Perjuangan Menembus Surga

Kemunculan Ular



Kemunculan Ular

0Hal yang membangunkan Xiao Yan dari keadaan berlatihnya adalah suara tua lemah yang berulang kali terdengar di dalam hatinya.     

Mata Xiao Yan yang tertutup rapat perlahan terbuka, setelah mendengar suara Yao Lao. Matanya menatap api putih pekat yang semakin samar di sekujur tubuhnya, dan hatinya secara refleks sedikit merasa putus asa.     

"Anak muda, aku telah mencapai batasku…" Yao Lao menghela nafas perlahan setelah tampak merasakan bahwa Xiao Yan telah terbangun.     

Xiao Yan sedikit mengangguk saat ia berbicara pelan, "Guru, kau telah bekerja keras…"     

"He he." Yao Lao tertawa. Tawanya terdengar membawa kerapuhan yang sulit untuk disembunyikan. "Dalam beberapa menit lagi, kau perlu menahan pemurnian 'Api Hati Gugur' sendirian. Semoga saja, kau bisa bertahan…"     

Xiao Yan terdiam. Sesaat kemudian, ia tersenyum kecut dan berkata, "Aku akan melakukan apa yang aku bisa. Sisanya tergantung nasib…"     

Tak peduli seberapa besarpun kepercayaan diri yang memenuhi Xiao Yan, ia tidak terlalu berharap pada kesempatannya untuk lolos dari lingkungan yang tak ada harapan ini, dimana bahkan Yao Lao tidak bisa banyak merasakan kesempatan untuk bertahan hidup. Satu - satunya hal yang bisa ia lakukan sekarang adalah berusaha sekuat tenaga untuk bertahan melawan pemurnian 'Api Hati Gugur' sedikit lebih lama lagi.     

Yao Lao berangsur - angsur menjadi hening. Ia jelas tahu bahwa tidurnya kali ini mungkin merupakan sebuah perpisahan abadi. Rohnya mungkin bisa bersembunyi di cincin yang telah ia bangun secara khusus itu, tetapi 'Api Hati Gugur' secara kebetulan bisa melawannya. Di bawah pembakaran api sejenis ini, bahkan sebuah roh akan berakhir terbakar hingga habis.     

Xiao Yan sedikit mendongak selama Yao Lao terdiam. Matanya menatap gumpalan api tak kasat mata itu. Sulit dibayangkan bahwa api ini ternyata memiliki kecerdasannya sendiri… Dua cahaya hijau samar mendadak muncul di suatu titik tertentu di dalam api tak kasat mata, saat Xiao Yan sedang melihat ke sekitar. Hal itu tampak seperti sepasang mata yang mengandung ketamakan, saat mereka memandang tempat di mana Xiao Yan berada. Sebuah gumpalan api tak kasat mata mendadak muncul dengan sedikit kerlipan cahaya hijau. Akhirnya, hal itu menempel ke api putih pekat yang berada di permukaan tubuh Xiao Yan, membakar dan mengikisnya.     

"Anak muda, bersiaplah."     

Helaan nafas pelan Yao Lao tiba - tiba terdengar. Xiao Yan jelas tahu bahwa Yao Lao telah mencapai batasnya. Ia harus bergantung kepada dirinya sendiri untuk sisanya…     

Sudut mulut Xiao Yan mengerut dengan kecut. Ia seketika menghirup nafas dalam - dalam, saat telapak tangannya bergerak. Api hijau mengalir, mengikuti Jalur Qi di dalam tubuhnya. Akhirnya, api itu perlahan merembes keluar dan membungkus sekujur tubuh Xiao Yan di dalamnya.     

Api berwarna putih pekat di luar menjadi semakin samar setelah kemunculan 'Api Inti Teratai Hijau'. Akhirnya, hal itu mendadak menghilang dan lapisan paling luar dari api tak kasat mata itu dengan cepat menyerbu masuk. Api tak kasat mata itu hendak membakar orang yang berada di dalamnya, ketika ditahan oleh sebuah gumpalan api hijau.     

"Anak muda, kau harus bergantung pada dirimu berikutnya. Semoga saja, kau bisa berhasil menahannya. Nyawa milik baik guru dan murid berada di tanganmu…" Suara lemah Yao Lao menjadi semakin samar. Sesaat kemudian, suara itu menghilang seutuhnya.     

Xiao Yan dengan jelas merasakan kesadaran Yao Lao dengan cepat meninggalkan tubuhnya, saat suaranya menghilang. Ketika kesadaran Yao Lao hendak benar - benar pergi, sebuah energi kuat dengan cepat menjalar keluar dari tubuh Xiao Yan, membuat auranya melonjak pesat.     

"Guru, murid ini tidak akan mengecewakanmu."     

Xiao Yan menggigit bibir bawahnya, saat ia merasakan energi kuat memenuhi dirinya. Warna merah muncul di matanya. Ia jelas paham bahwa Yao Lao telah meminjamkan seluruh sisa kekuatannya kepadanya. Tubuhnya kembali bersembunyi di dalam cincin dan terlelap karena kehabisan Kekuatan Spiritual.     

