Cuaca yang Tidak Stabil di Kota G (3)
Cuaca yang Tidak Stabil di Kota G (3)
Kebetulan Sang Xia sudah keluar dari kamar mandi saat itu. Kemudian, Rong Zhan berjalan mendekat dan mengatakan beberapa patah kata tentang siapa yang mengompol dan apa yang ingin ia lakukan. Jadi setelahnya, ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sementara Xiao Meibao berbaring di tempat tidur di kamar lain. Akhirnya, Sang Xia berjalan mendekat dan tidak melihat Xiao Ba Wanghua di tempat tidur itu.
Sontak, ia bergegas mencarinya.
Pergi ke mana dia? Kenapa dia masih bersembunyi?
Sang Xia berteriak dua kali, tetapi tidak ada yang memperhatikannya. Alhasil, setelah berbalik, ia mendapati seorang lelaki kecil berjongkok di lantai, tepat di samping meja yang ada di kamar yang besar. Seketika, Sang Xia segera melihatnya dengan heran.
"Nak? Rong Yun?"
Dengan khawatir, Sang Xia bergegas mendekat dan menemukan lelaki kecil itu duduk di sana dengan mata merah, dengan tempat sampah di sebelahnya.
Kini, Sang Xia benar-benar tercengang.
Apa-apaan ini? Apakah ia ditegur oleh Rong Zhan hingga membuatnya menjadi kucing malang yang bersembunyi di sebelah tempat sampah?
Mau tak mau, Sang Xia buru-buru berjongkok di sana, "Apa yang kamu lakukan di sini? Di lantai dingin, kamu bisa masuk angin. Apalagi kamu tidak memakai celana dalam kecil. Ayo, Ibu akan membawamu ke tempat tidur."
Namun, Xiao Ba Wanghua memberontak secara tak terduga, menangis, dan terus berkicau, "Aku tidak mau, aku tidak mau pergi."
Sang Xia menarik samar sudut matanya, "...."
"Kamu marah? Bahkan kamu belum mengatakan pada Ibu jika buang air di tempat tidur. Bagaimana bisa sekarang kamu bersembunyi di samping tempat sampah? Kenapa kamu begitu cakap? Dari mana kamu belajar bersembunyi di samping tempat sampah seperti ini?" Sambil berbicara, Sang Xia dengan paksa menggendong Xiao Ba Wanghua dengan satu tangan dan menghangatkan pantatnya yang dingin dengan tangannya yang lain.
Mungkin karena telah merasakan kehangatan di pantatnya, alhasil ia tidak lagi memberontak.
Hanya saja, ia terus menangis, mengerjap, dan terisak, "Ayah, Ayah bilang aku berasal dari tempat sampah. Aku tidak mau pergi. Rumahku adalah tempat sampah. Ada bau sampah di rumah!"
Sang Xia benar-benar terkejut setelah mendengarnya.
Bocah itu mengatakan ada bau sampah di rumah!.
Bagaimana mungkin! Bukankah ia selalu bersih-bersih di rumah?
Akhirnya, Sang Xia dengan paksa mengangkatnya dan pergi. Ketika mengingat kembali sosok kecilnya yang berjongkok di sana, sulit untuk mengungkapkannya dengan kata-kata. Mau tak mau, ia hanya mampu menghiburnya, "Jangan dengarkan omong kosong ayahmu. Dia hanya menipumu. Dia salah. Ibu akan memintanya untuk meminta maaf padamu nanti. Tapi karena kamu pipis di tempat tidur, bisakah kamu berjanji pada Ibu bahwa kamu harus mengatakan pada Ayah atau Ibu ketika kamu tidak memakai celana kecil lain kali?"
Xiao Ba Wanghua akhirnya mendapatkan kenyamanan cinta. Gelembung ingus kecil hasil dari tangisannya akhirnya keluar. Kemudian, ia mengangguk, menatap ke arah ibunya, dan bertanya dengan serius, "Bu, dari mana aku berasal? Jika rumahku bukan tempat sampah, lalu dari mana aku berasal?"
Kini, Sang Xia bisa melihat penampilan kecilnya yang sedih dan ia merasa sedikit tertekan.
Tampaknya Rong Zhan benar-benar telah menakuti bocah lelaki ini. Bagaimana ia bisa mengatakan anaknya berasal dari tempat sampah? Jika tidak dikoreksi, maka anak ini akan selalu memiliki bayangan seperti itu.
Akhirnya, Sang Xia mengambil tisu untuk menyeka air mata dan gelembung ingus di hidung Xiao Ba Wanhua terlebih dulu, baru kemudian ia berkata dengan serius, "Bukankah Ibu sudah memberitahumu jika karena Ayah lebih mencintaimu daripada Ibu, jadi kamu dan adikmu muncul di perut Ibu dan tumbuh perlahan?"
Setelah mendengarnya, Xiao Ba Wanhua menghentikan air matanya perlahan, tetapi ia masih tampak bersedih. Meskipun ia tidak begitu mengerti mengapa dirinya bisa muncul di perut ibunya, tapi hati kecilnya sudah merasa tenang selama itu bukan dari tempat sampah.
"Bu, aku mencintaimu."
Sementara itu, begitu Xiao Meibai melihat ibunya datang, ia yang sudah terbungkus selimut kecil di tempat tidur segera mengulurkan tangannya dan ingin digendong.
Dengan bersemangat, Xiao Ba Wanghua mengayunkan kaki bagian bawahnya dan tangannya memeluk leher Sang Xia dengan erat, "Bu, aku lebih mencintaimu."
Ia tidak lupa bahwa adiknya menertawakannya tadi.
Sedangkan Sang Xia tidak lagi bisa menahan tawa. Kini, ia duduk di samping tempat tidur dan menggendong kedua bayi itu di lengannya. Ia tentu merasa sangat puas pada saat tertentu, misalnya seperti saat ini.