Menemukan Kebenaran dari Jun Hang (1)
Menemukan Kebenaran dari Jun Hang (1)
"Huh?"
"Kamu, apa yang kamu lakukan padaku?" Youyou menundukkan kepalanya, merasa sangat malu, matanya tampak mengelak, dan suaranya begitu tersipu.
Sementara Jun Hang yang mendengarnya sama sekali tidak menenangkan. Justru ia terdiam sejenak, lalu perlahan muncul sebuah kalimat, "Apa itu sakit?"
Boom!
Kini, wajah Youyou benar-benar terbakar.
Tiga kata itu seolah mengkonfirmasi atas apa yang telah Jun Hang lakukan.
"Setelah aku keluar dari kamar mandi, kamu sudah tertidur dengan sangat nyenyak... Tapi..."
"Huh?"
"Tapi maaf, aku tidak bisa menahannya."
Kali ini, Youyou benar-benar telah kehabisan kata-kata, "..."
Sebenarnya ia ingin mengatakan bahwa itu sama sekali bukan masalah baginya, tetapi ia terlalu putus asa. Tulang-tulangnya hampir remuk, kekuatan fisiknya sedang tidak terlalu bagus, jadi ia hanya merasa tubuhnya benar-benar tak berdaya saat ini.
Sekarang, apa lagi yang ingin ia katakan padanya?
Lupakan.
Ia hanya bisa menghela napas berat dalam hati.
Apa lagi yang bisa ia lakukan?
Sampai akhirnya, setelah Youyou memikirkannya, ia hanya melontarkan pertanyaan, "Jam berapa sekarang? Sudah waktunya pergi bekerja."
Saat itu, Youyou bertanya dengan santai.
Dan Jun Hang juga menjawab dengan tak kalah santai, "Sudah jam sebelas."
"A-apa?" Youyou merasa telinganya telah salah mendengar.
"11:05 siang."
Jun Hang mengulangi lagi dengan nada santai. Tampaknya tidak ada ekspresi aneh untuk saat seperti itu.
Namun sangat berbeda dengan Youyou. Kini, tatapannya benar-benar tampak konyol, "Bagaimana, bagaimana bisa aku bangun begitu terlambat, dan kamu, Kak Jun Hang, kamu tidak bekerja?"
Tanpa ragu, Jun Hang menempelkan tubuh kecilnya pada tubuhnya sendiri. Kini, lengan panjangnya memeluk pinggang kecil Youyou dengan begitu erat. Wajahnya juga terkubur dalam di tubuh Youyou dan ia menjadi sangat malas selama sesaat, kemudian ia berkata dengan lemah, "Tidak ada yang begitu mendesak."
Sontak, Youyou tidak tahu harus berbuat apa.
Ini pertama kalinya ia melihat Jun Hang begitu lengket di tempat tidur.
Jika Youyou melihat Jun Hang tidak buru-buru dan khawatir, tentu ia juga merasa demikian. Lagi pula, mereka bisa mengambil hari libur.
Dan sekarang sudah lewat tengah hari.
Sementara itu, angin sejuk di luar mulai berhembus, daun-daun kering di kedua sisi jalan aspal sudah mulai menguning, hanya tersisa daun pinus yang masih tampak kokoh, dan pejalan kaki yang memakai mantel dan penutup leher. Menara di kejauhan juga tampak berdiri tegap tanpa memedulikan cuaca yang tak menentu.
Waktu tampaknya berjalan sangat cepat, tetapi ketika seseorang menikmati setiap momen yang ada dalam hidupnya, mereka juga akan menemukan bahwa kehidupan seperti itu memiliki makna yang berbeda.
Di dalam sebuah kamar tidur, dua sosok di bawah selimut tipis terlihat meringkuk dengan tubuh telanjang. Saat itu, Youyou mengatakan pada Jun Hang bahwa sepertinya ia bermimpi tadi malam. Apa yang ia impikan adalah hal memalukan yang Jun hang lakukan padanya.
Hanya saja.
"...Aku hanya merasa itu sangat aneh. Kalau benar demikian, seharusnya apa yang terjadi semalam bukan sekadar mimpi, tapi di mimpi itu..."
Youyou berakhir dengan menggigit bibirnya dan tidak bisa lagi membuka suara.
Ia merasa seolah-olah telah dibuat berlutut di tempat tidur dan diserang oleh Jun hang dari belakang.
"Kenapa?"
Mau tak mau, Jun Hang menatapnya dan melihat penampilan Youyou yang kusut dengan senyum di bagian bawah matanya.
Hanya saja, Youyou masih tidak mengatakan sepatah kata pun dan hanya berbaring di tubuh Jun Hang dengan wajah memerah. Akhirnya, ia hanya berbalik untuk berkata, "Aku dengar kamu selalu mengucapkan kata-kata cinta di telingaku bahwa kamu mencintaiku."
Sementara mengenai kaki Jun Hang yang telah benar-benar membaik atau tidak, Youyou masih tidak bisa membedakan apakah itu nyata atau hanya mimpi belaka.
Dan Jun Hang terkekeh pelan di sana, "Hmm? Ucapan cinta macam apa itu?"
"Huh? Tidak begitu, kah?" Sontak, Youyou mengangkat wajah kecilnya dengan tatapan sedikit terkejut.
Namun, tangan Jun Hang dengan lembut mengusap wajahnya. Kali ini, jejak kelembutan muncul dari sorot matanya yang selalu tampak terasing, "Kata-kata cinta sejati hanya akan menjadi khayalan dalam hidupmu."
Kata-kata cinta sejati hanya akan menjadi khayalan dalam hidupmu.