Mendidih
Mendidih
Liu Qing menjadi yang pertama bergerak di hadapan pengamatan semua orang. Ia perlahan berdiri dan seketika, berjalan ke tepi panggung tinggi di hadapan tatapan Liu Fei yang memuja. Akhirnya, tubuhnya melesat dan melompat turun.
Kaki Liu Qing menginjak keras ke atas arena. Ia mendongak dan tatapannya berpaling ke arah posisi di mana Xiao Yan berada. Matanya sedikit berapi - api. Lawan yang ia anggap paling tinggi di dalam Kompetisi Besar 'Peringkat Kekuatan' ini adalah Lin Xiuya. Ia tidak memandang terlalu serius para pesaing lain. Akan tetapi, kekuatan bertarung yang lumayan kuat, yang ditunjukkan Xiao Yan selama dua hari terakhir ini, juga bisa membuat orang kuat semacam Liu Qing memperhatikan dan memandangnya sedikit lebih serius. Dengan bisa bertarung dengan kuda hitam ini yang mendapatkan paling banyak perhatian, sebelum pertarungannya dengan Lin Xiuya, tepat seperti menyantap makanan pembuka sebelum hidangan utama. Karena itu, ketertarikannya terhadap pertandingan ini cukup besar.
Saat Liu Qing memasuki arena, seluruh tatapan mata di stadion seketika berkumpul pada Xiao Yan. Banyak orang ingin tahu apakah kuda hitam murid baru ini akan bisa mempertahankan kemenangan berturut - turutnya seperti yang ia lakukan sebelumnya, kini saat ia menghadapi Liu Qing, seorang ahli teratas veteran.
Wu Hao dan yang lain menggelengkan kepala mereka tak berdaya saat mereka merasakan perhatian seluruh stadion. Mereka segera berpaling untuk melihat Xiao Yan di samping mereka.
Raut muka Xiao Yan tidak berubah di hadapan perhatian seluruh stadion. Ia bahkan tidak merasakan sedikit ketakutan karena lawannya adalah Liu Qing. Ia berdiri dan perlahan berjalan ke tepi panggung tinggi.
"Xiao Yan ge - ge, yang terbaik bagimu." Dorongan lembut Xun Er terdengar dari belakangnya.
Xiao Yan tidak menoleh. Ia hanya melambaikan tangannya ke belakang, saat jari kakinya menekan tanah. Sebuah cahaya perak samar muncul di bawah kakinya, saat tubuhnya seketika melesat. Dalam sekejap mata, ia muncul di arena yang luas itu.
Kaki Xiao Yan dengan lembut menapak di atas arena. Ia mendongak dan matanya secara kebetulan bertemu dengan Liu Qing di sisi yang berlawanan. Empat mata saling mengamati satu sama lain dan perasaan yang tidak diketahui, bercampur di mata mereka.
Dari sudut pandang Xiao Yan, ia telah melakukan yang terbaik untuk menghindari bertabrakan langsung dengan orang kuat seperti Liu Qing ataupun Lin Xiuya, karena ia harus masuk ke sepuluh besar. Rencana untuk 'Api Hati Gugur' jauh terlalu penting baginya. Ia harus memastikan tidak ada yang salah. Namun kini, tidak ada tempat untuk berlari. Hal ini membuat niat bertarung panas sejati muncul di dalam hatinya. Meskipun gairah bertarung Xiao Yan tidak segila Wu Hao dan yang lainnya, ia masih akan merasakan gejolak niat bertarung di dalamnya, ketika ia bertemu seorang yang sejatinya kuat.
"Karena aku tidak bisa menghindari pertarungan ini, aku harus benar - benar berserah dan bertarung!" Xiao Yan menghembuskan napas panjang ketika ia bergumam di hatinya.
"Semoga saja, kau tidak akan mengecewakanku." Liu Qing mendadak membuka mulutnya, saat tatapannya terpusat kepada Xiao Yan. Suaranya agak ditekan, tetapi hal itu juga mengandung auranya, membawa rasa menganiaya yang tajam.
"Aku tentu saja akan berusaha mati - matian." Xiao Yan tersenyum. Tangannya menggenggam gagang pedang penguasa di punggungnya, saat ia dengan tiba - tiba menariknya keluar. Pedang berat itu sedikit miring ke tanah dan angin menekan yang mengeluarkan suara mendengung terdengar.
Liu Qing melirik pedang berat di tangan Xiao Yan. Keterkejutan melintas di matanya. Sejak Xiao Yan bertarung dengan Bai Cheng, ia tahu bahwa pedang raksasa ini mungkin sedikit ganjil. Kini, saat ia menghadapinya langsung dan bisa mendengar suara menekan angin yang terbelah, ia dapat memastikan di dalam hatinya, bahwa pedang hitam di tangan lawannya ini kemungkinan seperti Tombak Pembelah Gunung miliknya, sangatlah berat.
