Pergi Menemui Sang No (4)
Pergi Menemui Sang No (4)
Sang No seketika dibuat tercengang oleh kedua anak kakaknya. Otaknya serasa kosong ketika ia naik ke dalam mobil. Bahkan, ia hampir tidak bereaksi. Kakaknya punya anak, dan tidak hanya ada satu, melainkan dua..
Kini, ia menatap dua makhluk cantik di dalam mobil itu.
Sesaat setelah mendengar panggilan dari anaknya, Rong Zhan melirik ke belakang dan bertanya, "Sekarang katakan, apa yang terjadi denganmu?"
Ketika Sang No mendengar pertanyaan itu, seketika ia mengubah wajahnya dan tampak ragu-ragu. Selama sesaat, tidak ada satu pun kata yang terlontar dari mulutnya.
"Jangan buang waktumu. Tidakkah kamu melihat wajah kakakmu sudah merah padam?"
Entah kenapa, suara Rong Zhan menjadi semakin dalam.
Sebenarnya secara pribadi, hubungan antara Rong Zhan dan adik iparnya sangat erat.
Meski Sang No tidak menyukai Rong Zhan pada awalnya dan berpikir bahwa pria ini adalah orang jahat yang tidak bisa diandalkan, tetapi kemudian, ketika mereka berdua telah bergaul berkali-kali, tanpa sadar ia menerima Rong Zhan dan menyukainya. Bahkan keduanya telah membuat banyak lelucon sebelumnya.
Seperti yang terlihat, Rong Zhan sendiri juga sangat mencintainya dan merawat Sang No dengan baik.
Jadi, ketika sesuatu seperti ini terjadi, tidak hanya Sang Xia yang khawatir dan tampak rumit, tapi Rong Zhan tentu juga demikian.
Tapi tidak peduli seberapa buruk itu, ia juga ingin menjadi perantara.
Bagaimana mungkin ia tidak melihat jika hal semacam ini tidak hanya terjadi sekali atau dua kali?
Akankah Sang No hanya pergi ke sekolah dengan jujur tanpa membuat kegaduhan? Kenapa ia tidak bisa percaya?
Saat ini, wajah Sang No akhirnya memerah dan ia tidak mengatakan jawaban apa pun. Sebaliknya, pria kecil gemuk di sisinya yang mengangkat tangan sembari memanggil kakak ipar Sang No, "Itu, kakak ipar, jangan salahkan Sang No. Dia secara tidak sengaja memprovokasi masalah ini karena kebaikannya di awal."
Alis Sang Xia masih sedikit membeku sekalius menegang, tetapi matanya terarah ke belakang melalui kaca spion.
Sementara Rong Zhan memperhatikan sambil terus mengemudi. Kemudian, ia kembali membuka mulutnya, "Oh? jadi dia tidak bersalah? Katakan padaku, kebaikan apa yang dia lakukan."
Karena pria kecil gemuk itu sudah merasa akrab, alhasil ia buru-buru berkata, "Kakak, ipar, ini karena..."
"Shi Yu! Diam!" Sang No langsung menatap pria gemuk kecil itu dan menghentikannya untuk berbicara lagi.
"Sang No, diam!" Kini, giliran Sang Xia yang akhirnya berbicara. Dapat dibayangkan bahwa ia telah bertahan sampai saat ini. Tentu nada suaranya terdengar sangat buruk.
Sontak, Sang No membungkam mulutnya rapat-rapat.
Sangat sulit baginya untuk mengendalikan emosinya saat ini, tetapi tampaknya ia telah kehilangan kesabaran. Saat ini, ia seperti balon yang bocor dalam sekejap atau seperti toples yang pecah, yang membuat semua isi di dalamnya keluar dengan berantakan.
"Kakak, kakak ipar, masalahnya seperti ini. Seorang teman di kelas kami selalu diganggu dan diintimidasi oleh gangster sekolah. Suatu hari, Sang No sudah tidak tahan melihatnya. Jadi dia membantu teman sekelas dan memukuli semua orang yang menggertak teman itu. Akibatnya, mereka mencari sekelompok gangster dari sekolah lain untuk menghadang Sang No di gerbang sekolah setiap hari. Dan hari ini, karena Sang No demam, jadi dia tidak berhasil memukul mereka."
Begitu penjelasan itu dilontarkan.
Sang Xia tampak sedikit terkejut. Tampaknya ia sama sekali tidak menyangka bahwa masalahnya akan menjadi seperti ini. Ia pikir adiknya telah berbuah jahat di sekolah. Tapi ternyata, ia justru menjadi pahlawan sampai akhirnya mendapat kesulitan.
Tapi kenapa ia tidak memberitahu Sang Xia ketika terjadi sesuatu seperti ini?
Sekarang, ia adalah seorang siswa SMA, jadi bukankah ia akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi!?
Namun berbeda dengan Rong Zhan, ia justru memiliki pemikiran yang sangat tajam. Kini, ia melirik Sang No dan berkata langsung, "Teman sekelas yang kamu bantu itu wanita?"
Tepat setelah kata-kata ini keluar, ekspresi wajah Sang No seketika menjadi tidak wajar dan terlihat memerah.
Namun ia tidak mengeluarkan suara apa pun, karena pria kecil gemuk bernama Shi Yu itu lebih dulu meraih kepalanya dan tersenyum. Alhasil, Sang No hanya bisa menahan tangis akibat rasa malu yang ditanggungnya dan terus menghirup udara dingin di sekitarnya.