Halo Suamiku!

Cinta Pertamanya (2)



Cinta Pertamanya (2)

3Karena tulang belikatnya sangat sempit, jadi ia terlihat sangat kurus.     

Sepertinya ia merasa agak kegerahan sebelumnya. Alhasil, saat jas seragam sekolahnya dilepas, terlihat di dalamnya ada kemeja putih yang sudah dicuci. Kemeja itu tampak sederhana dan bahkan bisa dibilang murah. Karena kemeja yang ia kenakan tidak longgar, alhasil, siapa pun bisa melihat jejak pakaian dalam di punggungnya.     

Entah apa yang dilihat Sang No saat itu, tapi tiba-tiba menghentikan aktivitasnya. Wajahnya yang tidak sabar tampak sedikit terganggu saat ini.     

Sampai pria kecil gemuk di meja yang sama menyentuhnya dan berbicara dengannya, Sang No baru berpaling dari gambaran tali bahu dan pakaian dalam yang ada tepat di depannya.     

"Bagaimana? Apa rencanamu?"     

Pria gemuk kecil itu bertanya pelan. Sebagai teman satu meja, ia dan Sang No telah "berkolusi" berkali-kali untuk melarikan diri dari sekolah demi "membuat masalah".     

"Diam! Baca saja!"     

Di saat yang sama, Sang No mengambil buku secara kasar tanpa menatap ke arahnya.     

Di akhir kelas fisika, segera setelah guru pergi, anak-anak di kelas seketika berhamburan dengan heboh. Masing-masing dari mereka membentuk dua atau tiga kelompok dengan saling berkumpul. Dan tak lama kemudian, sekelompok siswa datang untuk mendekat ke arah Sang No.     

"Apa kamu baik-baik saja? Mengapa kamu berkelahi lagi? Bukankah guru tidak akan membiarkanmu keluar setelah ini?" Seorang anak laki-laki dengan bola basket di tangannya mendekat, menepuk bola basket dengan ringan, menekannya ke tanah, menarik kursi di samping untuk duduk, lalu bertanya pada Sang No.     

"Bagaimana mungkin bisa dihentikan? Jika aku tidak mengikutinya, tidak ada yang bisa memanggil polisi pada saat yang kritis terjadi. Aku hanya khawatir tidak akan melihatnya lagi suatu hari nanti." Shi Yu, pria gemuk teman sebangku Sang No yang sebelumnya diam menambahkan provokasi untuk memanaskan suasana. Ketika mengatakan itu, matanya diam-diam melirik sosok kecil di depan Sang No.     

Lihatlah!     

Sungguh, apakah gadis itu sama sekali tidak memiliki hati nurani? Alasan kenapa Sang No dipukuli seperti ini adalah untuknya, tetapi ia tidak mengatakan sepatah kata pun. Bahkan meski ia tidak menyukai Sang No, bukankah sebaiknya ia menanyakan sepatah kata saja untuk menunjukkan sedikit kekhawatiran?     

Pria gemuk kecil itu membuat keluhan di lubuk hati terdalamnya.     

Saat ini, beberapa siswa yang baik di sekitar mereka langsung duduk mengelilingi, tetapi Sang No tidak mengatakan sepatah kata pun. Bahkan tidak ada emosi yang terlihat di wajah putih bocah itu, hanya matanya yang terus menatap sosok kecil yang masih duduk diam di depannya.     

Sampai akhirnya, setelah beberapa siswa berkumpul di pintu belakang, terdengar tawa mereka yang disertai ledekan, "Siapa yang tidak tahu bahwa seseorang ingin menjadi sosok pahlawan hanya untuk menyelamatkan gadisnya? Tapi ternyata, gadis itu sama sekali tidak menyukainya. Ck ck, sayang sekali. Padahal wajahnya sudah dibuat babak belur seperti itu."     

Shi Yu, si pria gemuk kecil itu sontak menatap mereka, "..."     

Selama beberapa saat, ia mencoba berakting untuk terlihat baik-baik saja. Sampai akhirnya, ia berhasil menahannya dengan sekuat tenaga.      

Tak pelak lagi, ia dan Sang No memang tidak bisa berbuat apa-apa lagi.     

Hanya saja, tepat di saat pria kecil gemuk itu ingin mengatakan sesuatu pada Sang No.     

Tiba-tiba, di detik berikutnya.     

"Hahaha, benar. Lagipula, visi penyelamatannya sangat buruk. Dia justru seperti tauge yang layu. Aduh, jika rasanya --"     

"Brak…!"     

"Aaahh…!"     

Tiba-tiba terdengar suara keras disertai teriakan yang memekakkan telinga. Ternyata bola basket yang sebelumnya dimainkan beberapa kali di atas lantai telah dilemparkan ke salah satu sisi     

Entah sejak kapan Sang No sudah berdiri, yang pasti, tanpa ekspresi apa pun di wajahnya, bola basket yang baru saja melayang itu tentu dilemparkan olehnya, dan segera mengenai tepat di wajah siswa laki-laki yang baru saja berbicara itu.     

Sesaat setelah bola basket mengenai wajahnya, dua aliran darah mengalir di bawah hidungnya.     

Dan pria di sebelahnya menatap marah ke arah Sang No sembari menendang kursi, "Sang No, kamu pikir aku tidak berani menggerakkanmu, hah!"     

Kini, kesabaran di wajah Sang No benar-benar telah lenyap. Dengan acuh tak acuh, ia meludahkan beberapa patah kata tanpa ragu, "Kalau begitu, jangan menahannya!"     

Setelah kalimat itu terlontar, keduanya langsung ingin bertarung di kelas. Namun, teman-temannya dengan sigap segera memegang masing-masing di kedua sisi dan buru-buru berteriak bahwa ini ada di kelas. Sementara para siswi di sekitarnya langsung berteriak dan ketakutan. Melihat ini, mereka akan segera melapor pada guru.     

Hanya saja, tepat di saat kekacauan ini berlangsung, tiba-tiba—     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.