"Tidak heran serangannya meningkat alih - alih berkurang, ketika pedang berat itu meninggalkan tangannya. Ia ternyata sering membawa pedang penguasa itu dan menganggapnya sebagai latihan." Pemikiran aneh melintas di benaknya. Liu Qing tidak bisa menahan penilaiannya yang menjadi sedikit lebih tinggi terhadap Xiao Yan. Dengan bisa bertahan menggunakan metode semacam ini untuk berlatih, adalah sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh seseorang dengan kekuatan mental yang kuat.
Sembari pemikiran ini berputar di dalam benaknya, Liu Qing tidak langsung mengeluarkan Tombak Pembelah Gunung di punggungnya yang belum ia gunakan. Tangannya yang agak besar, perlahan menjulur ke depan. Tangannya itu terkadang berputar dan merentang di lain waktu, membentuk banyak lengkungan seperti cakar yang aneh.
"Jangan bilang bahwa aku meremehkanmu. Aku hanya akan menggunakan Tombak Pembelah Gunung pada lawan yang layak. Aku harap, kau akan memiliki kelayakan tersebut." Liu Qing melirik Xiao Yan dan berbicara pelan. Salah satu tangannya yang seperti cakar itu menebas ke depan secara mendadak. Angin tak kasat mata melesat keluar dan meninggalkan sepasang lekukan kecil di tanah.
Xiao Yan tersenyum, tetapi tidak menjawab. Hanya jika seseorang menunjukkan kekuatan yang akan benar - benar membuat lawannya menganggapnya sebagai ancaman, seseorang seperti Liu Qing, yang memiliki kekuatan besar, tidak akan memandangmu serius. Xiao Yan berpikir, jika bukan karena ia menunjukkan hasil yang cukup bagus di beberapa pertandingan sebelumnya, kemungkinan, Liu Qing akan terlalu malas, bahkan untuk mengatakan kata - kata ini kepadanya.
Perbincangan kedua orang di arena juga terpancar ke balkon penonton di ujung. Akan tetapi, tidak ada yang merasa bahwa Liu Qing sombong dan angkuh. Alih - alih, mereka diam - diam memujinya di dalam hati mereka. Ia memang pantas menyandang nama Liu Qing si Tombak Penganiaya. Siapa yang bisa mengalahkannya dengan keangkuhan semacam itu? Inilah perbedaan yang disebabkan oleh kekuatan. Jika Liu Qing tidak memiliki kekuatan semacam ini, kemungkinan besar, ia akan dicaci maki oleh orang lain di hati mereka, karena ia terlalu liar dan lancang ketika ia menyuarakan perkataan semacam itu.
Pada panggung tinggi, wajah cantik Liu Fei penuh dengan cinta dan kelembutan, ketika ia memandang punggung lebar dan kokoh yang akan membuat orang merasa benar - benar aman. Aura tajam angkuh itu membuatnya mabuk cinta.
"Hmm, lihatlah dengan cermat, Lihat bagaimana kakak sepupu akan mengalahkan orang itu." Liu Fei mendadak mendengus pelan, ketika ia memiringkan kepalanya dan berbicara kepada Yao Sheng yang agak berwajah pucat di sebelahnya.
"Mengingat kekuatan ketua, mengalahkan Xiao Yan tentu saja semudah membalikan telapak tangan. Bagaimanapun ia melompat, ia hanyalah seekor cacing kecil yang pada akhirnya kesulitan menyebabkan gelombang besar apapun." Tatapan Yao Sheng menatap Xiao Yan di arena dengan sikap yang kelam dan dingin. Kekalahannya di tangan Xiao Yan kali ini merupakan pukulan yang cukup besar baginya. Karena itu, dirinya, yang sedikit berpikiran sempit, tentu saja menyalahkan Xiao Yan atas penghinaan yang ia terima dari kekalahannya. Akan tetapi, saat ia mengutarakan kata - kata ini, ia telah melupakan tentang lantas apalah dirinya itu, jika telah dikalahkan oleh seorang yang ia pikir sebagai seekor cacing.
Perasaan bangga di wajah Liu Fei seketika menjadi sedikit semakin terlihat setelah mendengar perkataan Yao Sheng. Mata cantik itu menatap wanita muda berbaju biru di sisi lain panggung tinggi, yang duduk dengan anggun. Ia menggertakkan gigi peraknya. Penampilan orang itu adalah sesuatu yang ia tidak bisa temukan kecacatannya, bahkan dari sudut pandang seorang wanita. Akan tetapi, karena kesempurnaan wanita inilah, ia pada akhirnya menyimpan dendam. Frasa 'wanita adalah makhluk yang mudah cemburu' sungguh benar adanya.
Saat perbincangan pribadi berbunyi dari seluruh panggung tinggi. Su Qian mengayunkan tangannya sedikit dari kursi penonton. Suara seluruh stadion menjadi jauh lebih pelan.
Mata Su Qian memandang dua orang yang saling berhadapan di dalam arena. Bahkan dengan kekuatannya, ia tidak bisa menahan antisipasinya. Meskipun tampak seperti terdapat perbedaan besar di antara mereka berdua, pertandingan ini terasa tegang. Mungkin orang lain berpikir bahwa Liu Qing memiliki kemungkinan memang yang lebih tinggi, tetapi pengalaman bertahun - tahunnya memberitahunya bahwa kemungkinan menang Xiao Yan mungkin tidak rendah. Bahkan dengan mata tuanya yang tajam, ia tidak bisa mengatakan siapa yang akan menang atau kalah dalam pertempuran ini.
