa kalian? Kenapa menculikku?" tanya Dila.
Mereka tak menjawab malah semakin mendekati Dila. Ana berhasil mendekati Dila. Saking marah dan emosi Ana memukul wajah Dila hingga jatuh tersungkur ke belakang. Dila mengaduh, memegangi hidungnya yang mengeluarkan darah. Dila mengalami memar di hidung dan ada darah di atas bibirnya. Ketakutan muncul dalam diri Dila. Ia semakin terdesak, merasakan ajalnya semakin dekat. Para penculik membabi buta menghajarnya.
Vas bunga, Dila menyadari sesuatu. Ada pasir dalam vas bunga. Secepat kilat Dila meraih vas bunga dengan kedua tangannya lalu mengambil pasir di dalamnya. Dila melemparkan pasir pada sembilan orang yang mengejarnya. Saat mereka menutup mata Dila bangkit dan kembali berlari. Dila turun dari rooftop dan mencari pintu keluar dari mansion.
Tempat ini terlalu luas untuknya dan bisa tersesat. Dila menggunakan insting menemukan jalan keluar. Berharap bantuan segera datang agar tak mengalami ketakutan lagi. Dila mendekati sisi bangunan dekat kolam renang. Berharap ada pintu keluar disana.
Dila berjalan terengah-engah, tenaganya terkuras karena berlari. Terus mencoba mencari jalan keluar agar terbebas dari tempat ini. Dila berjalan semampunya entah kenapa tubuhnya lemas. Dila tidak makan dari semalam mungkin inilah yang menyebabkan tubuhnya lemas. Dila tak mau memakan makanan yang diberikan Ana takut ada obat bius atau apa. Jika ia pingsan maka ia tak akan bisa melakukan perlawanan, jika Ana dan orang-orangnya melakukan sesuatu padanya.
"Ya Allah berilah hamba petunjuk keluar dari sini," pinta Dila berdoa pada Sang Pencipta.
"Bara cepat datang kemari. Aku takut," kata Dila sembari menangis. "Mereka menyeramkan dan mereka menyakitiku."
"Mau kemana kamu?" Sapa Jack yang tiba-tiba muncul diikuti Ana.
Dila menoleh dan terkesiap, bibirnya gemetar. Tubuhnya serta merta menggigil. Malaikat maut mendekatinya. Dila berlari dengan sisa-sisa tenaga yang ada.
"Kau tidak akan bisa keluar dari tempat ini. Sekali kau milik Tuan, kau akan jadi miliknya." Ujar Jack sambil mengejar Dila.
"Mau kemana Dila?" tanya Ana menyeringai. Ia habis kesabaran, menganggap Dila mempermainkan mereka.
"Aku akan lari dari sini. Tidak akan aku biarkan kalian menyekapku lebih lama di tempat ini. Suamiku akan datang kesini menyelamatkan aku." Balas Dila berapi-api. Dila mengambil barang yang bisa dilemparkan pada Jack dan Ana agar mereka tak mendekatinya. Hiasan dinding, bunga, pernak-pernik dilemparkan Dila. Apa pun yang ia lihat dilemparkannya pada mereka.
Sebuah botol wine dilempar Dila tepat mengenai kepala Jack. Laki-laki itu langsung lumpuh bersimbah darah.
"Kau buat aku habis kesabaran Dila. Jika kau menurut aku tidak akan menyakitimu." Ana emosi menerjang Dila yang sedang lengah.
Dila tersungkur ke lantai. Ana mengambil sapu tangan yang telah diberi bius sebelumnya dari dalam saku. Tahu bakal dibius lagi Dila memberontak. Akibat perlawanannya Ana menghadiahi jambakan pada rambut Dila.
"Kau keras kepala Dila. Semakin kau memberontak aku akan menyakitimu bahkan membunuhmu. Kau menyulitkan kami."
"Aku tidak pernah memintamu untuk menculikku," balas Dila menohok, ia merebut sapu tangan dari tangan Ana dan melemparnya tak tentu arah.
"Dasar mulut besar," geram Ana menampar Dila.
"Itu balasan karena telah melempar pasir ke mataku," terang Ana menampar Dila lagi."Itu balasan karena kau telah melukai Jack. Karena kau, kami harus kehilangan orang-orang terdekat. Aku kehilangan adikku karena tertangkap saat menculikmu. Adikku mati dalam penjara, kedua aku kehilangan Andrew, partner kerjaku. Aku terpaksa membunuh dia karena Andrew membunuh adikku."
"Aku tidak pernah minta diculik," kata Dila berteriak dalam bahasa Indonesia. Dila menangis merasakan sakit di wajah dan kepalanya.
"Bicara dalam bahasa Inggris," jambak Ana lagi. "Aku tak mengerti apa yang kamu katakan barusan."
"Aku tidak pernah minta diculik," kata Dila dalam bahasa Inggris. "Jika ada yang disalahkan, salahkan Tuanmu yang memerintahkan kamu untuk menculikku. Aku datang ke pulau Rottnest untuk liburan bersama suamiku bukan untuk diculik."
"Dasar mulut besar." Kata Ana sekali lagi.
"Aku tidak bermulut besar, tapi aku mengatakan apa yang seharusnya aku katakan. Aku tidak kenal kalian. Negara ini jauh dari kotaku. Aku bahkan tidak mengenal Tuanmu itu," kata Dila terisak-isak. Entah kenapa ia jadi cengeng dan sensitif.
"Salahmu adalah dia tertarik padamu."
"Aku tidak pernah memintanya tertarik padaku."
"Kenapa Tuanmu ingin menculikku? Jika karena harta tidak mungkin. Tuanmu sangat kaya. Jika kekayaan keluargaku dan keluarga suamiku digabung belum bisa mengalahkan kekayaan Tuanmu."
"Itu kau pintar," sarkas Ana bertepuk tangan.
"Dia terobsesi padamu dan ingin melampiaskan fantasi seksnya padamu," jawab Ana berbisik di telinga Dila.
"Tidak," kata Dila geleng-geleng kepala. "Aku lebih baik mati daripada jadi fantasi seks Tuanmu."
Jack bangkit seraya memegangi kepalanya yang terluka. Kepalanya pusing dan penglihatannya masih samar-samar.
"Ana jangan mengulur waktu. Ikat dia dan kita akan kabur dari ruang bawah tanah. Kita tak punya waktu lagi. Polisi semakin dekat," kata Jack mengingatkan.
Ana mengambil tali dan lakban. Ia mengikat tangan dan melakban mulut Dila. Ana membantu Dila bangkit dan membawanya pergi ke ruang bawah tanah.
Enam unit helikopter telah mendarat di tepi pantai dekat mansion. Para polisi turun dan heli dan bergegas menuju mansion. Mereka membobol pintu pagar dan pintu masuk ke dalam mansion. Bara dan Dian juga turun ke lapangan mencari keberadaan Dila.