Halo Suamiku!

Adegan Paling Memalukan dalam Sejarah Pohon Wutong (3)



Adegan Paling Memalukan dalam Sejarah Pohon Wutong (3)

0"Maaf, kakiku terlalu panjang."     

Tetapi sungguh menakjubkan saat melihat kenyataan bahwa Sang No selalu bisa duduk di dekatnya dan ia mulai curiga jika ia telah melakukan bisnis curang dengan gurunya. Kalau tidak, bagaimana ia bisa selalu mengikutinya dan duduk di belakangnya.     

Karena itu, ia benar-benar tahu bahwa Sag No menyukai dirinya, terlebih saat ia akan terlambat ke kelas suatu pagi.     

Ia ketinggalan bus hari itu. Tentu ia berkeringat dan terengah-engah. Alhasil, saat tubuhnya hendak ambruk, tiba-tiba sebuah sepeda gunung lintas alam muncul di hadapannya.     

Anak laki-laki itu mengendarai sepedanya dengan pinggang ditekuk dan tas disampirkan di bahunya. Saat itu, ia memandangnya yang berlari dan hendak pingsan. Tiba-tiba, ia berhenti dan bertanya apakah ia boleh mengantarnya.     

Saat itu, ia sangat membenci Sang No dan tidak mau memperhatikannya. Namun, terlepas dari penolakannya, Sang No melambai dan langsung menarik gadis yang memiliki tubuh kurus dan kecil, seputih salju, dan langsung mendudukannya di palang sepeda gunung.     

Di belakangnya, detak jantung berdebar dari anak laki-laki itu terasa kuat, dan tubuhnya penuh dengan darah segar yang impulsif.     

Saat itu, kepalanya terasa panas dan ia serasa ingin melompat karena takut, tetapi Sang No telah menginjak kayuhan sepedanya. Seketika, sepeda gunung yang tampan itu melintas di jalan. Kayuhannya sangat cepat sehingga An Xiaoyang harus menarik kembali kakinya dan dengan erat menyusut ke dalam pelukan Sang No.     

Seperti hewan peliharaan kecil yang ketakutan, ia menangis dan memohon pada Sang No untuk memperlambat dan mengendarainya dengan perlahan.     

Awalnya, ia benar-benar takut, tetapi kemudian setelah Sang No menegaskan bahwa ia akan mengendarai dengan baik, perlahan-lahan ia menahan air matanya dan hatinya sudah mulai tenang.     

Namun, setelah lubuk hatinya sudah tidak lagi begitu takut, ia seolah mencerminkan postur dan perilaku diri sebagai seorang remaja.     

Dan ia merasa sangat tidak nyaman.     

Karena ia pikir Sang No masih ingin menipu dan mempermalukannya.     

Ia terus berusaha untuk maju dan menjauh darinya. Tanpa diduga, tiba-tiba Sang No mengulurkan tangan untuk menekan bahunya, menundukkan kepalanya tepat di telinga An Xiaoyang, dan menyuruhnya untuk tidak bergerak. Jika tidak, ia akan jatuh.     

Segera setelahnya, ia menegakkan tubuh dan bahkan tidak berani bernapas.     

Namun, saat ini, terdengar tawa rendah anak laki-laki itu di telinganya.     

Kemudian, sepertinya ia mendengar beberapa kata dari Sang No yang diiringi sebuah tawa, "Itu sangat lucu."     

Benar-benar lucu.     

Kala itu, ia hanya tersipu dan mengira jika dirinya telah salah mendengar.     

Namun tak disangka, telinga putihnya yang kecil sepertinya tiba-tiba dikecup, dan seluruh tubuhnya mati rasa dalam sekejap.     

Aliran darah mendidih tampaknya mengalir dari daun telinga ke seluruh tubuh.     

Sang No menciumnya.     

Ya.     

Sang No memang tidak pernah mengaku padanya, tetapi apa yang ia lakukan benar-benar tanpa basa-basi. Mungkin karena penolakan dingin pertamanya yang justru merangsang Sang No. Alhasil, pemuda itu tidak pernah lagi menyebutkan bahwa ia menyukainya.     

Namun, ia tetap bersikap santai.     

Bahkan meski Sang No sering membantunya mengemasi tas sekolahnya dan menulis catatan untuknya ketika ia sakit, An Xiaoyang tetap menjaga jarak darinya dan berharap mereka hanya akan menjadi teman sekelas yang murni.     

Sebenarnya, alasan utamanya bukan karena ia tidak menyukai Sang No, tapi karena ia…     

Tidak mampu untuk bermain.     

Ibunya hilang, ayahnya mabuk dan akhirnya mati, hingga hanya ada ia dan neneknya seorang dalam keluarga. Karena itu, ia ingin menghasilkan uang untuk menghidupi keluarganya, berjuang untuk biaya sekolah, dan berusaha untuk masuk ke universitas terbaik dan menonjol.     

Ia telah merencanakan segalanya.     

Dan Sang No berada di luar rencana ini.     

Bukannya ia tidak menginginkannya, tetapi jika ia tidak menyadarkan dirinya sendiri, maka semuanya tidak akan berjalan sesuai rencana dan mudah gagal.     

Yang terpenting sekarang, ia tidak ingin menunda apa yang telah menjadi impiannya.     

Ia juga tidak mengatakan sepatah kata pun pada Sang No sampai——     

Pada tahun ketiga SMA, ia secara tidak sengaja melihat apa yang disebut adegan "bunuh diri siswa" di atap. Dan sialnya, ia ditemukan oleh siswa lain. Diam-diam, akhirnya ia dikelilingi dan dipukuli oleh mereka dan diganggu saat di sekolah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.