Sang Xia Ikut Membantunya (3)
Sang Xia Ikut Membantunya (3)
"Sebenarnya, aku telah menyelidiki gadis itu secara pribadi untuk berhati-hati. Kondisi di rumahnya sangat buruk. Dia harus bekerja tiga kali sehari untuk menghidupi keluarganya. Mungkin alasan kenapa dia tidak menerima Sang No bukan karena dia tidak menyukainya, tetapi karena dia memiliki harga diri yang rendah atau karena dia khawatir kesenjangan antara dia dan Sang No terlalu besar dan akhirnya tidak bisa bersatu. Jadi sekarang kamu bisa menilai bahwa sebenarnya dia memiliki harga diri yang cukup tinggi."
Meski Rong Zhan mengucapkan kata-kata ini dengan ringan, tapi mampu membuat Sang Xia merenung seketika.
Sampai akhrinya, ia menghela nafas pelan.
"Sejujurnya, aku tidak keberatan dengan identitas dan latar belakang gadis itu, dan aku tidak akan menghentikan mereka untuk bersama, tapi aku hanya khawatir ada kesenjangan besar antara kepribadian mereka karena lingkaran kehidupan mereka yang berbeda. Jika mereka benar-benar bersama, aku takut akan ada yang merasa terluka. Sebenarnya, kalau adikku tidak masalah, bahkan aku hanya berharap jika dia benar-benar menyukai orang lain, dia rela melepaskan harga dirinya sendiri dan saling memberi keamanan lebih."
Ini adalah fakta. Jika orang menolaknya, maka mereka pasti tidak merasa cukup aman.
Sontak, Rong Zhan terkekeh pelan, "Semua orang pasti akan mengalami hal seperti ini. Setiap orang memiliki masa muda dan kehidupan yang mereka jalani adalah milik mereka sendiri. Jangan pikirkan tentang bocah sialan itu. Ayo cepat berkemas dan beristirahat sesegera mungkin."
Ini sangat mengerikan. Ketika berbicara tentang masa muda, masa yang indah dalam hidup, tentu Rong Zhan dan istrinya sangat merindukan masa-masa itu. Kini, mereka hanya bisa berdiri di belakang adiknya dan melihat bagaimana ia menjalani hidup dari kejauhan.
Ini cukup menyakitkan.
Terlebih, ketika ia mengingat masa lalu Sang Xia yang menyakitkan. Apalagi, saat-saat di mana Rong Zhan ingin menidurinya ribuan kali dan menggertaknya.
Setelah selesai mandi dan membersihkan diri selama lebih dari satu jam, Rong Zhan meletakkan kedua anaknya di tempat tidur dan beralih bersama dengan Sang Xia.
"Rumah ini tidak kecil. Kenapa kita harus tinggal di rumah sebesar ini hanya untuk tidur?"
Saat ini, Sang Xia yang dipeluk oleh Rong Zhan serasa tidak bisa bernapas.
"Aku tidak ingin tidur dengan dua bajingan itu." ucap Rong Zhan dengan samar sembari menggigit leher Sang Xia.
Kali ini, mereka tidur di kamar lain yang lebih besar, sementara anak-anaknya tidur di tempat tidur tunggal sendirian. Biasanya, jika saat malam ana-anaknya terbangun dan rewel, maka mereka akan tidur bersama dengan kedua anakna berbaring di tengah.
Dengan begitu, keduanya akan merasa dilindungi dari kedua sisi sekaligus. Tapi tak hanya itu, kedua bayi itu juga suka ngiler di semua sisi dan seringkali berubah gaya tidur hingga menguasai tempat di mana-mana.
Sangat menyebalkan.
Dan Rong Zhan sangat tidak menyukainya.
Sedangkan yang paling penting baginya adalah memiliki kontak dekat dengan istrinya yang manis dan lembut. Ini adalah hal yang terindah di dunia. Jangan sampai pemandangan indah di hidupnya ini akan hilang dengan sia-sia.
Tentu Sang Xia tidak berdaya sama sekali. Jadi ia harus menerima ketidakpuasan pria yang saat ini memeluknya dengan erat. Ketika pria itu membuka ikatan piyamanya dengan tangan besarnya, Sang Xia lagi-lagi tidak bisa menghentikannya. Setelah berjuang beberapa saat, akhirnya ia tidak bisa menahan napas, "Hari ini, kamu pergi keluar untuk bertemu teman lamamu dan makan di luar. Sedangkan aku benar-benar bosan hanya dengan anak-anak di sini. Sekarang aku ingin tidur karena sangat lelah. Jangan macam-macam."
Namun, begitu kata-kata itu terlontar, pinggang ramping Sang Xia langsung ditarik ke atas hingga mencapai pertu Rong Zhan. Sontak, pertemuan antar kulit itu membakar kulit Sang Xia di balik piyamanya. Tanpa ragu, Rong Zhan langsung mengecup lehernya dari belakang, sembari ia berucap dengan suara yang memabukkan, "Sudah terlambat."
Kini, Sang Xia benar-benar telah kehabisan kata-kata, "..."