Halo Suamiku!

Aku Mencintaimu, Selamat Tinggal (3)



Aku Mencintaimu, Selamat Tinggal (3)

2 ...     

Sementara itu, Leng Xiaomo telah menghentikan taksi menuju ke bandara sendirian.     

Tak lupa, ia terus menatap catatan panggilan keluar yang ada di ponselnya. Matanya seketika sedikit memerah, tetapi bibirnya tampak terangkat samar.     

Akhirnya, Leng Yunchen bersedia menerima panggilan telepon darinya. Kemudian, ia melihat ke luar jendela sembari bertanya-tanya perasaan apa yang bersarang di hatinya saat ini.     

Apakah itu penyesalan, kehilangan, atau rasa sakit?     

Atau justru... rasa pahit yang bercampur manis?     

Ya, meskipun pahit, tetapi cinta rahasia akan selalu memberikan sebuah kenangan yang tidak akan pernah terlupakan.     

Menyesal?     

Tidak. Leng Xiaomo sama sekali tidak merasakannya.     

Mungkin bisa jadi ia menyesal nantinya, tapi untuk alasan apa ia menyesal? Yang ia tahu hanyalah bahwa ia mencintainya sepanjang hidupnya. Cintanya pada Leng Yunchen tidak akan pudar seiring berjalannya waktu, justru akan menjadi semakin dalam.     

Jadi siapa yang nanti bisa membuatnya merasakan perasaan seperti ini lagi?     

Seluruh cintanya benar-benar telah direnggut oleh Leng yunchen seorang.     

Tapi mereka semua tidak mengerti. Kedua orang tuanya dan kakaknya terus mengatakan bahwa ia pasti akan menemukan seseorang yang lebih baik.     

Tidak, tidak akan.     

Tidak peduli seberapa baik orang itu, ia tetap bukanlah orang yang Leng Xiaomo inginkan.     

Tidak peduli seberapa baik orang itu, ia tetap tidak akan jatuh cinta padanya.     

Cinta Leng Xiaomo hanya ada satu. Dan meski orang yang ia inginkan tidak bisa mencintainya, ia tetap tidak bisa memberikan cintanya pada orang yang tidak ia cintai.     

  **     

Kini, motor Leng Yunchen melaju pesat melintasi lautan mobil. Bahkan ia hanya butuh tidak lebih dari separuh waktu yang diperkirakan.     

Setelah ia tiba, menurutnya tampilannya memang tidak berbeda dengan supermarket lain.     

Sekali lagi Leng Yunchen mengarahkan pandangannya ke sebuah pot bunga di sisinya sembari sedikit menyipitkan mata.     

Bergegas ia turun dari motor, meninggalkannya dan berjalan lurus.     

Posisi pot kedua adalah bunga matahari merah muda.     

Tampak tanahnya agak gembur. Lalu, ia mengulurkan tangan untuk menggali kunci perak kecil yang tertanam di sana.     

Dapat! Leng Yunchen pun langsung mencengkeramnya erat-erat dan segera menuju ke dalam supermarket.     

Begitu masuk, deretan loker di sana berada di area sebelah kiri.     

Matanya pun langsung mengarah pada satu nomor yang sama dengan kunci di tangannya dan ia berjalan lurus tanpa ragu.     

Leng Yunchen sendiri tidak tahu kenapa.     

Saat ia berjalan selangkah demi selangkah, perasaan tertentu di benaknya menjadi semakin kuat.     

Dan itu jelas firasat buruk.     

Xiaomo mengatakan bahwa ia akan mengetahui benda apa itu setelah melihatnya.     

Apa itu sebenarnya?     

Apa yang Leng Xiaomo letakkan di sana?     

Setelah Leng Yunchen menatap loker itu, perlahan ia mengangkat tangannya.     

Sebuah gambaran seketika muncul di benaknya sesaat sebelum kunci berhasil dibuka.     

Bahkan ingatannya kembali melayang di saat Leng Xiaomo pertama kali tiba di Kota G untuk menemuinya.     

Saat itu hujan deras. Ia menginjak tanah dengan sepatu bot militernya dan berjalan ke gerbang bandara dengan payung di tangan. Saat itu, ia melihat Leng Xiaomo bersandar di pintu sembari memejamkan mata.     

Ketika di bandara, gadis itu turun dari pesawat dengan barang bawaannya.     

Tapi sekarang, mungkinkah barang-barang itu ada di loker ini…     

Dalam kegelapan pikiran, Leng Yunchen tentu tidak bisa menebak apa yang ada di dalamnya. Tidak mungkin. Tapi sejak awal, ia sendiri memang tidak bersedia memikirkannya.     

Lagi pula, bagaimana mungkin beberapa hal bisa begitu kebetulan?     

Akhirnya Leng Yunchen pun segera membuka loker itu     

Dan ia mendapati tas ransel hitam di dalam sana.     

Itu adalah tas ransel milik Leng Xiaomo.     

Tas ini selalu tergantung di punggungnya sejak ia turun dari pesawat dan saat check-in dengannya.     

Sorot mata Leng Yunchen seketika tampak sedikit menggelap saat mengeluarkannya.     

Tepat ketika membuka ritsleting, Leng Yunchen melihat sebuah benda hitam tergeletak tak berdaya.     

Leng Yunchen pun segera mengeluarkannya.     

Sentuhan dingin dari ponsel itu langsung menyebar dari ujung jari.     

Bahkan layar halusnya bersinar dengan cahaya yang dipantulkan dari atas dan sedikit menyilaukan.     

Jelas, itu hanyalah ponsel kecil, tetapi pada saat tertentu, Leng Yunchen merasakan sesuatu yang tidak biasa saat menggenggamnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.