Kesempatan Terakhir (11)
Kesempatan Terakhir (11)
Gu Qingqing tertegun, perasaannya sekarang memang sangat sedih. Walaupun secara logika ia mengerti jika ia membiarkan Wu Aimei dan Gu Qingshan berbuat sesuka hati lagi, itu hanya akan mencelakakan mereka, namun ketika ia memikirkan bahwa kedepannya ia tidak akan berhubungan lagi dengan mereka, hatinya tetap sangat menderita. Namun ia tidak menyangka, ternyata Leng Sicheng dapat mengerti, bahkan meminjamkan pundak untuk dirinya.
Leng Sicheng .…
Gu Qingqing menolehkan kepalanya dan melihat ekspresi Leng Sicheng yang tetap sangat tenang, seolah orang yang menjadi sandaran Gu Qingqing sekarang bukan Leng Sicheng.
Walaupun Leng Sicheng bersikap tenang, namun perhatiannya tidaklah palsu. Meskipun ia belum sangat mencintai Gu Qingqing, namun sedikit perhatian seperti ini bagaikan sebuah lampu jalan di bawah langit gelap, meskipun tidak begitu terang, namun merupakan satu-satunya lampu yang menyala di dalam kehidupan Gu Qingqing!
Leng Sicheng menundukkan kepalanya, ia mengambil selembar tisu dan mengelap ujung celana serta sepatunya yang kotor. Namun sepatu sudah terkena air kotor, tidak akan bisa dibersihkan hanya dengan tisu. Akhirnya ia pun meremas kertas tisu dan membuangnya ke tong sampah mobil. Begitu Leng Sicheng duduk tegak kembali di kursinya, tiba-tiba Gu Qingqing pun memeluknya.
Leng Sicheng menundukkan kepalanya, ia dapat merasakan seluruh badan Gu Qingqing sudah masuk ke dalam pelukannya. Satu tangan Gu Qingqing merangkul pinggangnya, memeluk dengan erat, seolah jika sampai terlepas maka ia akan meninggalkannya.
Apa yang terjadi?
Leng Sicheng menundukkan kepalanya dengan bingung, jangan-jangan gara-gara ibunya?
Ia berpikir sejenak, lalu bertanya, "Sedih ya?"
Suaranya tetap dingin seperti biasanya. Gu Qingqing menganggukkan kepalanya, lalu menggeleng, "Sedikit, tapi, bagaimanapun tetap akan mengalaminya suatu hari."
Jika mengatakan Gu Qingqing merasa lega seratus persen, itu tidak mungkin, namun ia juga mengerti kondisi sekarang, jadi ia juga tidak akan membiarkan masalah itu mempengaruhinya terlalu lama.
"Terus kenapa?"
Gu Qingqing menggelengkan kepalanya lagi, ia hanya mengeratkan pelukannya saja.
Leng Sicheng tiba-tiba teringat bahwa besok, besok adalah hari kematian Ayah Gu. Jangan-jangan Gu Qingqing sedih karena ia memilih untuk memutuskan hubungan dengan keluarga Gu pada saat seperti ini?
Namun Ayah Gu adalah sosok yang sangat disayangi Gu Qingqing, Leng Sicheng tidak akan dengan bodohnya melupakan sosok penting dalam hidup Gu Qingqing itu.
"Sicheng."
Gu Qingqing tiba-tiba mengangkat kepalanya ketika berada di dalam pelukan Leng Sicheng.
Leng Sicheng sedikit bingung, ia mengerutkan keningnya dan juga menundukkan kepalanya, "Ya?"
Gu Qingqing tertegun sejenak, lalu mengatakan, "Besok, peringatan hari kematian ayahku."
Leng Sicheng sangat kaget Gu Qingqing akan inisiatif mengungkit masalah ini. Apa maksudnya? Apakah Gu Qingqing masih sakit hati?
"Kalau, kalau kamu ada waktu, ayo kita berdoa untuk ayahku, mau?"
Undangan Gu Qingqing yang mendadak membuat Leng Sicheng terkejut, "Besok, kita sama-sama mendoakan ayahmu?"
Setiap hari peringatan kematian Ayah Gu, Leng Sicheng akan diam-diam datang dan menyaksiakn Gu Qingqing mendoakan mendiang ayahnya dari jauh. Sebelumnya Gu Qingqing juga pernah mengungkit masalah ini, namun karena di antara mereka berdua telah terjadi banyak hal, Gu Qingqing pun tak jadi mengajaknya. Bahkan Leng Sicheng kira, ia hanya bisa melihat dari jauh Gu Qingqing mendoakan mendiang ayahnya sendirian.
Tapi ternyata .…