"Karena para pesaing telah tiba, maka aku akan mengumumkan bahwa pertandingan terakhir ini yang menentukan nama terakhir di sepuluh besar, akan secara resmi dimulai!" Mata Su Qian memandang ke sekitarnya, saat suara pelannya perlahan terdengar di hadapan antisipasi orang - orang yang tak terhitung jumlahnya.
Saat suara Su Qian menghilang, suasana mendidih seketika menyelimuti seluruh stadion. Banyak tatapan mata panas membara dengan kuat terpusat pada dua orang di dalam arena. Mereka jelas memahami bahwa pertarungan ini, yang mungkin merupakan pertarungan yang paling menarik semenjak dimulainya Kompetisi Besar, hendak dimulai.
Aura yang sangat menganiaya mendadak meledak dari tubuh Liu Qing di dalam arena, setelah suara Su Qian berbunyi. Kekuatan aura ini adalah sesuatu yang bahkan membuat para penonton, yang berada jauh dari arena, merasakan kesulitan bernapas.
Saat gelombang Dou Qi emas pucat menggelora dari tubuh Liu Qing, tangannya yang seperti cakar juga tampak kembali menjulur sedikit pada saat ini. Ketika buku - buku jarinya sedikit bengkok, hal itu mengeluarkan suara jernih seperti kacang - kacangan yang diremukkan.
Tangan seperti cakar yang ditekuk terlihat menjadi sebuah lengkungan aneh yang merobek udara di depannya. Seketika, udara berdesir dan sebuah goresan udara yang terlihat sebagian muncul di area di mana tangan seperti cakarnya lewat, sebelum dengan cepat dimusnahkan…..
Walaupun banyak orang tidak pernah langsung menghadapinya, mereka masih bisa merasakan tekanan kuat dari aura ganas yang dipancarkan Liu Qing. Karena itu, terdapat cukup banyak orang yang merasakan kekaguman kepada Xiao Yan yang mempertahankan raut muka setenang sumur tua, saat ia berdiri di arena.
Segel - segel dengan cepat terbentuk pada tangan Xiao Yan. Dalam sekejap kemudian, api berwarna hijau menggelora keluar dan suhu yang secara mendadak melonjak seketika menyebar dan menghalangi aura kuat Liu Qing.
"Tiga Perubahan Misterius Api Langit: Perubahan Teratai Hijau!"
Api berwarna hijau yang menyebar di seluruh tubuhnya memancarkan suara 'suo', dan ditarik ke dalam tubuhnya, saat teriakan rendah ini terdengar di dalam hati Xiao Yan. Setelah masuknya api itu ke dalam tubuhnya, aura Xiao Yan juga kemudian bangkit. Meskipun ia masih belum mampu menyaingi Liu Qing, ia setidaknya mampu melawan lawannya dalam keadaan imbang dan tidak tampak lemah.
Xiao Yan telah menunjukkan Tiga Perubahan Misterius Api Langit, sebelum pertarungannya bahkan dimulai. Hal ini cukup untuk melihat seberapa serius ia menganggap Liu Qing. Tentu saja, ia juga paham jelas di dalam hatinya, bahwa kemungkinan, ia akan benar - benar dikalahkan dalam serangan pertama, jika ia tidak menggunakan 'Tiga Perubahan Misterius Api Langit' untuk meningkatkan kekuatannya. Lagipula, Liu Qing yang mulai menyentuh kelas Dou Wang jauh lebih kuat daripada seorang Dou Ling puncak biasa.
Xiao Yan merasakan Dou Qi kencang kuat mengombak, yang mengalir dengan suara gaduh. Ia menghembuskan nafas panjang, saat lengannya berguncang. Lengan bajunya seperti kepingan logam pada saat ini, memancarkan suara 'Klang Klang' aneh. Pedang penguasa berat miring ke samping, saat Dou Qi api hijau itu membungkus benda tersebut. Angin panas tak kasat mata memanggang tanah hingga tampak kering.
Mata Xiao Yan perlahan terangkat. Ia memandang Liu Qing, yang Dou Qi - nya juga membungkus sekujur tubuhnya. Tiba - tiba, sebuah teriakan rendah terdengar di arena. Guntur yang bergemuruh samar seketika memancarkan sebuah bayangan hitam samar, menarik sebuah pedang penguasa hitam raksasa, membawa aura ganas saat hal itu melesat secara eksplosif ke arah Liu Qing yan tidak bergerak di hadapan banyak tatapan mata yang memanas.
Xiao Yan ternyata berani melontarkan serangan terlebih dahulu dalam pertarungan dengan perbedaan kekuatan yang sebesar itu. Keberaniannya ini saja membuat banyak orang mengangguk pelan.
Puluhan meter jarak terlampaui dalam sekejap mata. Dua orang itu dalam sekejap terkunci satu sama lain dan hawa bertarung mereka yang tidak bisa dibendung, akhirnya benar - benar meledak dengan mendidih - didih.