Gadis Kecil Itu Berhasil membuat Rong Zhan Meledak (1)
Gadis Kecil Itu Berhasil membuat Rong Zhan Meledak (1)
Lalu tangan kecil yang membuka pintu itu ditarik ke belakang punggung, dan matanya dengan tenang berpindah dari tubuh Rong Zhan ke sosok Xiao Meibao.
Saat itu, mata Xiao Meibao yang bulat tampak begitu memerah. Tepat ketika ia melihat Xiao Xiaobai benar-benar datang, ia langsung menghentikan air matanya, meski ia masih menangis.
"Nah, lihat, adikmu sudah tiba. Bermainlah bersamanya dan ayah akan memukuli kakakmu."
Dengan lembut, Rong Zhan menyeka air mata dari wajah gadis kecil itu dan mencoba menghiburnya.
Namun, Xiao Meibao telah sepenuhnya mengabaikan ayahnya. Kini, ia menatap Xiao Xiaobai yang tampak begitu peduli pada dirinya.
Tepat ketika Rong Zhan mengalihkan tatapannya pada Xiao Xiaobai, akhirnya semua itu benar-benar memenuhi harapannya.
Saat Xiao Xiaobai melihat Xiao Meibao menangis, ia berjalan perlahan, menjerat tangan kecilnya, dan bertanya kepada Rong Zhan dengan lembut, "... Paman, kakak kenapa?"
"Kakaknya memakai gaunnya." Rong Zhan menjawab dengan sangat formal dan serius.
Yang membuat raut wajah Xiao Xiaobai tampak berbeda saat ini, "..."
Ia terlihat seolah mengerti permasalahan yang terjadi.
Kedua pupil matanya yang berbeda kini berkedip samar. Kemudian, di detik berikutnya, ia mengambil inisiatif untuk mendekat ke arah Xiao Meibao dan meraih pergelangan tangannya. Tak lama berselang, suaranya yang begitu lucu terdengar, "Kakak, jangan menangis."
Namun bujukan itu justru membuat Xiao Meibao semakin terisak.
Dan secara tak terduga, Xiao Xiaobai mengeluarkan sepotong coklat dari sakunya dan membukanya dengan canggung.
Mata merah Xiao Meibao sontak tertarik dan langsung menatap makanan lezat di tangannya saat ini.
Kemudian, monster kecil itu dengan lembut membuka bungkusnya dan meletakkannya di depan Xiao Meibao, sembari ia berkata, "... Kamu mau memakannya?"
Awalnya, Xiao Meibao hanya memandangi coklat itu dengan sorot mata yang menunjukkan binar aneh. Tapi meski tampak ragu-ragu, akhirnya ia memutuskan untuk menolaknya sembari menggelengkan kepala dan berkata tidak.
Padahal Rong Zhan baru saja memujinya dalam hati, tetapi detik berikutnya, saat ia melihat putrinya menolak, bahunya seketika merosot tajam.
Ia hanya tertegun dan terdiam sesaat.
Bahkan tidak ada akta yang mampu keluar dari mulutnya, "..."
Jadi, setelah membujuk gadis itu begitu lama, bisakah sepotong cokelat menyelesaikannya begitu saja?
Sementara monster kecil yang melihat bahwa meskipun Xiao Meibao mengatakan tidak, namun sorot matanya sangat berbinar menatap coklat itu, tentu ia tidak bisa menahan senyum.
Wajah tampan dan lembut itu jelas menunjukkan sikapnya yang pendiam, tetapi ketika tersenyum, tampaknya segala sesuatu di surga dan di bumi telah kehilangan warna aslinya, yang tidak seindah senyumnya saat ini.
Dan hal itu membuat Xiao Meibao menatapnya dengan linglung, dan bahkan ada lebih banyak air di mulutnya, "..."
Tanpa ragu, Xiao Xiaobai langsung memasukkan coklat itu ke tangan kecil Xiao Meibao. Sontak, gadis kecil itu menunduk dan berhenti menangis. Hanya saja, tepat ketika ia hendak memakan coklat itu di detik berikutnya, Rong Zhan bergegas mengambilnya, "Tunggu, ini terlalu besar. Ayah akan memotongnya untukmu."
Meskipun sebenarnya ia dilarang memakan coklat, tapi karena ia baru merasa sedih, alhasil Rong Zhan dengan enggan membiarkannya mencicipi coklat itu.
Bagaimanapun juga, gigi kecilnya tidak bisa dibiarkan membusuk begitu saja.
Setelah membagi dua, Rong Zhan juga memberi Xiao Xiaobai setengah dari coklat yang ia potong.
Teman baik memang perlu menumbuhkan gigi berlubang bersama-sama.
Ini adalah pertama kalinya Xiao Meibao memakan coklat dan wajah mungilnya terlihat sangat aneh. Kini, ia memejamkan mata sembari menggenggam tangan ayahnya. Sementara mulutnya yang kecil mengunyah dengan ragu. Setelah beberapa waktu berselang, setelah ia merasakan rasa yang luar biasa setelah kepahitan, tiba-tiba ia membuka matanya perlahan. Seketika itu juga, wajah kecilnya yang awalnya tampak tertekuk sontak berbinar cerah.
Karena sukses dibujuk hingga merasa bahagia, ia tersenyum dan berbisik dengan tergesa-gesa, "Ayah, ayah, aku ingin memakannya lagi."