Arrogant Husband

Hall Of Mirrors



Hall Of Mirrors

1Mereka berdua sudah berada di sebuah istana, bernama Versailles. Istana tersebut memiliki beberapa panorama yang sangat indah. Banyak taman-taman dengan hamparan rumput yang sangat luas, bentuk patung, dan juga air mancurnya. Bergaya arsitektuk klasik, interior sangat indah, serta mewah.     

Banyak pengunjung berdatangan ke sini, termasuk Alisa dan Saga. Suami istri itu begitu terkagum-kagum dengan pemandangan ini. Mereka bergandengan tangan dengan mesra sambil mengedarkan pandangan.     

"Sayang, lihat taman di sini, sangat indah kan?"     

"Sangat indah. Aku suka." Alisa mengangguk-angguk. Ia mengagumi pesona kota Paris ini. Saat ini, dirinya tengah berlendeh dengan manja di dada bidang sang suami.     

Hamparan bunga-bunga yang indah di taman ini bisa mereka jadikan spot untuk berfoto. Saga dengan cepat merogoh dalam saku untuk mengambil ponsel. Tak ingin melewatkan momen seperti ini.     

Saga mengambil fotonya bersama Alisa tengah berpelukan seperti ini dengan latar belakang istana. Sangat romantis. Selain mereka, masih banyak juga pasangan lain yang berfoto mesra.     

"Sangat bagus," ucap Saga. Ia melihat foto di ponselnya sendiri. Alisa tersenyum senang.     

"Iya, tempat ini sangat bagus. Kau juga terlihat sangat tampan." Lantas, Saga mencubit gemas hidung mancung sang istri bak perosotan itu.     

Kemudian, mereka berdua terus berlangkah untuk menuju ke dalam istana. Di dalam sana tak kalah mewah seperti saat berada di luar. Karena Saga sudah memesan tiket go show (beli di tempat) dan memilih passport tiket. Dengan menggunakan passport tiket tersebut mereka bisa masuk ke dalam istana.     

Mereka memasuki hall of mirrors. Ruangan yang paling menarik dari semua ruangan yang ada di dalam istana ini. Hall of mirrors adalah ruangan yang besar dengan lorong yang panjang. Didesain dengan nilai seni yang tinggi.     

Alisa menatap ke atas, di sana terdapat lampu-lampu kristal yang sangat cantik serta lukisan langit-langit nan memesona. Dipadukan dengan ornamen dinding berwarna keemasan. Kesan elegan nan mewah langsung terasa seketika. Alisa merasa takjub karena banyak sekali cermin di sini, karena sesuai dengan namanya hall of mirrors.     

"Sungguh sangat indah berada di sini." Alisa menutup mulutnya dengan kedua tangan. Air mata hendak keluar dari tempatnya, karena saking terharu.     

Mereka terus berjalan menyusuri kawasan ini. Banyak sekali cermin yang menatap ke arah luar, tepatnya menghadap ke taman.     

"Kau rupanya sangat menyukai tempat ini sayang," ujar Saga.     

"Aku sangat menyukainya. Kapan-kapan kita akan ke sini lagi kan berlibur?" Alisa berharap, suatu saat ia dan Saga bisa kembali lagi berlibur bersama di sini.     

"Iya sayang, pasti. Kita akan kembali lagi ke sini pada saatnya."     

Saga merangkul Alisa dengan erat. Ia pun mengajak sang istri untuk mencari sarapan terlebih dahulu, karena mereka belum makan apa-apa. Alisa pun setuju dan mereka melangkah keluar dari hall of mirrors tersebut.     

Di tengah perjalanan menuju keluar, ada seseorang yang menabrak Alisa dari belakang. Membuat sang istri terhuyung ke depan. Melihat itu, membuat Saga jadi naik pitam.     

"Motherfucker!" (bajingan!)     

Saga mendekati orang tersebut dengan ekspresi marah dan langsung dilerai oleh Alisa. Sang istri menarik tangannya dan mengajak pergi dari sana. Sedangkan orang tersebut hanya acuh tak peduli. Orang tersebut lalu pergi dari hadapan mereka.     

"Sudah sayang! Aku tak apa-apa," ujar Alisa sambil mengajak Saga menuju ke luar.     

"Bahkan dia tidak meminta maaf padamu. Astaga ...."     

