PALING SPECIAL
PALING SPECIAL
Cowok yang akhir-akhir ini kecanduan juga bermain sosial media itu, memilih scroll layar handphonenya dari atas sampai bawah. Tidak ada postingan menarik disana, pun tidak ada yang membuat moodnya membaik. Cowok itu mulai bosan dan hendak mematikan handphonenya, begitu tiba-tiba ada satu postingan yang membuatnya penasaran untuk melihat.
Disana, terpampang video seorang anak yang merawat Ibunya yang sedang sakit. Video itu juga menampilkan foto lawas Ibu yang merawat anaknya dari kecil hingga si anak menjadi orang sukses. Waktu berlalu, musim berganti, kini sang anaklah yang gantian merawat Ibunya. Mendadak dada Reyhan sesak melihatnya.
Betapa jauh dilubuk hatinya, dia sangat merindukan sosok Ibu Kandungnya. Ya, biar bagaimanapun, Ibunya adalah wanita terbaik dalam hidupnya. Wanita yang rela mengorbankan jiwa raga untuk Reyhan. Reyhan masih ingat betul, bagaimana detik-detik terakhir kepergian Bunda untuk selama-lamanya. Saat itu dirinya memang masih anak kecil yang polos, tapi dia tahu betul bahwa Ibunya telah tiada. Rasa sakit itu, masih sama dengan puluhan tahun lalu. Rasa yang membekas, yang membuatnya sempat terlunta-lunta sendirian. Terlalu sakit mengingat itu semua.
Meskipun mama Lita bersikap sangat-sangat baik padanya, tapi posisi Bunda Reyhan tidak akan tergantikan dihatinya. Mungkin, papanya bisa melupakan Bunda, tapi tidak dengan Reyhan. Cowok itu mulai bangun dari posisi rebahannya, dia mulai masuk ke ruang penyimpanan dan menarik sebuah album foto usang disana.
Album foto itu sudah sangat lama dan mulai berdebu. Pelan-pelan cowok itu mulai meniup debu dan membersihkannya. Tangannya mulai membuka lembaran foto hitam putih waktu itu, foto saat dirinya masih bayi. Meskipun foto itu sudah lama, namun masih nampak jelas gurat senyum mendiang Ibunya. Wanita berdarah Turki itu sangat cantik. Reyhan yakin, Papanya adalah lelaki lokal beruntung yang bisa mempersunting Ibunya. Karena menurut penuturan mendiang sang Kakek, Ibu Reyhan adalah primadona di daerahnya pada masanya.
Mata cowok itu mulai beralih pada foto kedua, saat dimana cowok itu masih kecil, kira-kira berumur satu Tahun. Disitu dirinya mulai diajarkan bermain piano oleh sang Ibu. Namun Reyhan kecil yang tidak terlalu suka dengan musik mulai menangis. Dirinya lebih senang bermain petak umpet di kebon tetangga ketimbang harus memencet not. Dengan sabar, sang Ibu terus membimbing anaknya untuk belajar bermain piano. Dan sekarang, cowok itu justu tergila-gila dengan musik. Dia bahkan sudah tidak perlu lagi melihat not saat bermain piano. Jarinya sudah otomatis akan menari-nari sendiri. Dalam hati Reyhan bersyukur karena berkat didikan Ibunya lah, dia bisa lihai seperti sekarang.
Masih banyak kenangan bersama mendiang Ibunya yang tersimpan rapi dalam album itu. Bagaimana saat perayaan ulang tahunnya yang ke tiga tahun, Ibunya datang ke playgroup tempat Reyhan dititipkan sambil membawa birthday cake. Reyhan kecil sangat senang meniup lilin. Ibunya yang tahu hal itu, sengaja memasang banyak lilin kecil di kue ulang tahun Reyhan. Ah, semuanya terasa seperti baru kemarin. Padahal kejadian itu sudah puluhan tahun lamanya. Sekarang, usianya sudah menginjak 30 tahun.