Setelah mengambil alih usaha Yao Lao sebelumnya, Xiao Yan akhirnya paham, sebenarnya seberapa besar kelelahan yang dirasakan dari bertanding dengan 'Api Hati Gugur'. Mungkin itu karena perbedaan di antara kekuatannya dan Yao Lao. Meskipun 'Api Inti Teratai Hijau' dan 'Api Pembeku Tulang', dua - duanya adalah 'Api Surgawi', perlindungan yang diterima oleh Xiao Yan dari kedua api itu cukup berbeda.     

Meskipun Xiao Yan akan merasakan rasa sakit membakar ketika Yao Lao menggunakan 'Api Pembeku Tulang', hal itu masih bisa ditahan. Akan tetapi, ketika Xiao Yan bergantung pada dirinya sendiri untuk menahan 'Api Hati Gugur', rasa sakit membakar itu mendadak menjadi jauh lebih dalam. Bahkan, pakaian di tubuh Xiao Yan dipanggang oleh suhu tinggi hingga hal itu menjadi semakin tipis dan rapuh. Akhirnya, pakaiannya itu hancur menjadi setumpuk besar bubuk saat Xiao Yan menggerakkan tubuhnya, meninggalkan tubuh telanjang yang duduk bersila di dalam teratai hijau.     

"Hss…"     

Wajah Xiao Yan berkedut. Uliran udara dingin berulang kali merembes keluar dari celah gigi Xiao Yan. Kulitnya yang putih juga menjadi memerah karena panas yang ada. Beberapa bagian bahkan diam - diam melepuh. Sekilas, ia berada di suatu keadaan yang sangat menyedihkan.     

Xiao Yan dengan paksa menekan rasa sakit membakar yang menyayat hati itu. Ia mengeluarkan sebuah botol 'Pil Pemulih Energi' dari dalam cincin penyimpanannya dengan kesulitan dan memasukan semuanya ke dalam mulutnya. Tubuhnya sedang dibungkus oleh 'Api Hati Gugur'. Meskipun masih terdapat energi api yang melayang di sekitar tubuhnya, hal itu sangat sulit diresapi ketika di bawah kendali 'Api Hati Gugur'. Karena itu, Xiao Yan hanya bisa menggunakan pil obat untuk bertahan sedikit lebih lama lagi!     

"Sungguh tidak terduga bahwa 'Api Hati Gugur' ternyata semengerikan ini… tidak heran, bahkan guru sangat takut kepadanya. Akan tetapi… berdasarkan tingkat pengurasan ini, aku khawatir aku tak akan bisa bertahan bahkan selama seminggu saja." Mulut Xiao Yan penuh dengan pil obat saat ia memandang api tak kasat mata yang tampak tiada henti di sisi luar. Hatinya penuh dengan kepahitan. Situasi putus asa ini membuat orang merasa tidak bisa pergi ke mana - mana.     

"Sepertinya, aku hanya bisa berharap keajaiban akan muncul…"     

Mulut kering Xiao Yan bergerak saat ia merasakan rasa sakit membakar yang menyiksa. Setelah waktu yang agak lama, ia perlahan menutup matanya. Ia telah melakukan yang terbaik. Setelah ini, tergantung nasib untuk menentukan apakah ia akan hidup atau mati…     

Tidak ada konsep waktu di dalam dunia magma yang tiada batasnya ini dan Xiao Yan tidak sedikitpun berpikir untuk memperhatikan jalannya waktu, di dalam penyiksaan yang tak manusiawi ini. Ia hanya tahu bahwa ia dapat berubah menjadi debu, seperti pakaiannya, kapanpun saja di dalam suhu panas ini dan menghilang di dalam dunia magma tersebut.     

Kesunyian dan kesepian yang sulit untuk digambarkan menjalar ke dalam lubuk hati Xiao Yan sembari ia berada di bawah siksaan ini. Tidak ada suara lain selain suara yang terpancar dari aliran magma di kedalaman dunia magma itu. Seluruh dunia tampak benar - benar terkurung. Kesepian dan keheningan di dunia yang luas itu kembali membuat Xiao Yan, yang disiksa oleh suhu tinggi, merasakan kelelahan dan kehilangan jiwanya.     

Mungkin, ia akan melupakan seberapa menyentuhnya suara yang terpancar ketika tenggorokannya bergetar, setelah menjalani kehidupan seperti itu untuk waktu yang lama. Ia mungkin bahkan lupa akan identitasnya sebagai seorang manusia. Kesunyian dan kesepian dunia merembes ke dalam tulang - tulangnya dan tidak bisa disingkirkan.     

Xiao Yan tidak tahu berapa lama ia telah bertahan. Ia hanya merasakan suhu yang semakin panas di dunia luar seiring berjalannya waktu. Untungnya, kulitnya menunjukkan tanda - tanda samar daya tahan akan api, setelah dipanggang oleh hal tersebut untuk waktu yang lama. Karena inilah rasa sakit membakar yang terulang itu tidak membuatnya menjadi gila.     