"Sudah jangan dipikirkan. Ayo, kita cari makanan saja. Aku sudah mulai merasa lapar."     

"Baiklah."     

Saga mengunjungi sebuah restoran yang letaknya cukup dekat dari istana Versailles, yaitu bernama Gordon Ramsay Au Trianon. Di sana menyajikan makanan mewah. Dan, Saga langsung memesannya. Setelah memesan itu, pelayan pun berbalik dan menuju ke belakang.     

"Sayang?"     

"Kenapa sayang?" tanya Saga.     

"Apa uangmu tak habis untuk membeli makanan semewah ini?"     

Saga lantas menggeleng-geleng. Ia tergelitik mendengar pertanyaan sang istri.     

"Ini adalah buah dari kerja kerasku selama ini sayang. Dan, akan kunikmati bersama dengan wanita yang kucintai." Saga menggenggam erat tangan Alisa.     

Di tengah keromantisan mereka, tiba-tiba ponsel Saga berdering. Ia pun segera melihat siapa yang tengah memanggilnya. Saga agak terdiam kemudian. Alisa bertanya-tanya, siapa yang tengah meneleponnya.     

"Dari ayah," lirihnya.     

Alisa juga terdiam. Saga agak terpaksa mengangkat panggilan dari sang ayah. Pria itu lalu berbicara di telepon. Setelah beberapa saat, Saga pun jadi syok.     

"Sayang, ada apa?" Alisa mendadak cemas, melihat perubahan wajah dari sang suami. Saga memasukkan ponselnya dalam saku jas.     

"Ibu sakit. Dan, ayah menyuruhku untuk segera pulang."     

"Astaga." Alisa sedih karena ibu mertuanya sedang sakit. "Secepatnya kita akan pulang ke Jakarta."     

"Apa kau tak kecewa padaku?"     

"Untuk apa aku kecewa?"     

"Aku telah berjanji padamu, selama seminggu berada di Paris. Tapi, ini baru dua hari di sini." Saga mengembuskan napas panjang. Ia tak pernah menduga sebelumnya akan seperti ini. Dengan terpaksa, mereka berdua akan secepatnya pulang ke Jakarta. Biar bagaimanapun, Saga masih sangat menyayangi orang tuanya.     

"Aku tak pernah kecewa padamu sayang. Jangan merasa bersalah seperti itu. Baru dua hari saja berada di sini, sudah sangat membuatku senang. Itu semua berkat dirimu."     

"Terima kasih, Alisa. Kau sudah memahamiku."     

"Sama-sama sayang."     

Setelah sarapan ini selesai, Saga langsung memesan tiket untuk pulang ke Jakarta. Ia ingin menengok sang ibu yang saat ini sedang sakit di sana.     

***     

Saga telah memesan tiket secara online. Ia dan Alisa saat ini sedang mengemas barang-barang mereka di hotel. Dirinya masih merasa bersalah pada sang istri karena tak menepati janji. Namun, harus bagaimana lagi?     

Setelah mereka selesai packing barang, Saga akan langsung menuju ke bandara. Perjalanan pulang menempuh waktu yang cukup lama, kurang dari delapan belas jam.     

"Ayah," ucapnya saat melihat ponselnya kembali berdering dan tertera nama sang ayah di sana. Saga langsung mengangkat panggilan tersebut.     

"Ayah minta, kau segera pulang dari luar negeri dan temui ibumu ya," ujar Pak Surya dari seberang sana.     

"Baik yah. Saga dan Alisa akan segera pulang ke Jakarta. Tunggu saja kedatangan kami."     

"Baiklah, Nak."     

Panggilan pun usai. Saga mematikan sambungan tersebut secara sepihak. Alisa lantas menatapnya. Ia lagi-lagi meminta maaf karena tak menepati janji. Sang istri sama sekali tak mempermasalahkan hal itu.     

Ia mengecup singkat kening Alisa dengan hangat. Sebagai permintaan maafnya. Wanita itu mengusap-ngusap kedua pundak kekarnya.     

"Kalau ada kesempatan lagi untuk berlibur, kita akan kembali ke sini lagi sayang. Menikmati waktu yang tertunda ini."     

"Jangan terlalu dipikirkan sayang. Aku tak merasa kecewa sama sekali. Lebih penting sekarang adalah kesehatan ibu dan kita harus menjenguknya di sana," balas Alisa.     

"Kau memang wanita paling baik, sayang."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.