Ia rindu. Ia sangat sangat merindukan sosok Ibunya. Bukannya Reyhan tidak bersyukur dan tidak sayang dengan mama Lita. Dia sangat sayang mama Lita, namun rasa rindu pada Ibu kandungnya juga tidak bisa dibendung. Reyhan tidak pernah merasa semellow ini sebelumnya. Ibunya dan dirinya memang telah berpisah alam, namun, semua cinta dan kasihnya tentu selalu tersimpan dihati Reyhan.
Lenny yang baru pulang dari kelas memasak perdana dengan Chef Junet, kontan terbengong-bengong mendapati suaminya sedang termenung dipojokan kamar. Badan Reyhan yang besar, tinggi, dan berotot tentu tidak cocok untuk adegan galau. Lenny jadi kepo, hal apa yang membuat cowok itu sampai sebegitu sedihnya? Bukankah dia adalah cowok kaku yang anti baper?
"Rey..." panggil cewek itu pelan. Reyhan tidak menyahut. Cowok itu masih meratapi album foto yang dilihatnya.
Dengan mengendap-endap, Lenny berjalan mendekati Reyhan dipojok kamar. Langkah kakinya super puelan. Jangan sampai dia gagal mengintip apa yang sedang dilihat cowok itu akibat suaranya yang sering grasak grusuk.
Bak anak sekolah yang sedang mencontek teman sebelahnya, Lenny melongokkan kepala mengintip 'sesuatu' yang dari tadi dipandangi Reyhan hingga dirinya betah dipojokan. Cewek itu mengerutkan dahi, seperti familiar dengan sosok wanita dalam foto. Duile, cakep banget tuh bule! Tapi kok, mirip banget sama bule yang ada dihandphone Reyhan ya? Pikir Lenny dalam hati.
Dan brukk!
Reyhan yang mulai menyadari ada makhluk lain yang sedang mengintipnya langsung saja menutup album foto dengan satu bantingan keras. Lenny jadi kaget setengah hidup. Dengan cepat, Reyhan segera bangkit dari posisi duduk di pojokan kamar. Agak tengsin dia karena tercyduk lagi termewek-mewek sendirian.
"Sejak kapan lo ngintipin gue begitu?!" tanyanya dingin. Lenny menelan ludah. Duile, galak amat nih cowok. Kayak lagi datang bulan aja.
"Emh.. nganu.. engg, gini loh.. tadi gue udah ketok pintu sambil manggil-manggil dari luar, tapi kayaknya lo lagi fokus deh jadi gak denger!" jelas Lenny dengan ekspresi ngeri. Reyhan menghela nafas, dia hendak berlalu meninggalkan Lenny namun tangannya ditahan cewek itu.
"Lo kenapa sih?!" tanya Lenny. Cowok itu terdiam dengan tatapan tidak fokus.
"Lagi ada masalah ya? Cerita dong ke gue. Biar gimanapun gue kan istri lo. Kita udah komitmen buat menghadapi apapun sama-sama kan?!" tanya gadis itu lagi. Seketika mata Reyhan jadi berkaca-kaca. Duh, dia jadi malu punya hati melow gini. Sia-sia papanya dulu marah-marahin dia dan ngasih ultimatum bahwa jadi cowok itu harus kuat, bandel, tahan banting, gak boleh cengeng!
Reyhan serta merta memeluk Lenny dengan satu tangannya, sementara satu tangan lain masih dia gunakan untuk memegang albun foto usang itu. Sementara Lenny, tentu saja gadis itu langsung membalas pelukan yang diberikan sambil mengusap-usap punggung Reyhan. Dirinya mencoba menenangkan hati cowok yang tengah rapuh itu. Hari ini ada satu hal lagi yang bisa dipetiknya, sekuat-kuatnya lelaki, tetap dia akan butuh sosok wanita untuk menenangkannya!
"Everything will be alright Rey..." ucap Lenny lirih. Reyhan menganguk dan mengeratkan pelukannya.
"Maaf gue sewot barusan..." ucap Reyhan dengan nada menyesal. Lenny mengangguk
"Gak masalah, setiap orang punya fase dimana dia akan marah, dia akan kecewa, akan sedih, akan bahagia. Mungkin lo lagi ada di fase yang gak baik, tapi percayalah semua yang lo risaukan itu tidak seburuk itu."
