TEMAN BARU
TEMAN BARU
Wanita cantik itu berjalan lenggak lenggok membelah kerumunan peserta kelas memasak yang sedang mencicipi kue. Seketika semua mata memandang ke arah chef Jihan, yang tak lain dan tak bukan adalah Amora.
"Maaf saya sangat terlambat, Chef. Ada beberapa urusan yang harus diselesaikan dulu tadi sebelum pergi ke sini." jelas Amora dengan nada menyesal. Chef Junet yang mengerti posisinya yang hidup sebatang kara di ibukota tentu tidak mempermasalahkan hal tersebut. Malahan dia tidak menyangka Amora akan nekat datang ke sini. Toh acaranya juga sudah selesai dan bisa terhandle dengan baik. Kedatangan Amora justru membuktikan bahwa dirinya benar-benar menjalankan kepercayaan yang sudah diberikan oleh chef Junet dengan sangat baik.
"It's okay.. semuanya aman terkendali kok! Tapi urusan kamu sudah selesai, kan?"
Amora mengangguk.
"Semuanya sudah selesai, Chef. Chef gak perlu khawatir lagi, Ehm.. by the way, kamu peserta kelas memasak juga?!" tanya Amora yang sedari tadi salah fokus dengan wanita berapron putih, mematung mendengarkan obrolannya dengan Junet.
Disebelah chef Junet, Lenny mengangguk-angguk cepat. Jujur saja dia masih terpesona dengan penampilan chef Jihan ini yang super modis.
"Halo, saya Jihan..." Amora mengulurkan tangannya pada Lenny. Menyapa dengan hangat dan ramah. Dengan riang, Lenny menjabat tangan itu.
"Oh.. Hallo Chef Jihan, kenalkan nama saya Lenny! Senang bisa bertemu dengan Chef disini. Saya dengar, chef ini mantan assisten Chef Rogando yang luar biasa terkenal di Amerika ya? Saya dulu sering banget loh nonton chef Rogando di televisi waktu masih jaman kuliah, dan jujur.. saya suka sekali dengan teknik memasak beliau. Saya mohon bimbingan dan bantuan dari Chef agar saya bisa belajar memasak dengan baik!" kata Lenny panjang kali lebar. Amora sampi gak berkedip mendengar gadis itu ngoceh ngalor ngidul gak pake spasi dan gak pake tarik nafas. Bener-bener panjang nafas nih orang.
"Oh waw.." Amora menarik nafas panjang. Lenny yang ngomong dia yang terasa ngap-ngapan, "Kamu mau dibimbing? Boleh aja sih.. tapi ada syaratnya!"
"Syarat?" Lenny memicingkan matanya tanda tidak mengerti.
"Iya, syarat!" kata Amora lagi dengan mada menegaskan. "Karena di dunia ini, gak ada sesuatu yang gratis-gratis saja!"
Lenny mengangguk. Berarti dia kudu bayar lagi nih? Well, itu sih bukan masalah besar. Kan sekarang dia udah jadi crazy rich juga. Mau dibayar berapa memangnya Chef Jihan ini? Uang Reyhan sih udah gak pake nomor seri lagi saking banyaknya! Jadi pasti dia mampu-mampu aja.
"Tapi bayarnya gak pakai uang ya!" celetuk Amora lagi sebelum Lenny sempat mengeluarkan kalimat dan salah sangka. Lenny dan chef Junet mengerutkan dahi. Makin gak mengerti dengan maksud wanita itu.
"Jadi FYI aja nih Chef Junet, ternyata Lenny ini jago banget menyanyi. Saya pernah dengar dia nyanyi di Mall dan suaranya luar biasa bagus! Kita batut bangga karena salah satu peserta memasak kita ini punya talenta lain selain memasak!" jelas Amora. Chef Junet terpekik, tidak menyangka.
"Wah, jadi kamu bisa nyanyi juga Len?!" tanyanya penasaran.
"Bisa sih tapi sedikit aja, Chef. Gak seperti yang dibilang sama chef Jihan, itu terlalu berlebihan!" jawab Lenny merendah. Amora langsung memotong.
"Bohong itu Chef, suaranya bagus banget! Udah cocok dia jadi juri ajang menyanyi. So, Lenny, kalau kamu mau belajar masak sama saya.. kamu juga harus ajarin saya cara bernyanyi. Gimana? Deal?!" tembaknya.
Kontan saja Lenny tercekat.
Bukannya dia gak mau sih, tapi aseli, dia gak percaya diri sama sekali. Lenny merasa dalam bernyanyi juga dia kategori kelas biasa aja gitu, kelas ecek-ecek malahan dan masih harus banyak belajar lagi. Beda jauh lah sama Chef Jihan yang menurutnya sudah sangat senior di dunia masak memasak. Kalau kemampuan mereka disandingkan sih udah ibarat langit dan selokan pokoknya. Jadi menurut Lenny, tentu gak sebanding ilmu memasak yang akan diberikan Chef Jihan untuknya nanti dibanding ilmu menyanyi yang akan dia bagi ke Chef.
