Halo Suamiku!

Orang Tua Menangkap Kecurigaan (2)



Orang Tua Menangkap Kecurigaan (2)

2"Bu… jangan terlalu banyak berpikir. Aku dan kakak sama sekali tidak bertengkar."     

"Lalu kenapa kamu menangis begitu mendengar dia akan pergi? Apa karena kamu merasa keberatan berpisah darinya?"     

Gu Liang sempat berhenti sejenak, sebelum akhirnya ia tersenyum tak berdaya, "Sebenarnya ibu juga merasa sangat keberatan. Inilah saat di mana anak-anak Ibu akhirnya bisa kembali berkumpul, tapi satu di antaranya harus bergegas pergi lagi. Terlebih, pekerjaannya sangat berbahaya dan tidak ada yang tahu kapan bendera kehormatan akan dikirimkan ke rumah (sebagai bentuk kekalahan dalam perang)."     

"Bu, apa yang kamu katakan? Bagaimana mungkin kakak akan seperti itu?!" Leng Xiaomo sontak mengarahkan pandangan pada Gu Liang seolah memberi tatapan tak percaya bahwa ibunya akan mengatakan hal demikian.     

Mengirim bendera penghormatan?     

Tentu ibunya lebih mengerti tentang konsep itu.     

"Lihatlah, semua laki-laki di keluarga Leng memang benar-benar keras kepala, jadi aku terlalu malas untuk menerimanya. Apalagi kakakmu tidak mudah untuk bisa dihubungi. Tapi sekarang, lebih baik beritahu Ibu tentang kakakmu yang telah membuatmu gelisah," ujar Gu Liang sembari tertawa renyah.     

Leng Xiaomo pun seketika membeku, "Aku?"     

"Yah. kamu pikir Ibu tidak menyadari apa-apa?"     

"Ibu sudah pernah melewati usia sepertimu. Jika kamu malu mengatakannya di depan ayah dan kakakmu, tidak masalah. Tapi menurutmu, apa yang bisa kamu sembunyikan dari ibumu? Kamu sedang jatuh cinta atau ada seseorang yang kamu sukai?"     

Tanya Gu Liang seraya menyentuh tubuh kecil putrinya dengan lengannya yang dingin.     

Jelas, jantung Leng Xiaomo seketika bergetar dan napasnya menjadi sedikit tidak teratur.     

Karena perasaan bersalah yang bersarang di hatinya.     

Tetapi saat ini, Leng Xiaomo tahu bahwa ia tidak bisa menyembunyikan ini dari ibunya.     

Alhasil, ia pun terdiam sejenak dengan kelopak mata terkulai. Setelah akhirnya ia berhasil menguasai diri, barulah Leng Xiaomo menatap ibunya, lalu perlahan menganggukkan kepala sambil berbisik, "Ada seseorang yang aku sukai."     

Sorot mata Gu Liang tampak sedikit senang begitu mendengarnya, "Seperti apa dia? Bisakah kamu memberitahu Ibu?"     

Tubuh Leng Xiaomo sontak tertegun. Tapi saat kembali mengarahkan pandangan pada ibunya, ia hanya bisa sedikit menarik bibir bawahnya, "Baik, dia sangat baik..."     

Entah kenapa, raut keterkejutan terlihat di wajah Gu Liang, bahkan ia pun tidak bertanya lagi. Mungkin ia sedikit mengerti setelah mendengar jawaban dari Leng Xiaomo. Apalagi ketika ia melihat cara putrinya menundukkan kepala. Jadi ia hanya mengangkat tangan untuk membelainya dengan lembut. "Nak, apa pun yang terjadi, kamu harus berpikir panjang agar kamu tidak perlu menderita kerugian di masa depan," ucap Gu Liang pada akhirnya.     

Yang mampu menciptakan gelombang riak tak tertahankan di hati Leng Xiaomo.     

Berpikir panjang… agar tidak perlu menderita kerugian di masa depan…     

"Kamu adalah anak yang pintar, jadi kamu pasti bisa memahami maksud Ibu." Tanpa sadar, suara Gu Liang tiba-tiba melambat perlahan, "Seperti sebuah pohon yang mencintai pohon lain di seberang jalan..."     

Kelopak mata Leng Xiaomo sedikit terangkat dan ia bertanya dengan lembut, "Lalu?"     

Gu Liang segera meraih tangan putrinya, kemudian dengan lembut merengkuhnya ke dalam pelukan, sebelum akhirnya mencoba menjelaskan, "Lalu, tidak ada lagi."     

Meski Leng Xiaomo jelas-jelas berada di pelukan hangat ibunya, tapi entah kenapa, sekujur tubuhnya tetap terasa dingin.     

Sungguh, ia tidak mengerti.     

Tapi tidak lama kemudian, Leng Xiaomo baru bisa bereaksi. Mungkin ibunya telah menyadari perasaannya untuk Leng Yunchen saat itu.     

Karena arti dari pohon yang jatuh cinta itu adalah bahwa seberapapun besar cinta yang dimiliki, maka tidak ada kemungkinan untuk bisa bersama.     

Hingga Leng Xiaomo meninggalkan rumah sakit, pikirannya masih memutar adegan sebelum ia pergi. Saat itu, ibunya memandangnya sambil berucap, "Ada beberapa hal yang tidak bisa diputuskan secara impulsif dan Ibu berharap kamu bisa menjadi wanita terhormat nantinya"     

Sementara kini, Leng Yunchen mengantarnya kembali ke rumah.     

Kemudian ia akan pergi dari kota ini.     

Sedangkan Leng Xiaomo harus tinggal di sini bersama orang tuanya sampai liburan sekolah berakhir.     

Dan dalam perjalanan pulang, mungkin ini akan menjadi detik-detik yang tersisa sebelum akhirnya mereka berpisah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.