Reyhan menghela nafas.
"Maaf sayang..." katanya lagi, Cowok itu melepaskan pelukannya dan menunjukkan album usang itu pada Lenny.
"Nyokap lo?!" tembak Lenny langsung. Reyhan kaget, darimana gadis itu bisa tahu? Padahal kan dia belum cerita tentang isi albumnya.
"Biar gue tebak, lo pasti lagi kangen sama mendiang nyokap lo kan? Gue denger dari Encum barusan, dari pagi lo gak keluar kamar..." Lenny menatap Reyhan tepat dimanik mata cokelatnya. Cowok itu sampai speechless.
"Kenapa sih Rey? Kenapa lo harus menyiksa diri sendiri?" Lenny melingkarkan satu tangannya dileher Reyhan, sedangkan satu tangan lagi dia gunakan untuk mengusap lembut pipi cowok itu. "Kalau lo lagi kangen sama nyokap lo, lo doain dong dia. Lo minta sama Tuhan biar nyokap lo bahagia disana. Dan lagi nih ya, kenapa kita gak ziarah aja ke makam nyokap lo? Dengan begitu, lo bisa sedikit melepas kerinduan lo kan?"
Reyhan serasa tertampar. Benar juga omongan Lenny ini. Sudah lama sekali sejak terakhir kali Reyhan mengunjungi makam ibunya. Bahkan dia belum pernah membawa istrinya kesana. Ah, benar-benar anak tidak sopan. Bagaimana mungkin Reyhan bahkan tidak 'pamit' dengan mendiang Ibunda saat hendak menikah?
"Kenapa gue gak kepikiran ya?!" kata Reyhan lirih. Lenny berdecak sebal.
"Makanya jangan galau mulu! Mana gak mandi lagi dari tadi!" Lenny mulai mengomel dan melepaskan tangannya dari kegiatan peluk-pelukan dengan Reyhan, "Lo buruan mandi deh, terus kita pergi ke makam nyokap. Sekarang ya!"
"Iya iya, Istrik!"
Seperti terhipnotis, Reyhan menurut dan segera mengambil handuk menuju kamar mandi.
*****
"Yang mana Rey?!" tanya Lenny bingung. Gadis itu membenahi kacamata hitam dan merapikan rambutnya yang tertiup angin sepoi-sepou. Udara Sore ini sungguh bersahabat. Cerah tapi tidak panas menyengat seperti biasanya.
"Ini.. sini sini!" ajak Reyhan. Cowok itu serta merta berjongkok disamping pusara mendiang ibunya. Dengan cekatan, dibersihkannya sekitar pusara bunda dengan kain bersih yang dibawa. Lenny juga ikutan berjongkok disebelah Reyhan. Cewek itu menaburkan bunga dan menyiramkan air yang mereka bawa tadi dari rumah.
"Gue mau berdoa dulu ya..." ucap Reyhan pelan. Lenny mengangguk. Cewek itu juga berdoa sendiri semoga mendiang ibu mertuanya mendapatkan tempat terbaik disisi Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun dia tidak pernah melihat Ibu kandungnya Reyhan, tapi Lenny yakin mertuanya itu pasti semasa hidup sosok yang luar biasa.
"Bunda, maaf ya aku udah lama banget gak kesini..." kata Reyhan lirih. Lenny yang selesai berdoa langsung melirik-lirik ke arah Reyhan yang sedang mengusap nisan ibunya dan berbicara sendiri, seolah-olah dirinya tengah berdialog dengan mendiang ibunya.
"Hari ini aku datang sama menantu Bunda. Ini istriku bun, namanya Lenny Addara. Dia sangat cantik, dan juga pintar seperti Bunda. Maaf, aku baru bisa ajak istriku kesini sekarang. Tapi meskipun begitu, kami selalu berdoa semoga Bunda bahagia disana..."
Lenny mengusap lengan Reyhan. Cewek itu mencoba menguatkan suaminya, seolah mengerti dengan penderitaan batin Reyhan.