"Em..duh.. ehm.. nganu Chef..."
"Nganu nganu gimana?!" Amora nyaris tertawa melihat ekspresi Lenny yang kalang kabut ditantang begitu. Ternyata gadis itu sangat sopan dan polos, persis seperti dugaannya saat pertama kali melihat Lenny menyanyikan lagu Terlanjur Mencinta.
"Pokoknya saya gak mau tahu ya, Len. Semuanya harus balance dong, saya ajarin kamu masak dan kamu ajarin saya nyanyi, oke?!"
Lenny menepuk-nepuk pipinya sendiri, gadis itu berpikir sebentar.
Terima gak ya tawaran Chef Jihan ini? Tapiiii, kapan lagi diajarin masak khusus sama mantan assiten chef Rogando? Duhh, ini sih ibarat ketiban bulan!
"Hmm, okelah Chef kalo chef maksa begitu. Eh tapi, mon maap nih ya Chef kalau nanti saya gak becus ngajar nyanyinya. Soalnya saya ini masih pemula.. kalau ibarat siklus ayam, saya nih seperti baru menetas dari telur jadi masih butuh pengawasan, bimbingan, dan arahan. Ya, gitu deh pokoknya Chef!" jelasnya lagi. Biarin deh dia merendah terus, daripada dia nanti udah janji-janji manis ngajarin nyanyi dengan bagus tapi akhirnya gak mampu. Itu kan jatuhnya malah sesumbar. Tong kosong nyaring bunyinya.
"Baik kalau begitu, kita deal, ya? Chef Junet saksinya nih kesepakatan kita hari ini!"
"Deal Chef!" jawab Lenny dengan nada mantap.
Keduanya lalu kembali berjabat tangan dengan kencang.
"Susah deh urusannya kalau udah sama cewek-cewek gini..." komentar Chef Junet melihat mereka berdua. "Len, pokoknya jangan terlalu ambil pusing dengan keinginan Chef Jihan ya! Dia memang orangnya banyak keinginan! Yang penting kamu fokus belajar memasak disini. Kalau dia gak mau ngajarin kamu masak, kan masih ada saya!"
"Dih, chef Junet kenapa sih?!" Amora mendelik sebal, "Kalau iri bilang boss!"
"Gak apa-apa Chef.." jawab Lenny sambil tersenyum, "Saya senang kalau nanti bisa saling berbagi ilmu sama chef Jihan. Suatu kehormatan bagi saya bisa mengajari orang sekelas Chef Jihan bernyanyi!"
"Nah, betul Chef.. berbagi itu indah!" Amora menimpali. Chef Junet manggut-manggut.
"Oke oke, gak papa kalau berbagi ilmu asal kalian berdua jangan berbagi yang lain aja!" pesan Chef Junet dengan nada bercanda. "Oh ya, kalau sekira Lenny mau pulang duluan gak masalah, pasti kamu mau mengurus suami dan keluarga kan? Lagipula acara demo memasak kita juga udah selesai, but don't forget, hari sabtu besok kita mulai kelas memasak yang sesungguhya ya!"
Amora seperti mendapat surprise dengan omongan chef Junet barusan. Mengurus suami dan keluarga? Berati si Lenny ini sudah menikah toh? Wah, gak nampak sama sekali karena kalau di lihat dari body Lenny nih masih bagus betul seperti anak abege. Dirinya aja kalah.
"Baik Chef, saya pasti gak akan lupa lagi! Kalau begitu, saya pamit pulang duluan ya, Chef Junet dan Chef Jihan!" Gadis itu menundukkan kepala dengan sopan dan dibalas anggukan pula oleh Junet dan Amora. Lalu, dirinya pergi berlalu dari hadapan dua chef itu. Amora makin tercengang dengan sopan santun Lenny. Anak itu benar-benar baik!
"Dia orang mana sih, Chef?!" tanya Amora penasaran setelah bayang-bayang Lenny menghilang dibalik pintu ruang pertemuan. Chef Junet mengangkat kedua bahunya.
"Lucu ya dia? Mana sopan banget lagi. Katanya nih, suami dia ngefans banget sama gue!"
"Ah serius?!" Amora berdecak sebal, "Gak mungkinlah, itu pasti bohong! Dia bilang gitu karena terpaksa aja gak enak sama lo. Lagian, mana ada sih yang mau ngefans sama lo!"
"Eh.. nih anak.. biar begini, gue idola emak-emak se Indonesia loh!"
"Mana ada yang mau ngefans sama Chef galak kayak lo!" Amora terkikik geli, kemudian gadis itu segera balik badan, mengambil alih perhatian peserta memasak untuk mengakhiri kegiatan mereka siang hari ini.
****