Halo Suamiku!

Aku Mencintaimu, Selamat Tinggal (5)



Aku Mencintaimu, Selamat Tinggal (5)

1Namun, Leng Yunchen takut ia tidak bisa memikirkan apa pun saat ini.     

Leng Xiaomo sudah lama absen dari konser. Ia pergi lebih awal dan diiringi dengan lagu yang terbawa angin berhembus, ia sudah tiba di bandara.     

Sementara Leng Yunchen berlari kencang malam itu.     

Yang ia inginkan hanyalah segera tiba di sana.     

Karena entah kenapa, ia hanya merasa bahwa kali ini mungkin akan berbeda dari sebelumnya. Entah kenapa ia takut, khawatir, cemas, semuanya menjadi satu. Sungguh, ia tidak bisa membayangkan apa yang akan ia lakukan jika terjadi sesuatu pada adiknya.     

Dan begitu sampai di bandara.     

Leng Yunchen melepas helmnya, membawa ransel hitam di satu tangan, sementara tangan yang lain digunakan untuk menelpon seseorang.     

Sekarang, setelah konser selesai, karena Leng Xiaomo tidak menjawab panggilannya, jadi ia harus menelepon Sang Xia untuk bertanya apakah Xiaomo masih ada di sana.     

Telepon itu segera terhubung.     

Namun, kata-kata yang terlontar dari mulut Sang Xia membuat Leng Yunchen seketika membeku, seolah seluruh perjalanannya kini telah ditumbangkan.     

"Xiaomo pergi tepat setelah babak pertama selesai. Dia mengirimiku pesan yang mengatakan bahwa dia pergi ke bandara dan harus mengejar pesawat malam ini, jadi seharusnya dia sudah naik pesawat sekarang," jawab Sang Xia di ujung telepon.     

 Jadi seharusnya dia sudah naik pesawat sekarang…     

Leng Yunchen, yang awalnya ingin menunggu, seketika merasa lemas, bahkan telinganya serasa telah salah mendengar.     

"Ah Chen, ada apa denganmu? Di mana kamu sekarang? Apa ada sesuatu yang mendesak untuk ditanyakan padanya?"     

Sang Xia sengaja menanyakan itu karena kembali teringat akan apa yang ia lihat di jalan sebelumnya.     

Sedangkan Leng Yunchen perlahan menjatuhkan ponselnya dan suaranya seperti ditekan.     

Semua yang ia lakukan sebelumnya tampak tidak berarti.     

Terlambat.     

Semuanya sudah terlambat.     

Tubuh tinggi Leng Yunchen begitu kaku hingga ia tidak bisa mengatakan apa-apa.     

Tuhan, apakah ini tipuan yang sengaja dibuat untuknya?     

Detik setelahnya, Leng Yunchen mendengar deru pesawat.     

Benar. Begitu ia sedikit mendongak, terlihat sebuah pesawat besar baru saja lepas landas dari bandara. Butuh lebih dari satu jam baginya untuk berpacu ke pinggiran kota dan sekarang ia hanya mendapat kabar bahwa adiknya telah pergi.     

"Xiaomo…"     

Yang bisa Leng Yunchen lakukan saat ini hanyalah memandangi pesawat yang telah berlalu pergi. Entah kenapa, kali ini, ia membisikkan namanya dengan begitu lembut. Sepertinya ia tiba-tiba merasakan sakit yang menyayat di lubuk hatinya.      

Bahkan meskipun ia telah mendengar dari Sang Xia bahwa Leng Xiaomo telah pergi, tapi ia tetap enggan untuk beranjak.     

Perlahan ia pun mengeluarkan ponselnya.     

Dan kali ini, Leng Yunchen ingin mencoba meneleponnya lagi. Ia lalu menempelkan ponselnya ke telinga selama beberapa detik dengan hasil yang nihil. Seperti yang sudah diduga, Leng Xiaomo masih mematikan teleponnya.     

Tangan Leng Yunchen sontak gemetar.     

Tampaknya untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia dibuat benar-benar linglung. Sedikit pun ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang.     

Karena firasat buruk terus bergejolak di hatinya.     

Adiknya telah berusaha keras untuk tidak menempatkannya dalam bahaya. Tapi bagaimana dengan dirinya sendiri?     

Orang-orang itu, jika mereka belum menangkapnya dan membunuhnya, maka itu tidak akan berakhir!     

Dan saat itu.     

Leng Yunchen kembali dibuat terkejut saat membaca pesan singkat yang belum ia baca.     

Rupanya Leng Xiaomo telah mengirimkan sebuah pesan sesaat setelah ia menelponnya saat masih di area konser untuk memberitahukan alamat supermarket.     

Ia mengirim pesan saat masih ada di sana.     

Dan begitu Leng Yunchen membukanya, sebaris kata muncul di matanya——     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.