"Bunda, I love you..." ucap Reyhan lagi. Cowok itu menundukkan kepalanya sejenak. Membiarkan angin sore menerpa helai rambut pendeknya.
"Sampai kapanpun, gak akan ada yang bisa gantikan bunda dihatiku. Aku yakin suatu saat kita akan ketemu lagi..."
Teriris-iris hati Lenny mendegar kalimat yang barusan diucapkan Reyhan. Betapa cowok itu sangat bersedih hatinya pasca ditinggal Ibunya. Apalagi waktu itu Reyhan masih kecil, tentu semuanya tidak mudah. Dia masih sangat membutuhkan sosok Ibu. Tapi kita tidak pernah tahu takdir seseorang.
"Aku sama Lenny izin pulang dulu ya Bun. Nanti kami akan berkunjung lagi kesini.." Reyhan kembali mengelus nisan mendiang ibunya. Cowok itu kembali menghela nafas panjang, berat. Kemudian ia segera berdiri dari posisi semula, begitupun dengan Lenny yang ikut berdiri karena takut ditinggal.
"Udah Rey?!" tanya Lenny pelan. Reyhan mengangguk.
"Makasih banyak ya kamu udah nemenin aku kesini..."
"Gak perlu berterimakasih, karena sudah kewajiban aku buat ziarah ke makam mertua." Lenny tersenyum. Keduanya mulai melangkahkan kaki menuju parkiran mobil, meninggalkan areal pemakaman. "Aku justru yang makasih karena kamu udah mau ngenalin aku ke Bunda. Aku beruntung bisa jadi menantunya!"
Reyhan tersenyum lebar. Bisa ae nih gombal terus istrinya!
"Kamu tau, gak?! Kamu itu satu-satunya wanita yang aku ajak untuk ziarah ke makam bundaku."
"Oh ya?!" Lenny kaget. "Memangnya mantan-mantan kamu yang dulu gak pernah dateng kesini?!"
Reyhan menggeleng. Lenny mengerutkan dahi. Masa sih mantan Reyhan yang lama banget itu gak pernah kemari?
"Kenapa memangnya? Oh, pasti karena dia gak ada waktu?!" gadis itu mulai menduga-duga. Reyhan menggeleng lagi.
"Karena cuma orang special yang akan aku tunjukin ke bundaku. Dan kamu, Lenny Addara.. kamu istriku, kamu yang paling special dalam hidupku saat ini dan sampai kapanpun!"
Lenny menghentikan langkah kakinya. Gadis itu tersentuh dengan apa yang baru saja diucapkan Reyhan. Bagaimanapun lelaki menyebalkan ini telah banyak berubah. Selain lebih santuy dan lebih sering senyum, ternyata Reyhan ini begitu romantis.
"Kenapa berhenti?!" tanya Reyhan. Lenny menggeleng, gadis itu tersenyum malu.
"Rey, kita mau kemana habis ini?"
"Mau pulang. Kenapa?!"
"Gimana kalau kita jalan-jalan dulu? Kan malem ini malem minggu... kita bisa nonton atau nongkrong gitu sekaligus refreshing. Mau ya?!"
Reyhan memicingkan matanya. Tumben banget nih cewek ngajakin dia nonton atau makan. Biasanya juga susah banget buat bergerak.
"Mau nonton apa?!"
"Terserah deh. Asal jangan film laknat kayak waktu itu ya!" Cibir Lenny. Reyhan terkekeh. Gak mungkin dong film begituan bakalan tayang tempat umum. Ada-ada saja keparnoan Lenny ini.
"Oke, tapi kita ganti baju dulu ya! Gak mungkin kan kita berdua jalan-jalan keliling bioskop pake baju serba hitam gini?"
Lenny mengacungkan jempolnya tanda setuju.
"Oke deh, yok pulang dulu!"
"Siap!"
Reyhan menggandeng lengan Lenny menuju parkiran mobil. Sekarang hati cowok itu merasa tenang karena rasa rindunya telah terobati. Plus, ada wanita yang dicintai yang selalu siap menemaninya disaat kondisi apapun.
Terimakasih, wanita paling special.