Selain kecerdasan yang dimiliki 'Api Hati Gugur', api itu juga tampak memiliki kesabaran yang tak tertandingi oleh manusia siapapun. Akan aneh jika makhluk itu tidak memiliki kesabaran, setelah tinggal di tempat ini bertahun - tahun lamanya. Bahkan, karena hal inilah makhluk itu tidak menggunakan cara yang paling intens untuk menghabisi Xiao Yan dengan waktu yang sesingkat mungkin. Alih - alih, makhluk itu memilih pemurnian semacam ini dengan api yang lambat. Akan tetapi, pemurnian lambat semacam itu sungguh membuat Xiao Yan merasakan perasaan bahwa ia lebih baik mati.     

Seluruh tubuh Xiao Yan tampak berada di dalam keadaan kabur di bawah panggangan 'Api Hati Gugur' yang tiada henti itu. Ia hanya bisa menggerakan api hijau di dalam tubuhnya secara mekanis untuk berulang kali menahan pembakaran api tersebut. Setelah itu, ia akan menyerap energi di sekitar yang sulit untuk diserap secara mekanis untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya.     

Operasi mekanis semacam ini membuat Xiao Yan secara samar merasa bahwa ia sedang menjadi semakin akrab dengan pengendalian 'Api Surgawi'. Namun, selain membiarkannya menghemat pengurasan tak berguna dari 'Api Surgawi', hal itu tidak bisa membuatnya kabur…     

Jika situasi ini berlanjut, Xiao Yan kemungkinan akan dimurnikan seutuhnya dalam kurun waktu singkat. 'Api Inti Teratai Hijau' di dalam tubuhnya juga akan ditelan oleh 'Api Hati Gugur'…     

Xiao Yan bertahan dengan sangat kesulitan. Tidak ada yang tahu berapa lama ia telah bertahan di dunia ini tanpa kesadaran akan waktu sedikitpun. Mungkin dua hari, satu minggu, setengah bulan, beberapa bulan…     

Pada suatu momen tertentu, Xiao Yan telah terbangun dari keadaan setengah sadar seperti ini. Gelombang - gelombang perasaan sejuk terpancar dari lengannya. Perasaan sejuk ini seperti tanah yang telah kering selama bertahun - tahun, tiba - tiba bertemu dengan hujan deras. Hal itu membuat seluruh roh Xiao Yan gemetar, saat ia seketika membuka matanya. Ia menolehkan kepalanya dan memandang ular kecil tujuh warna yang berdiam di lengannya, setelah melupakan mahkluk itu, untuk entah berapa lama…     

"Python Penelan Surga?" Pikiran Xiao Yan yang campur aduk tiba - tiba memulihkan kejernihannya, saat ia secara refleks berteriak. Mungkin bahkan dirinya tidak sadar bahwa suaranya telah menjadi kering dan parau dibandingkan sebelumnya.     

Dapat dibayangkan seberapa girangnya Xiao Yan saat ini ketika ia mendadak dapat melihat sesuatu yang bisa berbicara dengannya dalam tempat yang sepi dan terpencil seperti ini, yang membuat orang menjadi gila.     

Akan tetapi, hati Xiao Yan mendadak melonjak selain merasa girang, ketika tatapan matanya menatap mata ular yang menyihir itu. Pada saat ini, warna dari mata ular itu berulang kali berubah. Hawa sedingin es itu terkadang penuh dengan perasaan semangat. Jelas… dua roh di dalam tubuh kecil ini tampak terlibat dalam sebuah pertarungan intens demi kendali tubuh itu pada saat itu juga.     

Xiao Yan tidak memiliki solusi apapun mengenai pertarungan ini. Karena itu, ia hanya bisa memandang dengan matanya.     

Pertarungan itu berlanjut selama hampir sepuluh menit. Setelah itu, cahaya tujuh warna terang menggelora keluar dari 'Python Penelan Surga'. Makhluk itu dengan keras mengayunkan ekornya, saat sebuah sosok kecil langsung melesat. Hal itu seketika terbang dengan cepat dan merembes keluar dari area yang dikepung oleh api hijau Xiao Yan.     

'Python Penelan Surga' itu baru saja meninggalkan area yang dikepung oleh 'Api Inti Teratai Hijau', ketika 'Api Hati Gugur' yang mengalir dengan bebas di luar menerkam mendekat. Namun, tepat sebelum hal itu bersentuhan dengan tubuh ular tersebut, 'Python Penelan Surga' mendadak bergoyang dengan cepat di dalam cahaya tujuh warna itu. Seketika, sebuah tubuh telanjang cantik yang seperti giok putih, perlahan muncul di hadapan tatapan mata Xiao Yan.     

Xiao Yan memandang ke arah wanita cantik yang menyihir itu, yang penuh dengan daya pikat, saat ia muncul entah dari mana. Namun hatinya, perlahan merasa putus asa…      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.