Halo Suamiku!

Cinta Pertama yang Manis (2)



Cinta Pertama yang Manis (2)

3Yang terasa gatal dan lembab.     

Samar-samar, ia membuka matanya dan melihat seorang pemuda berkulit putih, bersih, dan berwajah tampan, sangat dekat dengan dirinya. Pemuda itu tampak memegang sesuatu, lalu dengan lembut mencelupkannya ke bibirnya yang kering dengan hati-hati dan serius.     

"Kamu, sudah bangun…?"     

Begitu Sang No melihatnya perlahan membuka mata, ia tertegun dan kemudian kegembiraan muncul di wajahnya.     

An Xiaoyang sendiri juga tampak tersenyum lemah saat mendapati Sang No sesaat setelah ia membuka mata. Kemudian, ia bertanya dengan lembut, "Di mana aku?"     

"Kamu tidak ingat semalam seseorang menculik—"     

Ketika Sang No menatapnya dan tiba-tiba wajahnya tampak berubah, ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya.     

Apalagi ketika ia sadar bahwa bulu matanya bergetar samar, Sang No dengan cepat memegang tangannya, "Jangan takut, semuanya sudah teratasi. Mereka tidak punya waktu untuk melakukan apa pun padamu. Kata dokter, kamu terlalu ketakutan dan terlalu lelah hingga tak sadarkan diri."     

Setelah mendengarkan penjelasan Sang No, wajah pucat An Xiaoyang langsung berubah lebih baik.     

Karena begitu ia mengingat apa yang terjadi tadi malam, ia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi kemudian. Ia hanya tahu bahwa dirinya ditangkap oleh mereka dan kemudian melarikan diri. Untungnya, ia tidak dibawa pergi oleh mereka untuk melakukan sesuatu yang mengerikan.     

Saat itu An Xiaoyang ingin mengatakan sesuatu, tetapi ketika tiba-tiba ia mencium aroma sesuatu, perutnya seketika bergejolak tak terkendali. Tepat setelah Sang No mendengar suara itu, ia segera menarik sudut bibirnya dan tersenyum, "Kamu pasti sangat lapar. Ayo makan."     

Mau tak mau, Sang No menyuapinya Bubur Abalone yang masih sangat panas. Ia meniupnya berkali-kali hingga membuat telinga An Xiaoyang sedikit merah, tapi ia tidak menolak.     

Lalu, hanya terdengar ia berbisik pelan, "... Sang No, terima kasih telah menyelamatkanku."     

Tak bisa disangkal, Sang No tercengang ketika mendengar pernyataan itu. Meskipun sebenarnya ia tidak sendirian dalam menghadapi bahaya itu, tapi sorot matanya menunjukkan kelegaan yang luar biasa saat ini... Kini, ia menatapnya dengan serius dan berkata perlahan, "Ini tidak penting dan memang seharusnya begitu, tetapi setelah ini, maukah kamu berjanji untuk tidak berjalan sendirian saat malam? Betapa berbahayanya jika aku tidak mengikutimu hari itu?"     

Sang No mengikutinya dari belakang saja hasilnya seperti ini, bagaimana jika tidak?     

Dan setelah selesai mengatakannya, dengan hati-hati Sang No menyuapinya bubur hangat itu.     

Setelah menelan Bubur Abalone yang lembut seperti lilin, An Xiaoyang sedikit mengernyit dan berkata, "Sang No... tidakkah kamu melihat catatan yang kutinggalkan di mejamu?"     

Kali ini, An Xiaoyang merasa ada yang tidak beres.     

Dari tempatnya, Sang No benar-benar tercengang, "Apa? Catatan apa yang kamu katakan?"     

Wajah An Xiaoyang sedikit memaklumi ketika akhirnya ia mengetahui itu. Rupanya benar, Sang No tidak melihat catatan yang diam-diam ia letakkan di mejanya kemarin.     

"Katakan, kapan kamu meletakkannya? Aku tidak tahu."     

"Saat kamu pergi ke kamar mandi di kelas terakhir—" ucap An Xiaoyang dengan suaranya yang semakin kecil dan lambat, "Tapi tidak apa-apa. Aku hanya ingin memberitahumu..."     

"Memberitahu apa?"     

Kini, mata Sang No yang terasa panas, namun hatinya penasaran dengan isi dari catatan tersebut, karena samar-samar ia bahkan merasa ada isi yang tidak biasa pada catatan itu.     

Sementara An Xiaoyang yang ditatap dengan sorot penasaran dan bersemangat itu merasa hatinya sedikit tidak wajar. Tanpa sadar ia menyeka wajahnya dengan telinga memerah, lalu dengan lembut menggigit lipatan bibir bawahnya dan berkata, "Aku setuju padamu."     

Apa?     

Sang No tertegun sejenak. Setuju padanya? Setuju tentang… apa?     

Melihat Sang No seolah-olah tidak mengerti, An Xiaoyang menatapnya dengan mata besarnya yang basah, dan bertanya pada Sang No dengan suara mencicit, "Apa kamu lupa bahwa kamu menjadikanku pacarmu kemarin?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.