Kisah Istri Bayaran

Kekhawatiran (8)



Kekhawatiran (8)

3Dalam sekejap, Xu Zipei merasa dirinya seperti lelucon. Gu Qingqing maju, ia ingin mengatakan sesuatu. Namun ketika Gu Qingqing maju selangkah kecil, Xu Zipei tiba-tiba seperti menyadari sesuatu, dan menyerbu ke arah Gu Qingqing.     

Ketika Xu Zipei menyerbu, bahunya dengan luat menabrak Gu Qingqing, membuat Gu Qingqing terhuyung ke belakang beberapa langkah dan hampir terjatuh.     

Dalam sekejap mata, Gu Qingqing sepertinya bisa merasakan tangan Leng Sicheng yang terulur ke arahnya, membantu memapahnya, bahkan mengatakan, "Hati-hati."     

Leng Sicheng … khawatir padanya?     

Pada saat Gu Qingqing mendongak, ia memang melihat tubuh Leng Sicheng miring ke depan dengan mulut sedikit terbuka. Namun pria ini malah tidak menatapnya, melainkan menatap Xu Zipei.     

Gu Qingqing sedikit kecewa. Seperti yang ia ketahui, hanya ada Xu Zipei di dalam hati Leng Sicheng. Meskipun tadi pria ini memanfaatkannya untuk menolak Xu Zipei, itu juga hanya karena konflik antara keluarga Leng dan keluarga Xu.      

Semua itu karena keluarga Xu datang ke rumah keluarga Leng dan membatalkan pertunangan mereka. Karena kata-kata kejam yang dikatakan orang tua keluarga Xu, makanya Leng Sicheng tidak bisa memaafkannya.     

Orang yang dicintai Leng Sicheng adalah Xu Zipei, dan ucapan hati-hati tadi juga ditujukan untuk wanita itu, bukan?     

Gu Qingqing berada di luar gazebo, sedangkan Leng Sicheng di dalam. Hujan masih turun, sementara Xu Zipei sudah berlari menjauh. Gu Qingqing maju selangkah, ia ingin mengatakan sesuatu, dan akhirnya melihat tatapan Leng Sicheng tertuju padanya. Pria itu tampak mengerutkan keningnya, "Untuk apa kamu ke sini?"     

Untuk apa ia ke sini?     

Gu Qingqing mendengar nada bicara Leng Sicheng yang dingin, dan seolah tidak ingin bicara dengannya. Ia tertegun mendengar pertanyaan barusan. Dan sekarang ia tidak tahu harus bagaimana menjawabnya.     

"Aku .…"     

Apa Gu Qingqing boleh mengatakan kalau tujuan awalnya mencari Leng Sicheng adalah, berharap pria itu bisa meminjamkan uang? Namun ia sudah mendengar percakapan antara Leng Sicheng dan Xu Zipei, jadi ia tidak tahu harus bagaimana mengatakannya.     

Leng Sicheng melihat Gu Qingqing masih berdiri kehujanan di bawah lampu jalan. Meskipun Gu Qingqing berada di bawah lampu jalan yang memiliki atap kecil, tapi badannya tetap basah.      

Leng Sicheng mengerutkan keningnya, lalu dengan marah dan panik berkata, "Kenapa kamu malah masih berdiri di luar? Apa kamu mau kena demam, dan menuduhku yang menyuruhmu berdiri di bawah hujan?"     

"Ti-tidak, bukan begitu!" Gu Qingqing menggelengkan kepalanya. Mungkin karena suara Leng Sicheng yang terlalu keras, ia jadi tidak banyak berpikir. Setelah meragu sejenak, ia pun berjalan masuk ke dalam gazebo.     

Dalam sekejap, ia dan Leng Sicheng sama-sama diam. Sebenarnya, jika memikirkannya kembali, ia dan pria ini tidak pernah berkomunikasi selain membahas urusan BEM. Meskipun sekarang mereka berdua bisa dikatakan dekat, namun jika hanya ada mereka berduaan seperti ini, keduanya malah merasa canggung.     

Gu Qingqing tidak tahu harus bicara apa, begitu juga dengan Leng Sicheng. Tadi Leng Sicheng sudah menolak Xu Zipei dengan jelas dan tegas, juga secara tidak langsung mengatakan isi hatinya pada Xu Zipei, bahwa orang yang disukainya adalah Gu Qingqing.     

Ini pertama kalinya Leng Sicheng memberitahukan isi hatinya pada orang lain. Namun ia tidak menyangka kalau Gu Qingqing akan mendengar hal ini.      

Leng Sicheng terbengong, tidak mengerti harus bagaimana menghadapi Gu Qingqing. Ia bahkan tidak berani melihat mata wanita itu, dan hanya menatap lurus ke hujan di luar gazebo.     

Beberapa saat kemudian, Leng Sicheng baru membuka mulutnya, "Untuk apa kamu mencariku?"     

"Aku .…" Gu Qingqing terkejut dengan Leng Sicheng yang tiba-tiba berbicara. Ia tidak berani melihat Leng Sicheng, dan hanya berdiri di sampingnya sambil menundukkan kepala. Ia melihat genangan air di permukaan lantai dan berkata, "Aku … tadi tidak sengaja. Aku tidak tahu kalian ada di sini … dan aku juga tidak tahu kalian sedang … maaf."     

"Kalau sudah dengar ya sudah." Leng Sicheng malah sangat tenang. Baginya, putus adalah sebuah hal yang melegakan, bukan sebuah kehilangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.